chapter 9

83.9K 5.8K 969
                                    

P E M B U K A

Sebelum baca, absen emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, absen emot dulu buat chapter ini

***

Askara tidak senakal dan semengerikan seperti kata para korbannya. Pada dasarnya Askara sama seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, beragam kepribadian unik yang mudah berubah dalam sekejap, gemar berimajinasi dan berjiwa petualang. Hanya saja Askara ini memang lebih aktif dan energik, keras kepala, dan banyak akal untuk menarik perhatian. Anak itu butuh teman yang mau diajak bermain, berkompetisi, dan mencoba hal-hal baru. Bukan hanya sekadar mengawasi tanpa ada keterlibatan langsung.

Sekiranya itulah poin-poin yang Viola simpulkan sementara setelah menghabiskan waktu beberapa jam untuk meladeni segala tingkah bocah itu. Mulai dari menjadi rival sengit di beberapa permainan sampai dipercaya menjadi partner ketika menyusun puzzle.

Dari pengamatan Viola, tanpa hasutan dari Kala, sejauh ini Askara bertingkah normal-normal saja. Aman dan terkendali. Bocah itu lebih banyak mengajaknya berkompetisi daripada menyerang atau melakukan hal-hal merugikan. Nakalnya masih di level wajar yang bisa dimaklumi. Itupun terjadi kalau mulai merasa jenuh. Selagi Viola bisa menciptakan suasana menyenangkan, bocah itu bertingkah manis.
Lalu ketika Viola berusaha menempatkan diri sebagai teman bocah itu dengan cepat menerimanya, dan melupakan permusuhan begitu saja.

Sampai sini sudah cukup jelas. Sumber permasalahan ada pada Kala yang menjadikan adiknya sebagai pion ketika tidak mampu melakukan kenakalan sendiri.
Selain Kala, orang-orang yang kurang bisa memahami Askara juga menjadi sumber tingkah menyebalkan bocah itu. Termasuk Manggala. Dari sudut pandang Viola, Manggala kurang tanggap. Pria itu cenderung kaku dan kurang vokal ketika Askara yang super cerewet membangun ruang obrolan. Daripada menanggapi kecerewetan anaknya, duda anak dua itu lebih banyak menyimak. Baru merespons kalau sudah ada sinyal bahaya dari Askara. Selagi sinyal bahaya tidak ditunjukkan, Manggala benar-benar membiarkannya mengoceh sendiri sampai bosan lalu kesal dan berakhir mengamuk tidak jelas.

Seperti yang terjadi sekarang.
Beberapa menit lalu, suasana hati Askara benar-benar bagus. Anak itu tidak berhenti bercerita soal performa mainan barunya dengan semangat dan merayu Manggala agar mau mencoba. Setidaknya sekali. Sayangnya pria itu terus saja menolak dengan berbagai alasan tanpa mau mencoba sekali pun. Karena itulah, dalam sekejap suasana hati Askara berubah. Tiba-tiba saja merengek meminta sesuatu yang dilarang, sengaja mencari perkara. Padahal Manggala harus segera pergi untuk menjamu koleganya yang baru saja datang, tapi ditunda karena Askara bertingkah.

"Nggak mau nyot-nyot susu, Papi!" Anak itu berteriak, menjauhkan sippy cup berisi susu hangat yang baru saja Manggala seduh sebagai pengganti minuman yang diinginkan. Pipinya mengembung dengan mata menyipit menatap jengkel pada pria besar di hadapannya. "Papi dengar tidak aku mau minum seperti apa?"

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang