PART 11 - Samuelson Family

15K 1.5K 134
                                    

Dibaringkannya tubuh Dellza di tempat tidur. Melihat gadis itu terpejam dan bernapas begitu tenang, membuat Altherr ingin memperhatikannya lebih lama. Pria itu duduk di tepi ranjang dan tersenyum menatap wajah manis Dellza Leuzinger. Dengan lembut ia usap wajahnya dan membelai rambut panjangnya. Altherr tidak mengerti dengan perasaannya, dalam waktu singkat hasratnya terpaku pada gadis yang seharusnya dia musuhi. Mengingat Dellza kekasih Theo Burckhalter. Goncalve terbiasa melibatkan orang-orang terdekat Burckhalter menjadi bagian balas dendam, namun kali ini Altherr mesti berbelok dari tradisi Goncalve. Setidaknya hanya untuk Dellza. Bila gadis itu berada dalam list of blood revenge, dipastikan kematian adalah tujuan utamanya.

"Gadis biasa ini membuatku melenceng. Tapi aku masih bisa menjadikannya pion untuk balas dendam," gumam Altherr. "Merebutnya dari tangan Burckhalter."

Altherr berdiri dan mencari sesuatu di sekitar kasur dan meja. Begitu menemukan ponsel Dellza tergeletak di sofa, ia mengambilnya dan memasukannya ke balik jas hitamnya. Setelah itu melangkah pergi dari kamar dan mengunci pintunya, tak lupa membawa kuncinya. Seorang pengawal mendekat. Altherr memerintahkan pria tersebut untuk mengawasi Dellza, dia akan pergi.

Altherr melihat ke pengawalnya yang lain. "I need my blue lambo aventador."

Pengawal itu langsung bergegas. Kemudian langkah kaki Altherr menuju pintu utama. Moses mengekorinya. Sampai di pelataran, Altherr menunggu sebentar sampai mobil yang diinginkannya sampai di depannya. Setelah pengawal keluar, ia lantas masuk ke dalam mobil sport-nya yang kali ini berwarna biru dan melaju meningggalkan mansion. Jeep Moses mengikutinya.

A few moments later...

Di salah satu lorong gedung rumah sakit kemunculan Altherr mengundang perhatian. Perawat dan pengunjung sampai tak berhenti melirik padanya. Altherr tak mengindahkan setiap pasang mata itu, tatapannya tetap lurus ke depan dan memasang ekspresi yang sungguh tidak ramah. Dingin sekali. Selain ketampanan, reputasinya yang besar turut menjadi daya tarik. Tak khayal bila dia menjadi pusat perhatian.

Langkahnya berhenti di depan salah satu ruangan. Terdapat jendela besar yang dapat menangkap bagaimana keadaan di dalam ruangan tersebut. Sorot mata dingin Altherr melihat dokter tengah memutarkan perban di area paha Jarvis. Jarvis sendiri terbaring setengah duduk dan memperhatikan sang dokter. Cukup lama menunggu, dokter yang menyadari keberadaan Altherr pun keluar. Beliau mempersilahkan Altherr masuk dan ia bergegas pergi.

Jarvis yang ingin duduk di tepi ranjang menolak bantuan suster, dia tampak memendam kekesalan. Lalu tatapannya sampai pada kedatangan Altherr. Dengan tanda isyarat Altherr mengusir suster itu. Kini hanya ada mereka saja. Moses menunggu di luar.

"Kenapa kau ada di sini?" Jarvis membuka percakapan.

Altherr dengan dingin menjawab, "Menjengukmu. Sesama anggota Goncalve harus saling peduli, bukan?"

"Peduli katanya." Jarvis tersenyum kecut.

"Alright! I never care about you, asshole." Altherr tersenyum mengejek.

"Mind your language!" Jarvis menatapnya marah.

Altherr memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Because of your assholian actions, aku semakin lebih kehilangan rasa hormat padamu."

"Dellza bukan milikmu. Jadi aku bisa melakukan apapun."

"Ssshh ... kau mengatakannya pada orang yang salah, Jarvis. Kau mengenalku, bukan? Apapun yang sudah berada di tanganku akan jadi urusanku."

Jarvis diam, ingin sekali ia memukul anak kurang ajar itu. Altherr satu satu langkah maju, agar cukup berhadapan dengan Jarvis.

"I'm just here to warn you," ucap Altherr. "Aku lebih suka mengatakan peringatanku secara langsung. Well, jangan pernah lagi kau bertindak konyol antara aku dan gadisku. Aku bisa lebih brutal dari hari ini, Jarvis Goncalve."

The MAFIA Lord's DesiresWhere stories live. Discover now