11. Beringin Tikungan

104K 7.6K 145
                                    

Pria paruh baya yang bertubuh sedikit gemuk itu mondar-mandir di depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria paruh baya yang bertubuh sedikit gemuk itu mondar-mandir di depan rumah. Rasa khawatir semakin menyelimuti saat putri kesayangannya tak bisa ia hubungi melalui telepon seluler.

"Tau begini nggak bapak izinin kamu, Ndok," sesal pak Yasin mengipas wajahnya dengan kopiah. Ia sudah bersiap untuk menunaikan shalat maghrib di masjid, sarung kesayangannya pun sudah bertengger di bahu.

"Loh-" heran pak Yasin menunjuk sebuah mobil hitam yang tiba-tiba berhenti di halaman rumahnya.

Pri paruh baya yang tengah bingung itu bergerak mendekat. Pasalnya belum pernah ia menerima tamu yang datang berkendarakan mobil. Mana mobilnya terlihat sangat mewah dan elegan.

"Assalamu'alaikum Bapak!" Suara putri kesayangannya yang ia tunggu sedaritadi membuyarkan keheranannya
.
"Wa'alaikumussalam. Kamu itu loh, Ndok!"

Lahya yang baru saja turun dari mobil langsung memeluk gemas bapaknya. Sengaja ia memeluk agar rasa khawatir yang tergambar di wajah bapaknya itu memudar. Sebenarnya ia juga takut diomeli sang bapak karena ponselnya mati.

Plak

"Aw!" pekik Lahya. Bapaknya itu memukulkan kopiah ke lengannya. Tidak sakit. Hanya saja ia kaget dengan pukulan yang didapatnya sebagai teguran barusan.

"Ke mana saja kamu? Bapak telpon gak aktif-aktif."

"Orang hape Lahya lowbet. Gimana mau aktif, toh, Pak?" jawab Lahya masih memeluk bapaknya.

"Lain kali gak bapak izinin lagi. Bikin orang tua khawatir saja kamu," omel Yasin.

"Ya, kan, Lahya udah pulang toh Pak," rengek Lahya seperti anak kecil.

Kemesraan bapak dan anak itu cukup menghangatkan hati sepasang adik-kakak yang sedaritadi iri melihatnya. Ayasya bahkan memeras lengan kemeja kakaknya dengan gemas, tidak tahan melihat adegan itu.

"Ekhm!" dehem Alif tidak bermaksud menganggu, ia hanya ingin meminta maaf.

Bapak dan anak itu langsung melepas pelukan mereka menyadari ada orang selain mereka. Buru-buru Yasin menggunakan kopiahnya dan bingung melihat dua orang yang baru saja mengantar anaknya pulang.

"Assalamu'alaikum pak!" salam Alif langsung menyalami tangan Yasin. Sedangkan Ayasya menyatukan tangannya di depan dada sebagai bentuk sopan santunnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Loh... kamu bukannya pemuda hari itu, kan?"

Alif tersenyum hangat. "Iya, Pak. Saya pemuda di tempat lomba pencak silat minggu lalu. Maaf Pak karena saya, Lahya jadi telat pulang."

"Bukannya anak saya mau ketemu pak polisi karena pengen ngembaliin sesuatu?"

"Saya polisinya, pak," jawab Alif menahan senyumnya.

"Sepertinya Bapak nggak asing sama wajah kamu, tapi ketemu di mana ya?"

ALIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang