Chapter 18

120K 5.8K 2K
                                    

P E M B U K A

Jangan lupa kasih emot dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa kasih emot dulu sebelum baca

***

"Vi," mohon Manggala dengan suara serak berat sembari menahan tangan Viola agar tidak membuat gerakan apapun yang mematik gairah.

Setelah menggesekkan bongkahan pantat ke selangkangannya, ia kira sisi binal Viola hanya sebatas itu saja, lalu berhenti, dan berakhir malu yang mendatangkan canggung.

Ternyata tidak.

Sangat jauh dari prediksi, pengasuh nakal di hadapannya justru semakin berani menantang. Begitu sesi gesek-gesekkannya diakhiri, perempuan itu balik badan. Menghadapnya dengan jarak tak seberapa dan menunjukkan arogansi tinggi. Seolah-olah memang sedang menguji sejauh mana ketahanan pria matang yang sudah lama menduda.

"Kenapa hmm?" tanya Viola enteng.
Ia masih mempertahankan ekspresi tengil melihat ketegangan di wajah majikannya yang muncul sejak telapak tangannya berada di selangkangan pria itu. Melirik ke bawah, senyumnya muncul. Gundukan di sana membesar.

"Pake bajunya yang bener!"

"Gerah."
Tali spageti gaun tidurnya yang baru saja diperbaiki letaknya oleh Manggala untuk kesekian kali, kembali disingkirkan dari bahu. Dibiarkan merosot ke lengan sampai bagian yang menutupi dada pun ikut merosot.

"Kamu sengaja, kan?"
Sudah berusaha, tapi Manggala hanya mampu menahan tiga detik saja. Di detik keempat tatapannya turun ke dada Viola dan melihat lereng permukaan bukit kembar perempuan itu dengan jelas dalam radius sangat dekat. Kalau diminta mendeskripsikan, Manggala tidak bisa memberi keterangan banyak. Dari waktu dua detiknya melihat itu, mungkin kata 'padat dan berisi' lah yang paling tepat untuk mendeskripsikan sesuatu yang baru saja dilihat.

"Sengaja-sengaja apa, sih?"

"Viola."
Manggala menggeram tertahan, memberi peringatan dengan nada frustrasi. Baru disingkirkan, telapak tangan nakal itu kembali mendarat di zona berbahaya. Memang tidak membuat gerakan berlebihan, tapi telapak tangan Viola memberi tekanan kuat di selangkangnya.
Tepat pada bukit gairah yang semakin menyesakkan di sana.

Bicara soal gairah, Manggala saja sulit percaya kalau masih merasakan hal-hal semacam ini. Setelah tahun demi tahun terlewat, ia sempat mengira miliknya sudah tidak bisa bangun lagi. Ternyata ... baru digesek sedikit saja sudah bertegangan tinggi.
"Jangan," mohonnya sekali lagi.

"Jangan berhenti?"

Manggala sedang merencanakan aksi kabur untuk menyelamatkan diri. Sayangnya, belum sampai melakukannya, Viola mengambil tindakan lebih cepat darinya yang terlalu banyak berpikir.

Perempuan itu menginjak kedua kaki Manggala untuk dijadikan sebagai pijakan yang membuatnya beberapa centimeter lebih tinggi. Tingginya sekarang mampu menjangkau dagu Manggala yang menahan napas ketika bibirnya dibawa mendekat ke rahang tegas pria itu. Melihatnya, Viola menahan senyum lantas berbisik memintanya untuk bernapas.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang