chapter 5

117K 6.2K 853
                                    

P E M B U K A

***Ketemu Pio lagi heuheuy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Ketemu Pio lagi heuheuy

Jiro meringis, ngeri sekali melihat outfit melamar pekerjaan sepupu sintingnya. Perlu diingatkan lagi kalau Viola ini akan bekerja sebagai pengasuh. Catat baik-baik, PENGASUH. Tapi lihat saja penampilannya! Pengasuh mana yang memadukan one shoulder croptop berwarna ngejreng dengan celana cargo dan sneakers baby blue? Pengasuh mana yang menenteng tas branded dan memakai aksesoris mentereng. Sunglasses tidak terlupakan, sudah bertengger manis di hidung bangir perempuan dengan warna rambut baru. Two tone colour yang sudah menemani sebulan ini digantikan oleh ash blonde. Katanya ekslusif untuk calon majikan. Setelah diberitahu kalau calon majikannya berstatus duda, sisi centil Viola memang langsung muncul ke permukaan. 

"Pi yang bener aja lah," keluh Jiro sembari memijat pelipis.
Kira-kira hujatan seperti apa yang akan Manggala lontarkan padanya begitu tahu kalau calon nanny yang ia bawakan modelan Viola? Daripada nanny, gaya nyentrik Viola lebih cocok untuk cabe-cabean. Belum lagi aroma minyak wangi yang sangat kuat.

Berhenti di hadapan Jiro, Viola menurunkan kacamata lalu bertanya dengan tampang menyebalkan, "kenapa?"

Kenapa?!
Apa masih perlu dipertanyakan?
Bukankah sudah sangat jelas dimana letak kesalahan Viola. "Lo nggak lupa, kan, mau kerja jadi apa?"

"Nanny?"

"Kalau tau mau jadi nanny, kenapa pake baju kayak gitu coba? Ngeliat jam tangan yang lo pake sekarang, gue malah jadi takut kalau anak bos gue bakal lo beli. Inget harganya nggak, sih, Pi? Seharga rumah yang masih gue cicil, Pi."

"Terus harus pake apa dong? Lo bilang nggak perlu pake stelan Japanese maid yang semalem gue tunjukin, padahal gue relain beli tuh baju. Kata lo bebas nggak perlu pake seragam. Terus ini salahnya dimana coba?"

"Ya lo mikir lah. Masa pake baju kayak gitu? Bos gue galak banget, Pi. Bisa-bisa lo kena semprot sampe kena mental. Nggak lucu kalau baru masuk kerja udah minta resign."

"Lo remenin mental gue?"

"Bukan gitu, Pi. Lo---" Jiro tak menyelesaikan kalimatnya. Telunjuk Viola yang menempel di bibirnya membuatnya bungkam.

"Mending langsung berangkat aja nggak, sih? Gue udah penasaran banget sama rencana busuk yang disiapin bocil-bocil kematian itu. Mumpung otot gue lagi kaku semua butuh peregangan nih."

Jiro menatap sepupu sombongnya itu.
Kalau belum menghadapi tingkah ajaib Kala dan Askara memang masih bisa sombong, tapi lihat saja nanti. Bisa bertahan 24 jam saja sudah menjadi pencapaian luar biasa. Apalagi yang ia tahu, kesabaran Viola itu setipis tisu. Gambaran kekacaun ketika mereka dipertemukan sangat mudah ditebak. Tiba-tiba Jiro mengkhawatirkan Manggala. Apa kabar pria itu setelah ini? Kalau tidak tertolong, siapa yang akan mengurus anak-anak nakal itu?
"Lo beneran udah mantep, Pi? Jadi nanny loh. Kalau ragu, masih bisa dibatalin."

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang