PART 25 - Mansion Library (18+)

18.5K 1.4K 269
                                    

Dellza sudah dapat jawaban tentang apa yang membuatnya penasaran. Sekarang dia sepenuhnya yakin bila Altherr, suaminya adalah mafia. Bahkan bukan sekedar mafia biasa. Dia mafia Don, berkuasa dan sangat berpengaruh. Meskipun dia mungkin hanya tahu sebagian tentang G7 Mafia, setidaknya dia tahu beberapa poin yang cukup baginya.

But can I accept this big fact? He's so fucking criminal, batin Dellza.

Wanita berusia 23 tahun itu tidak tahu apakah setelah dia mendengar semua ini, dia akan menerima Altherr atau tidak. Altherr tak jauh beda dengan seorang penjahat. Menjalankan bisnis keluarga yang ilegal. Dellza menatap tangan Altherr yang menggenggam tangannya. Tangan kokoh itu, pasti sudah menyebabkan banyak dosa.

Altherr tersenyum dan melepas genggaman tangannya, menatap telapak tangannya sendiri. "Apa kau semakin merasa jijik padaku, setelah berpikir tangan ini pernah membunuh seseorang?" tanyanya.

Dellza mengerjap.

"I'm a big criminal, right?" ucap Altherr.

Dellza menatap matanya. "Tanpa aku tahu kau adalah mafia, aku sudah punya asumsi kalau kau pria kriminal. I can never forget your crimes against me."

"Sekarang kau semakin stuck untuk menerimaku."

"Aku tidak pernah berpikir aku akan menerimamu. Aku bertahan di sini karena tidak ada pilihan. Kau mengunci semua jalan."

"Katakan sesuatu padaku, sayang. Terlepas kau tidak bisa melupakan kejahatanku, apa kau melupakan kebaikanku? Aku mencoba untuk memperbaiki kesalahan," kata Alther. "Aku berperilaku sebaik mungkin padamu. Aku tidak masalah bila kau tidak melihatnya, aku tulus melakukannya. Tapi kadang aku bertanya-tanya, apa kebaikanku membuka hatimu?"

Dellza tercenung.

Altherr tersenyum. "Ternyata tidak. Walaupun itu sedikit saja. Aku mengerti, aku sangat menyakitimu."

"Ketika harapan seseorang berulang kali terenggut, rasanya seperti kau tenggelam dalam kegelapan. You broke me, Altherr," gumam Dellza, "kau menahanku, memaksaku, menyentuhku dan ... kau memisahkan aku dari Theo Burckhalter."

Dellza beranjak dari kursi dan mendekat ke dinding. Melihat senjata lebih dekat. Altherr merasa kata-kata yang Dellza lontarkan barusan memukul hatinya.

Kegelapan, aku merasakannya sejak lama. Kau tidak tahu Burckhalter merenggut harapanku, merenggut adikku dari hidupku. Mereka menghancurkanku. Menghancurkan hati keluargaku. Kau juga tidak tahu betapa piciknya Theo padamu, batin Altherr.

Altherr mendekat ke Dellza, ia merengkuh pinggang wanita itu. Memeluknya dari belakang. Dellza membeku, kepalanya yang berada di dada bidang Altherr tak bergerak.

It's okay. Aku bersamamu tidak hanya membuatku merasa hidup. Sudah menjadi tugasku untuk melindungimu dari Theo, dari segalanya yang akan menyakitimu. Tidak boleh ada yang menyakiti Dellzaku, ucap Altherr dalam hati.

"I'm so sorry, love," ucap Altherr. "Aku tahu ucapan maafku terbilang percuma, tidak akan merubah apapun. Tapi tetap, aku tidak akan lelah untuk meminta maaf."

Dellza diam. Altherr mengurai pelukannya, menarik Dellza agar menghadap ke arahnya. Ia menangkup wajah wanita itu, menatapnya dalam. Dellza sampai tak bisa berpaling dari sorot mata Altherr yang menenangkan.

"I will not give up. Aku akan terus berjuang untuk mendapat pengampunanmu," kata Altherr.

Dellza bertanya, "Bagaimana bila kau tidak mendapatkannya?"

"Aku akan mendapatkannya. Aku yakin pada cintaku," balas Altherr. "Aku akan membuatmu bahagia, Dellza Goncalve. Me, you and our child."

Mobil mewah berhenti di pelataran mansion. Seorang wanita tua, Blodeyn Goncalve keluar dari dalam mobil itu dengan tongkat berkepala serigalanya. Ia berjalan masuk ke pintu utama mansion. Di susul Jarvis yang mengendarai mobil tersebut. Jarvis tampak rapih dengan setelan suit-nya.

The MAFIA Lord's DesiresUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum