Chapter 24

61.8K 5K 1.3K
                                    

P E M B U K A

Absen emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Absen emot dulu buat chapter ini

***

Ada yang berbeda dengan Manggala pagi ini.

Biasanya di waktu menjelang subuh, pria itu pasti sudah terjaga untuk Askara. Langsung membuatkan susu, menggendong Askara sampai bocah itu menghabiskan susunya dan berakhir tertidur lagi. Setelah itu, bukannya melanjutkan tidur, duda anak dua itu lebih memilih untuk olahraga, lalu mengurus rumah. Jadi, ketika anak-anaknya bangun, rumah dalam keadaan rapi dan sarapan sederhana sudah siap. Manggala memang serajin itu.

Tapi pagi ini, sampai cahaya matahari mengintip lewat celah tirai, wajahnya bahkan belum terlihat sempurna. Sebagian masih tersembunyi, tenggelam dalam perpotongan leher Viola. Satu tangannya pun belum keluar. Masih berada di dalam tank top pengasuh anaknya yang suka rela meminjamkan tubuh untuk dijadikan lintasan mobil-mobilan.

Begitu juga dengan Viola.
Perempuan itu pun masih tertidur nyenyak, bertumpu dagu pada kepala Manggala yang sedang bertukar peran dengan Askara. Ya. Semalam, bukan Askara lah yang ia asuh, tapi papi bocah itu.

"Eunghh."
Getar ponsel dan gerakan tangan seperti meremas pada dadanya, membuat Viola terjaga paksa. Dengan menahan kantuk berat karena ternyata menidurkan Manggala lebih sulit daripada Askara, perempuan itu meraih benda pipih yang menjadi sumber getaran.

"Halo," sapanya dengan suara serak khas bangun tidur. Tidak melihat siapa yang menelepon sebelum menjawab panggilan itu, ia pun bertanya, "siapa, ya?"

"Hai, Viola. Ini aku Jihan. Sebelumnya aku minta maaf, ya. Kayaknya aku ganggu kamu pagi-pagi gini."

"Jihan?" gumam Viola. Beberapa detik kemudian, kelopak matanya terbuka sempurna dan kesadarannya mulai berkumpuo. "Ganggu-ganggu apa, sih? Lo nggak ganggu sama sekali kok."

"Jihan." Nama itu disebut begitu pelan, terdengar seperti bisikan pada Manggala yang tiba-tiba mengangkat kepala hanya untuk bertanya lewat gerakan alis.

Usai mendapat jawaban, Manggala kembali mencari-cari posisi nyaman. Dan kenyamanan itu ia temukan saat membaringkan kepala di dada Viola. Kenyal, empuk, dan hangat.
Itulah review singkat dari Manggala yang baru tahu kalau dada Viola, selain bisa dijadikan lintasan mobil-mobilan, bisa dijadikan bantal juga.

"Kamu udah di rumah Mas Gala belum, ya? Tadinya aku udah telepon Mas Gala, tapi nomornya nggak aktif. Telepon ke Kala juga sama. Makanya aku telepon kamu, Vi."

"Iya, gue di rumah Mas Gala. Kenapa Ji? Apa ada sesuatu sama Askara?"

"Nggak kok. Askara aman, Vi. Ini lagi sarapan sambil nahan ngantuk. Soalnya tadi aku bangunin. Oh iya, Mas Gala udah bangun belum?"

Viola lirik ke bawah.
Di sana ia dapati Manggala yang berbaring nyaman berbantalkan dadanya, sudah menutup kelopak mata kembali. Dari gerakan tangannya yang masih mendorong mobil-mobilan melintasi kulit perutnya, bisa disimpulkan kalau pria itu tidak tidur.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang