Chapter 59

37.1K 3.4K 2K
                                    

P E M B U K A


Kasih emot dulu buat chapter ini yang diupload hampir jam 1 pagi WIB

***

"Ahh maaf bikin bingung karena tiba-tiba nyuruh manggil Manggala sama anak-anak. Aku Talia, maminya Kala sama Askara."

Berarti, ini adalah pertemuan pertamanya dengan Talia—mantan istri Manggala. Kalau ditanya bagaimana perasaannya; ya biasa saja. Memangnya Viola harus bagaimana? Ketar-ketir? Insecure? Merasa terancam? Atau malah takut Manggala kembali ke cinta pertamanya? Cih, ... hal-hal konyol, tidak jelas, dan dramatis semacam itu tak mungkin ia lakukan. Toh, dilihat dari sudut pandang manapun, Viola merasa jauh lebih unggul dari si Talia-Talia itu. Persetan dengan segala dongeng tentang cinta pertama! Sedikit pun tak mempengaruhinya. Menjadi cinta kesekian tak buatnya merasa kalah dari si cinta pertama.

Kalaupun—amit-amit—Manggala berpaling ke Talia, kerugiannya hanya sebatas kehilangan waktu dan energi yang terbuang sia-sia, selama berusaha mendapatkan pria itu. Justru Manggala lah yang rugi banyak—paling rugi. Kehilangan calon istri dengan spesifikasi sepertinya, apa tidak rugi total? Apa namanya kalau bukan tolol? Idiot? Viola yakin, Manggala tidak seidiot itu kok. Sekalipun banyak bergaul dengan Arjuna, pria itu masih bisa dipercaya. Kalaupun tak bisa dipercaya lagi, ya silakan pergi. Viola dikelilingi banyak pria baik-baik, jadi tak butuh eksistensi pria brengsek.

"Manggalanya ada, kan?"
Talia bertanya lantaran perempuan di hadapannya tak segera masuk untuk melakukan apa yang diminta.

Viola balas senyum tipis.
"Ada, lagi sarapan sama anak-anak."

"Bisa tolong panggilin sekarang? Aku mau ketemu mereka."

Viola mengangguk, kemudian memintanya untuk duduk di kursi yang ada di teras. Sementara ia berdiri di ambang pintu dan berteriak. "Mas—Sayang, ada yang nyari kamu, nih! Kalau sarapannya udah selesai, bisa ke sini dulu sebentar nggak, Yang?"

Tak sampai semenit,
tiba-tiba ada yang nongol.
Wasweswos berlari sekencang yang ia  bisa, agar cepat sampai guna memenuhi panggilannya. Tampak sangat kompetitif, tidak mau kalah dari pria dewasa yang mengekor di belakang dengan langkah biasa—sebab dilarang keras berlari. Siapa lagi kalau bukan si tuyul magang yang merasa terpanggil juga, sewaktu Viola panggil Mas dan Sayang. Padahal, kan, Manggala yang dipanggil. Tapi ... biarkan saja, tidak perlu dikasih tahu. Nanti ngambek anaknya.

"Mamiw Pio!" Askara tubruk maminya dari belakang dengan keras. Hampir saja ia terpental kalau tak gapai ujung baju Mamiw Pio-nya.
Menoleh ke belakang dan dapati papi semakin dekat, segera Askara peluk erat perempuan itu. Lindunginya agar tidak direbut papi yang sudah berhasil dikalahkan. Merasa masih belum cukup aman, ia pun lompat-lompat di hadapan Viola dengan kedua tangan terangkat. Sampaikan isyarat minta digendong.
"Tadi Mamiw Pio panggil aku, kan?" tanyanya penuh percaya diri begitu berada di gendongan sang mami.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang