Chapter 28

62.1K 4.9K 1.1K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu buat chapter ini

***


Pasca memergoki keberingasan papinya sendiri, beban Kala bertambah banyak. Sekarang, remaja itu harus memberi perhatian khusus pada Viola yang ternyata adalah korban.

Di samping itu, ia juga harus mendidik dan berusaha extra mengembalikan papi ke stelan pabrik. Demi Tuhan, Kala lebih rela melihat papi versi duda kalem kesepian—seperti sebelum Viola datang dan merusak moralnya—daripada papi versi duda brutal ugal-ugalan. Versi itu benar-benar mengerikan. Kalau tidak melihatnya secara langsung, Kala mungkin tidak akan percaya papinya bisa cosplay menjadi vacuum cleaner dengan daya hisap tinggi.

Pantas saja belakangan ini Askara selalu ditidurkan lebih awal, ternyata begitu cara main papi.

Mulanya, Kala sudah mengusulkan untuk memberhentikan Viola saja demi kebaikan bersama. Ia pun menyanggupi kalau harus mencarikan pengganti. Sayangnya usulan itu ditolak mentah-mentah oleh papi yang menyeret nama Askara dan Kala tidak mempunyai senjata untuk mematahkan pernyataan papi.

Karena usul ditolak, Kala meminta kekuasaan penuh untuk membuat peraturan baru. Peraturan yang buru-buru disahkan adalah larangan Viola tidur di kamar tamu sebagai tindakan pencegahan. Kala tidak bisa terjaga 24 jam untuk mengawasi gerak-gerik papi. Tak menutup kemungkinan saat dirinya lengah, papi menyelinap masuk ke kamar tamu dan melakukan hal yang tidak-tidak pada Viola, kan? Jadi, aturan baru itu sangat membantu. Sementara waktu—selagi belum menemukan cara menyingkirkannya—Kala juga harus rela berbagi kamar dengan pengasuh adiknya.

"Tante Pio tidur di sofa! Ranjang gue sempit banget kalau buat berdua."

"Di sofa?" beo Viola dengan tampang pongah lantas duduk di sofa guna tes keempukan sofa. Beberapa saat kemudian, perempuan itu pun mendongak menatap anak majikannya. "Mmmm berarti lebih menarik tawaran bokap lo dong?"

"Maksudnya?"

"Bokap lo aja nawarin tidur bareng di ranjang. Kalau lo cuma bisa ngasih sofa, ya jangan salahin gue kalau lebih milih tidur di kamar bokap lo. Gue cuma dilarang tidur di kamar tamu, kan? Jadi kalau gue tidur di kamar bokap lo, nggak masalah dong?"

"Tante Pio!" erangnya semakin kesal. Sudah lelah dan dilanda kantuk berat, Viola masih saja bertingkah. Tidak mau kalah atau rugi barang sedikitpun darinya. Kala pikir setelah diberi kuasa penuh untuk membuat aturan, ia bisa mengendalikan semua yang ada di rumah ini, terutama Viola. Ternyata sama saja! Ujung-ujungnya Kala kalah. Perempuan licik di hadapannya ini memang bukan lawannya. "Oke, Tante boleh tidur di ranjang."

"Dan lo di sofa?" tanya Viola memastikan.

"Yang bener aja!"

"Tadi lo sendiri yang bilang kalau ranjangnya terlalu sempit buat tidur berdua. Gimana, sih?"
Viola mengulum bibir, menahan tawa melihat bagaimana kesabaran tipis Kala digunakan untuk menghadapi tingkahnya yang sengaja dibuat semenyebalkan mungkin. Atas semua tingkahnya, bukan atas dasar benci, apalagi dendam atas segala tingkah Kala. Viola melakukannya murni karena usil. Menurutnya, usil pada Kala adalah sebuah hiburan tersendiri yang membawa rasa puas ketika remaja sumbu pendek itu tersulut emosi. Apalagi kalau Kala sudah mengeluarkan misi-misi konyol untuk menyingkirkannya yang berakhir gagal total.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang