PART 43 - Still Different Place

9.2K 1.1K 104
                                    

LA, California.

Dellza Goncalve masih dengan perasaan tidak nyaman dan sedihnya. Kembali ke Los Angeles tanpa Altherr. Siang ini ia tiba di Goncalve's Mansion, kediaman mewahnya. Daniel membawa koper milik Dellza seraya berjalan mengekori. Pius dan Anne menyambut Dellza dengan sangat antusias. Setelah lebih dari dua minggu akhirnya Nyonya baik Goncalve pulang.

"Oh my beautiful, Dellza! Selamat datang kembali!" seru Pius.

Dellza tersenyum tipis. "Hi, Pius."

Daniel berhenti dan melepas pegangannya dari koper, menatap dua kepala pelayan mansion itu dan Dellza.

Pius melihat ke pintu utama mansion. "Dimana si Tuan pemarah Altherr?" tanyanya dengan suara berbisik.

"Aku letih. Aku mau istirahat." Dellza pergi dari hadapan mereka.

Pius mengernyit. Kemudian Anne membawa koper Dellza dan menyusul. Tinggalah Pius dan si pengawal Daniel.

"Dellza ..."

"Suasana hatinya sedang tidak bagus," potong Daniel.

"Oh, keren. Kau bisa baca pikiranku."

"Jangan ganggu dia. Apalagi jangan tanya tentang Altherr, itu akan membuat perasaannya semakin tidak baik-baik saja."

"Oh, are they fighting? Tuan berbuat sesuatu yang buruk padanya?"

"Look, kau mau tahu saja urusan orang lain."

Pius mengulum bibirnya dan cengengesan, tertawa dengan sikap yang kurang sopan.

"Jangan cerewet padanya. Aku mau mandi."

Daniel melenggang pergi. Pius masih kepikiran dengan apa yang terjadi di antara Altherr dan Dellza. Namun ia mengingat kata-kata Daniel dan memutuskan untuk kembali bekerja. Dellza sampai di kamarnya, ia duduk di tepi ranjang. Matanya melirik foto pernikahannya yang terpajang di dinding. Anne meletakan koper di atas sofa.

"Dellza, mau aku yang membereskan barang-barang dari dalam koper?" tanya Anne.

"Ya. Silahkan, Anne," jawab Dellza tanpa menatapnya.

Setelah itu Anne membawa koper ke walk in closet, ia membereskan barang-barang milik Dellza. Ia memindahkannya ke kabinet, lemari dan rak. Anne keluar dan memperhatikan Dellza. Wanita berusia 23 tahun itu nampaknya sedang mencoba menghubungi seseorang.

"Pria brengsek!" rutuknya dan melempar ponsel hingga membentur meja.

Napas Dellza terengah-engah, ia kesal. Menyadari keberadaan Anne, ia mencoba untuk tenang. Ia meminta maaf karena bersikap kasar di depannya. Anne menghampiri Dellza, mengelus kepalanya dengan lembut. Pertama kalinya Anne membelai kepala Dellza, membuat Dellza mendongak menatapnya dengan binar haru. Cara Anne membelai seperti seorang Ibu. Perasaan Dellza campur aduk. Kekesalan, kerinduan, rasa bersalah dan kesedihan menjadi satu saling bebenturan. Dellza menunduk dan menangis.

Anne duduk di samping Dellza. "Kau bisa berkeluh kesah padaku. Jangan dipendam."

Dellza menatapnya. "Altherr marah padaku, Anne. Dia pergi dari Rotterdam tanpa aku. Sampai aku kembali kesini, dia tetap menjauh."

"Jadi itu kenapa aku tidak melihat Tuan bersamamu. Kalau boleh aku tahu, apa masalahnya?"

"Aku menyimpan rahasia besar darinya. Karena paranoidku, aku belum sempat memberitahunya."

"Jika ini tentang rahasia, sebaiknya jangan beritahu aku. Aku takut --"

"Anne, aku percaya padamu. Selama ini aku berbagi masalah denganmu."

The MAFIA Lord's DesiresWhere stories live. Discover now