Chapter 30

57.5K 4.5K 629
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca

***

Selain anak-anak, tujuannya pulang adalah mendapat asupan dari Viola seperti yang perempuan itu janjikan. Dalam benak sudah terbayang. Kedatangannya pasti sudah sangat ditunggu, mengingat si pengasuh nakal terus saja mengirim pesan yang mengarah ke sana. Manggala pun sudah mempersiapkan diri dan energi. Setidaknya nanti tetap berdiri kokoh kalau tiba-tiba Viola melompat ke dada setelah membukakan pintu, pun memiliki cadangan energi untuk menerkam balik.

Sayang sekali angannya terlalu tinggi. Boro-boro diterkam-terkam enak, dibukakan pintu saja tidak. Viola tidak ada waktu untuk sekadar membukakan pintu. Sangat sibuk dengan Askara yang leha-leha di sisinya tanpa mau melepas rengkuhan pada lengan perempuan itu. Jadi yang bisa dilakukan hanya mengirim pesan, menyuruhnya masuk mandiri karena pintu tidak dikunci.

"Askara?" panggilnya merasa aneh pada si bungsu. Biasanya bocah itu lah yang paling antusias dengan kepulangannya. Kegiatan apapun pasti ditinggal demi menyongsong kedatangannya, lantas merengek meminta digendong, dan berakhir menunjukkan sisi manja. Tapi sekarang ... tidak mungkin, kan, kalau Askara tidak melihatnya?
"Papi pulang nih."

"Iya," jawab si bocah pipi bulat tanpa menatap lawan bicaranya.

"Mau gendong atau mau dibuatin nyot-nyot dulu?"

"Sudah nyot-nyot, Papi. Tante Pio yang buatkan."

"Oh. Kalau gendong, mau? Ayo sini Papi gendong."

"Tidak mau. Mau peluk-peluk Tante Pio terus. Kalau dilepas, nanti Tante Pio-ku diambil Papi." Askara menjawab sembari mengusap perutnya yang buncit. Kalau diasuh Viola, nafsu makannya memang tinggi. Selain selalu disuapi, menu makannya selalu enak dan bervariasi. Tidak semembosankan nugget dino yang biasa papi goreng. "Tante Pio ini punyaku, ya, Pi. Akak bilang, Papi mau ambil Tante Pioku, jadi aku harus jaga Tante Pio terus. Tidak boleh tinggalkan Tante Pio."

Refleks Manggala melarikan bola mata ke arah Kala. Menatap tak suka pada sumber keanehan yang terjadi pada Askara. Ditatap sedemikian rupa, alih-alih merasa bersalah, remaja itu justru menunjukkan tampang pongah disertai seringai penuh kemenangan. Sepertinya Kala sangat serius dengan ucapannya waktu itu. Usahanya menjauhkan Viola dari sisi liarnya masih  konsisten dilakukan, bahkan sekarang sudah bersekutu dengan Askara. Bisa apa Manggala kalau lawannya sudah bersekutu dengan penguasa sekaligus pemegang tahta tertinggi di rumah ini? 
"Papi nggak gitu," elak Manggala begitu bertekuk lutut di hadapan Askara. "Papi mana pernah ambil punya Askara."

"Bohong!" sembur Askara galak seraya menegakkan punggung.
"Papi pernah ambil mobil ninuninu punya aku! Ayo, ngaku! Tidak boleh bohong, nanti pantatnya kerlap-kerlip. Iya, kan, Tante?" tanyanya meminta dukungan.

"Betul! Hayooo ngaku daripada pantatnya kerlap-kerlip," celetuk Viola jelas di pihak Askara dan terbukti kalau Manggala benar-benar sendirian.

"Iya, Papi yang waktu ambil mobil ninuninu Askara. Papi minta maaf, ya? Papi nggak akan ambil punya Askara lagi." Lebih enak main tanpa mobil-mobilan itu soalnya.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang