Chapter 63

47.4K 3.2K 1K
                                    

P E M B U K A

Sekarang papi emang bawaannya happy terus 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang papi emang bawaannya happy terus 💚

Kasih emot dulu buat chapter ini

***

Sejatinya, Nawasena Manggala adalah sosok penyabar. Seburuk apapun orang lain memperlakukannya, ia masih bisa mengontrol diri dengan baik. Hanya saja semua itu tidak berlaku ketika bukan dirinya yang menjadi sasaran, melainkan anak-anaknya. Tidak ada toleransi untuk siapapun yang berani mengusik Kala maupun Askara. Karena itulah Manggala mengamuk hebat pada Shankara, hingga tumbuh hasrat untuk melenyapkan nyawa si brengsek dengan tangannya sendiri.

Seandainya tidak ada Viola yang menyadarkan tentang kemungkinan terburuk jika ia benar-benar melakukannya, mungkin Manggala masih memukuli adik tirinya sampai tewas sebagaimana keinginannya.

Benar kata Viola.
Penjara bukanlah sesuatu yang mengerikan untuknya. Tapi meninggalkan Kala dan Askara dalam kesedihan, adalah kemungkinan buruk yang paling mengerikan. Hingga pada akhirnya ia lepas cengkeraman pada kerah kemeja Shankara. Lantas dorong pria dengan hidung dan bibir terus mengeluarkan darah itu, hingga berakhir tersungkur mengenaskan di dekat kaki meja. Meski belum berhasil melenyapkannya, setidaknya melihat bagaimana kondisi Shankara pasca mendapat beberapa pukulan telak darinya, mampu memberi sedikit kepuasan.

Viola bertekuk lutut di hadapan pria yang hampir saja dihabisi calon suaminya. Tanpa perasaan, ia raih rahang bawah pria itu untuk dicengkeram sampai empunya melolong kesakitan. Alih-alih bebaskan rahang dengan hiasan lebam itu, Viola justru menguatkan cengkeraman. Kemudian membawanya paksa agar menoleh ke sisi kiri. Ada sesuatu yang harus Shankara lihat.

"Kenapa masih di sini hmm?" tanyanya dengan nada jenaka melihat bagaimana air muka Shankara— setelah melihat siapa yang sedang menantinya keluar dari kediaman Manggala. Seandainya rumah ini tidak disertai penjagaan ketat oleh bodyguard utusan Devano, beberapa algojo yang sedang menunggu Shankara di seberang jalan, pasti nekat menerobos masuk dan membuat kekacauan untuk mengambil paksa targetnya. "Atau mau dihajar Mas Gala lagi?"

Shankara menggeleng lemah lalu terbatuk sembari menyentuh dada kiri yang menjadi pusat rasa nyeri. Dibanding dengan para algojo yang akhir-akhir ini terus meneror, Manggala mungkin masih memiliki hati nurani. Kakak tirinya tidak akan membunuhnya. Sebab itulah, energi yang tersisa ia gunakan untuk merangkak dan merengkuh salah satu tungkai Manggala. Pada pria yang berusaha menyingkirkannya, Shankara tunjukkan sorot memelas.  Sampaikan isyarat meminta perlindungan dari ancaman para algojo.

"Tolong." Adalah mantra yang dirapalkan dengan nada putus asa dan berakhir membuat Manggala terdiam seketika. Hingga pria itu pun mengulurkan salah satu lengan. Dengan segera Shankara gapai uluran itu, takut kakak tirinya berubah pikiran. "Terima kasih."

Setelah meminta bantuan Viola untuk menemani anak-anak, ia membawa adiknya masuk lewat pintu belakang. Pastikan keberadaan Shankara tidak diketahui oleh Kala dan Askara yang bisa saja merasa kurang nyaman akan eksistensi pria ini. 

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang