Chapter 52

61.2K 3.9K 4.1K
                                    

P E M B U K A

Sebelum baca, kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca,
kasih emot dulu buat chapter ini

***

Perkenalkan,
anak ketiga Viola.
Namanya Nawasena Manggala, usia 38 tahun rasa 38 bulan dengan kerewelan di level 9,9/10. Hanya karena nipple yang sudah semalaman di dalam mulut, Viola tarik keluar, jiwa balita yang terperangkap dalam diri duda anak dua itu memberontak. Merajuk tidak jelas—lebih parah dari Askara—dan Viola kehabisan cara membujuknya.

Ditawari nenen, ditolak.
Sudah dijejali nipple pun dikeluarkan kembali. Entah apa maunya duda anak dua ini. Merepotkan sekali punya anak bontot seperti Manggala. Semakin merasa tertipu lah Viola. Hari-harinya sekarang penuh dengan kejutan hal yang selama ini disembunyikan calon suaminya. Memang licik. Kenapa baru ditunjukkan setelah hubungannya sejauh ini, sih? Cih! Dulu saja terlihat seperti orang benar. Tangguh, mengayomi, dewasa, dan kebapak-bapakan. Ternyata ... itu hanya kedok! Ini, sih, lebih cocok menjadi adiknya Askara dibanding papinya.

Ngomong-ngomong, bisa dilaporkan atas tuduhan penipuan identitas tidak, ya?

"Belalai-nya bisa ditutupin, nggak?" protes Viola, merasa terganggu dengan sesuatu yang menggantung di selangkangan Manggala. Mengingatkannya saat itu digunakan untuk menampar-nampar pipinya, juga menepuk kepala tadi malam sebelum terjadi insiden tersedak.

Manggala tak beri tanggapan.
Tetap sibuk mondar-mandir sembari menenteng celana bahan, dan tak terpengaruh meski sudah mendapat teguran. Tetap membiarkan area bawahnya terbuka. Ia justru semakin gencar dengan wara-wari di sekitar yang terjangkau mata Viola. Sengaja membuat calon istrinya semakin jengkel. Ceritanya balas dendam atas kesepakatan yang sudah diingkari.

Padahal semalam Manggala sudah mau mengalah—mengeluarkan kejantanan yang seharusnya tetap memenuhi milik Viola sampai pagi, dan menerima memuluti pucuk mungil dada yang dijadikan pengganti. Janjinya tidak akan diambil kesenangannya, tapi ternyata ia ditipu. Di jam tiga pagi, nipple itu ditarik keluar tanpa persetujuan. Seharusnya, kan, jatahnya masih ada sekitaranan satu jam lagi. Tapi malah ... korupsi waktu! Yang begitu itu tidak baik, kan? Kalau kata Askara, tidak terpuji sekali Mamiw Pio.

"Celananya dipake, Mas. Dipake! Malah ditenteng-tenteng doang kayak gitu. Buat apa, sih?" Viola semakin geram dibuatnya melihat kelakuan duda rewel itu—seliweran di hadapannya, padahal hanya menggunakan kemeja batik tanpa penutup area bawah. Ia pun bangkit. Lilitkan selimut untuk menutupi tubuh telanjang yang semalaman penuh didekap erat Manggala usai bercinta. Kemudian hampiri dan rebut celana bahan dari tangan pria itu. Menggunakannya untuk memukul pelan bokong Papi Askara beberapa kali. Salah siapa susah dibilangin. "Pake celananya!"

Nyali Manggala menciut kalau calon istrinya sudah mode tegas seperti ini. Tak berani membantah, takut tak disayang-sayang lagi.
"Celana dalamnya belum ketemu, Vio," katanya kemudian celingukan, berusaha mencari. Ngeri burung-nya kenapa-kenapa kalau tidak pakai celana dalam. Keserempet ritsleting sedikit saja, apa tidak bahaya.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang