Chapter 16

70.5K 5.5K 1.7K
                                    

P E M B U K A

P E M B U K A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Setor emot dulu sebelum baca

***

Tubuh Kala ikut tertarik ketika seseorang menarik kuat ranselnya dari arah belakang. Tanpa menoleh pun ia bisa menebak si pelaku. Memangnya siapa yang berani bertindak seberani ini padanya kalau bukan Viola?
"Lepasin!" perintahnya sembari berusaha membebaskan ransel dari cengkeraman pengasuh adiknya. "Jangan kurang ajar! Gue ini anak majikan lo yang harus dihormati! Lo mau gue aduin ke papi biar dipecat?"

Dengan sekali tarikan kuat pada ranselnya, Kala terpelanting dan berakhir di sofa sesuai perhitungan Viola. Remaja itu jelas tidak terima. Baru hendak bangkit ingin menyerang balik, kedua bahunya ditahan, ditekan kuat sampai tidak bisa kemana-mana lagi. 
"Mau lo apa, sih?!" omel Kala sudah muak. Sekalipun sudah tersudut dan diintimidasi lewat tatapan, nyalinya tidak menciut sedikit pun. Ia masih bisa tunjukkan raut pongah pada perempuan di hadapannya. "Lo dibayar buat ngurus Askara. Urus aja tuh bocah, nggak usah ngurusin yang lain! Kecuali lo emang ada niat caper ke bokap gue."

Viola mengulas senyum tipis. 
"Ya emang lagi caper biar bokap lo semakin yakin sama gue dan kita bisa secepatnya jadi keluarga. Lo baru nyadar, ya? Padahal dari awal gue jadi pengasuh Askara aja udah keliatan capernya loh."

"Diem! Lo nggak usah banyak omong kosong! Mending lepasin gue, gue mau sekolah."

"Lo pikir gue bakal lepasin gitu aja setelah apa yang lo lakuin ke Askara?"

"Apa? Gue apain Askara, sih? Perasaan nggak ngapa-ngapain. Ini mah lo-nya aja yang mau nyari perkara sama gue."

"Nggak ngapa-ngapain?" beo Viola dengan nada mencemooh. "Lo ternyata sepengecut itu buat ngakuin kesalahan, ya?"

Napas Kala dibuang kasar.
Usahanya sia-sia. Sudah kerahkan seluruh tenaga, tapi tetap saja belum mampu membebaskan diri dari Viola. Bukannya terbebas, tekanan perempuan itu pada bahunya justru semakin menguat hingga mendatangkan nyeri. Kala pun tidak ada pilihan lain. Ia harus memuaskannya dengan fakta agar dibebaskan.
"Kalau Askara mau sabar dikit aja dan nggak gangguin gue dulu, nggak bakal gue bentak-bentak kayak tadi. Soal kenapa gue dorong Askara, itu nggak sengaja. Lagian Askara juga nggak kenapa-kenapa, jadi gue pikir soal itu nggak perlu diperpanjang lagi. Terakhir, gue bukannya cuekin Askara. Gue buru-buru. Cowok gue udah jemput," terangnya. "Jadi, bisa lepasin gue sekarang? Pacar gue udah nunggu di depan."

"Nggak bisa," balas Viola terdengar sangat menyebalkan di telinga Kala.

"Jangan kira karena lo nyimpen rahasia gue yang di kantor polisi, gue bakal diem aja ya. Gue---"
Ucapannya terputus ketika Viola tiba-tiba menempelkan ponsel ke telinga.

"Kantor polisi?"

Tubuh Kala menegang hebat.
Ia hafal sekali dan tidak mungkin salah mengenali.
Itu memang suara papi.
Sialan! Kala baru menyadari kalau ponsel yang ditempelkan ke telinganya itu terhubung dengan Jiro lewat panggilan suara.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang