Chapter 34

61.9K 4.3K 1.6K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca :))

Ramein, ya, buat penyemangat ngetik chapter selanjutnya 🤺

***

Ada yang berbeda dengan pagi Devano hari ini. Biasanya, pria berusia 55 tahun itu jogging malasan-malasan tak lebih dari 10 menit ditemani anabul gembul peliharaannya. Pagi ini ia terlihat semangat jogging karena kehadiran bocah hiperaktif dengan segala tingkah lucu yang membuatnya banyak tertawa sejak semalam. Siapa lagi kalau bukan Askara—bocah yang berhasil mencuri perhatian seorang Devano Dewangga dengan cara paling sederhana. Bersama Askara, Devano seperti diajak kembali ke masa saat Viola kecil sedang aktif-aktifnya.

Ada banyak sekali persamaan antara anak semata wayangnya dengan Askara; sama-sama cerewet, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, banyak tingkah, dan suasana hati mudah berubah. Dari persamaan itulah, maka tidak heran kalau Devano hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk bisa menyayangi Askara sebagaimana ia menyayangi Viola. Walaupun bersama bocah itu membuat nyeri pinggang, punggung, dan lutut kambuh di waktu bersamaan, Devano tetap mau-mau saja berlari mengejarnya.

"Askara capek, ya?"
Ia bertanya ketika bocah dengan rambut basah oleh keringat, duduk di bangku kayu.

"Tidak. Aku haus, mau nyot-nyot dulu," jawab Askara seraya melepas ransel minion yang digendong. Sudah menjadi kebiasaannya membawa ransel kemana-mana ketika tidak bepergian bersama papi. Dari ransel kuning itu, ia mengeluarkan sippy cup yang sudah diisi penuh dengan susu sebelum berangkat jogging. "Papanya Tante Pio mau nyot-nyot apa tidak? Kalau mau, nyot-nyot punya aku saja. Tapi jangan dihabiskan, ya. Nyot-nyot sampai susunya segini," katanya seraya memberi tanda dengan jari telunjuk pada sippy cup.

Siapa yang tidak gemas?
Devano saja sampai ingin memeluk bocah itu seerat mungkin. Kalau bisa, sekalian mengunyah kepala bulat bocah itu. "Buat Askara aja. Papanya Tante Pio nggak haus."

Gluk gluk gluk

Hanya mendengar suara tegukan saja, Devano sudah tertawa lepas. Memang receh sekali kakek-kakek satu ini.

"Haaabiiis." Askara menunjukkan sippy cup kosongnya lantas menggulung kaus ke atas sampai sebatas dada. Perut buncitnya pun muncul tanpa malu-malu. "Perut aku besar. Papanya Tante Pio mau pegang-pegang apa tidak? Kenyal  seperti jelly."

"Emangnya boleh?"

"Pegang kan tidak nakal, ya boleh. Kalau pukul-pukul nakal tidak boleh. Nanti aku laporkan ke papi, akak, Tante Pio, Om Jiro, Onty Ji, dan Om Jun."

Detik berikutnya, telunjuk Devano sudah menyentuh kulit perut bayi Askara yang tersenyum lebar padanya. Ia remas-remas gemas perut itu sampai empunya cekikikan dan memintanya berhenti namun tak ia indahkan. Devano baru berhenti dengan sendirinya ketika merasa puas.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang