23. Tidak Setuju

91K 5.8K 157
                                    

Lahya membuang kapas bekas suntikan dari lengannya setelah perawat mengambil sampel darahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahya membuang kapas bekas suntikan dari lengannya setelah perawat mengambil sampel darahnya. Sekarang Lahya berada di rumah sakit untuk madical check up bersama Anggi sebagai syarat melanjutkan perlombaan pencak silat mereka.

Lahya sengaja memisahkan diri dari beberapa teman-temannya yang masih mengantri untuk diambil sampel darahnya juga. Sebenarnya bukan hanya sampel darah, tetapi urin mereka juga diambil untuk dites. Semoga hasil madical check up Lahya semua baik agar bisa lanjut ke tingkat provinsi.

Kenapa Lahya ada menyebut beberapa teman? Karena cabang perlombaan yang SMA Tunas Bangsa ikuti bukan hanya pencak silat, tapi juga cabang olahraga dan seni lainnya. Dan yang masuk final ke provinsi dari cabang pencak silat di SMA Tunas Bangsa hanya Lahya dan Anggi dengan jenis lomba seni ganda putri.

"Lahya?" panggil mama Liya melihat Lahya datang sendiri masih mengenakan seragam putih abu-abu.

"Assalamu'alaikum Tante!" salam Lahya menyalami tangan mama sahabatnya itu.

"Wa'alaikumussalam sayang. Kamu pulang sekolah langsung ke sini?" tanya mama Liya menangkup wajah cantik Lahya tanpa rasa canggung sedikit pun.

"Lahya sama temen-temen Tante, tapi yang lain lagi madical check up untuk syarat lomba."

"Tante pikir, kamu sendirian. Maaf ya sayang, Liya nya belum bisa dijenguk. Liya masih tidur di ICU. Betah banget anaknya tidur di dalem sana," jelas mama Liya tidak enak dengan Lahya.

Lahya menatap sendu wajah lelah mama Liya. Jelas sekali kantung mata yang menghitam itu disebabkan karena kurang tidur. "Nggak apa-apa, kok, Tante."

Mama Liya mengangguk menarik tangan Lahya untuk mendekat ke kaca ICU. "Untuk sementara waktu, kamu jenguknya dari sini dulu, ya? Soalnya dokter belum kasih izin siapapun untuk masuk kecuali keluarga."

Lahya tersenyum menatap Liya dari kaca bening luar ruang ICU. "Semoga Liya cepat membaik, ya, Tante. Biar Lahya bisa masuk pas jenguknya."

"Aamiin. Kamu jangan bosen untuk terus doain Liya, ya, Nak. Semoga Liya cepat bangun dari komanya dan bisa mengungkap siapa pelaku yang sudah membuatnya seperti sekarang ini."

"InsyaAllah kasusnya akan cepat selesai Tante dan pelakunya akan mendapat hukuman yang setimpal," ujar Lahya memeluk mama Liya dengan maksud menegarkan hati seorang ibu yang takut kehilangan anaknya ini.

Lahya melihat tubuh Liya terbaring lemah dengan banyaknya alat penopang hidup rumah sakit yang menempel ditubuhnya. Sedih hati Lahya, terasa diiris pisau yang sangat tajam melihat sahabatnya yang dulu ceria dan banyak tertawa, kini lemah dan banyak diam karena tertidur dalam komanya.

Sementara ini, Lahya hanya mampu berdoa kepada Allah agar terus melimpahkan rahmat dan belas kasih sayangnya pada sahabatnya itu. Di sisi lain, Lahya bisa sedikit membantu penyelidikan kedua polisi itu tanpa sepengetahuan sang komandan.

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang