06. Mas Ganteng

126K 8.1K 96
                                    

Sebelum mulai membaca, penulis ingatkan untuk vote setiap chapter dari cerita Gus polisi kita ini.

Budayakan untuk memvote setelah membaca, dengan begitu penulis akan lebih semangat untuk up tiap minggunya. Terima kasih sebelumnya penulis berikan untuk kalian.

Ghani dan Joni yang tengah berdiskusi di depan komputer beralih fokus pada komandannya yang baru saja masuk ruang dektektif mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ghani dan Joni yang tengah berdiskusi di depan komputer beralih fokus pada komandannya yang baru saja masuk ruang dektektif mereka.

"Introgasinya sudah selesai, Ndan?" tanya Joni beranjak dariduduknya beralih pada meja yang terdapat tumpukan berkas-berkas.

"Belum."

"Ndan, saya tidak menemukan adanya sidik jari pelaku pada barang bukti yang telah kita kumpulkan," ujar Ghani.

"Bagaimana dengan hasil visum?" tanya Alif membuka laci mejanya mencari sesuatu di sana.

"Hasil visum forensik belum keluar, Ndan."

"Ha?" Alif menoleh ke arah Ghani.

"Bener, Ndan. Saya baru saja menghubungi dokter di forensik, janjinya akan segera keluar setelah memastikan jika Liya dicekoki minum yang mengandung kacang."

"Bukan racun?" Ghani dan Joni saling melempar tatap.

"Bukan, Ndan. Ghani tadi sudah meminta penjelasan dari orang tua korban dan dikonfirmasi jika Liya elergi dengan kacang tanah."

Alif mengeluarkan satu persatu barang yang ada dalam lacinya. Ia mencari pulpen yang ia akan berikan pada Lahya sebagai penyadap obrolan mereka di ruang kunjungan nanti.

"Bagaimana dengan bekas cekikan di leher korban? Apa tidak ada sidik jari pelaku di sana juga?"

"Benar Komandan."

Alif berhenti sejenak mencari pulpennya. Ia tertunduk memejamkan matanya, apa benar yang dikatakan Lahya bahwa Nadine bukan pelakunya?

"Komandan cari apa?" tanya Ghani membuat Alif menoleh ke arahnya.

"Astagfirullah!" kata Alif menutup lacinya dengan perasaan kesal. "Pulpen saya sejak kapan di situ?"

Ghani meraba telinganya yang tersemat pulpen yang dimaksud komandannya.

"Ini pulpen punya Komandan? Tadi saya pinjem bentar, Ndan. Pulpen saya hilang gak tau kemana, terus liat pulpen Komandan di atas meja situ." Ghani menunjuk meja kerja Alif.

Joni mengambil pulpen dari atas daun telinga Ghani, lalu menyerahkannya pada komandannya. "Ini pulpun penyadap punya komandan. Dasar lo!"

"Iyekeh?" tanya Ghani dengan nada meremehkan rekannya.

"Gue kepret lu!" kata Ghani.

"Sudah, sudah. Ghani, hubungi forensik sekarang, hasil visum harus keluar sore ini juga. Jika memang pelaku sementara yang ditahan ini tidak bersalah, kita harus turun tangan mencari pelaku sebenarnya," jelas Alif dengan cepat dan tegas mengambil tindakan.

ALIFWhere stories live. Discover now