Chapter 38

61K 3.9K 1.7K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca

***

Harusnya Manggala pulang.
Menghibur diri lewat tingkah lucu Askara yang sedang aktif-aktifnya. Meladeni segala drama bocah itu agar otaknya berhenti sejenak memikirkan beban dalam benak. Atau pulang sekadar untuk berebut Viola dengan anak bungsunya yang bisa disebut kerikil dalam hubungannya bersama sang kekasih.

Seharusnya memang seperti itu, tapi Manggala berubah pikiran setelah panggilan dengan Shankara berakhir.
Tanpa basa-basi, adik tirinya mendesak agar ia berterus terang pada Kala tentang siapa ayah biologis remaja itu. Memberi ultimatum akan mendepaknya dari perusahaan tanpa mendapat apa-apa kalau tidak segera melakukan apa yang Shankara perintahkan. Juga mengancam akan mengambil alih Kala dengan atau tanpa persetujuannya. Manggala yakin, Shankara tidak main-main saat mengancam akan membuatnya berjarak tanpa pertemuan dengan Kala, seperti yang pernah dilakukan di masa lalu.
Poin-poin itulah yang membuat kekacauan di kepala Manggala semakin tak teratasi. Masalah tentang Jihan, Arjuna, dan Nagita saja otaknya masih buntu, sudah ditimpa masalah tentang Kala.

Memang bukan anak kandung, tapi Manggala menyayangi Kala sebagaimana ia menyayangi Askara—anak kandungnya sendiri. Sekalipun kasih sayang yang dicurahkan masih saja dinilai berat sebelah oleh Kala, tapi percayalah kalau pria itu sudah berusaha sangat keras untuk bersikap adil, dan itu tidaklah mudah. Apalagi di tengah usahanya, egonya selalu disentil oleh kenyataan paling menyedihkan; Kala adalah buah dari pengkhianatan perempuan yang pernah dicintai dengan pria paling dibenci. Sejak awal memutuskan menerima Kala, ada banyak sekali kesulitan yang Manggala alami, termasuk untuk tidak membencinya.

Dan, setelah berdamai dengan semua rasa sakit ... Shankara benar-benar tidak tahu diri. Ingin diakui bahkan berani mengancam akan membawa Kala pergi lagi. Apa pria gila itu tidak ingat dengan perbuatannya di masa lalu? Pantaskah menuntut pengakuan sebagai seorang ayah, kalau dulu Shankara lah yang paling vokal agar Kala dilenyapkan saja saat masih dalam kandungan? Apakah pria tak bertanggungjawab seperti Shankara masih pantas disebut ayah?

Tidak akan!
Manggala tidak akan membiarkan Shankara mengambil Kala, apapun yang terjadi nanti.
Kala Renjana adalah anaknya. Itu adalah nilai mutlak.
Anak yang ia besarkan sendiri dengan segala keterbatasan.
Ia yang membersamai di setiap momen tumbuh kembang Kala, bukan Shankara.
Ia yang malam-malam selalu terjaga untuk Kala, bukan Shankara.
Ia yang selalu di samping Kala dalam segala kondisi, bukan Shankara.
Ia yang mengajari Kala banyak hal, bukan Shankara.
Shankara tidak berhak atas Kala.

Sengatan rasa nyeri di kepala, buyarkan lamunan Manggala. Pria itu menghela napas lantas meraih cangkir kopi hitamnya. Menyesap sedikit demi sedikit sembari memeriksa ponsel yang terus saja bergetar. Dari beberapa pesan masuk, hanya pesan dari orang kantor yang membuat kerutan halus muncul di kening.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang