PART 21 - Good News

13.4K 1.4K 141
                                    

"Jangan ke rumah sakit. Langsung ke mansion saudaramu saja," ucap Dellza sembari menutup botol air mineral.

Altherr yang sedang menyetir menoleh sekilas. "What the hell, love?"

"Please," tekan Dellza, "aku ingin cepat pulang. I'm fine! Aku mual karena terlalu lama duduk di toko itu."

Altherr meliriknya lagi, cukup lama dan menghela napas. Ia menepikan egonya dan menuruti apa yang istrinya inginkan. Mata elangnya menatap kaca spion, melihat mobil yang melaju tak jauh di belakangnya. Dengan sengaja ia melajukan mobil sport-nya dalam kecepatan lambat. Matanya menatap ke depan dan spion beberapa kali, dan mobil yang ia curigai membuntutinya lewat di samping mobilnya dan memasuki jalur lain.

"Let's see," gumam Altherr.

Dellza melirik dan mengernyit. Dia memperhatikan Altherr, pria itu menghubungi seseorang melalui fitur panggilan suara di mobilnya.

"Yes, Mr. Goncalve?" terdengar suara seseorang di seberang sana. Moses Elwood, Dellza mengenali suaranya.

Altherr memerintahkan tangan kanannya itu untuk mencari tahu pemilik mobil dengan nomor plat yang ia sebutkan. Setelah Moses merespon, Altherr mengakhiri panggilan. Dellza kembali melihat ke samping jendela, enggan memikirkan apa yang sedang Altherr tuju.

Mobil sampai di depan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi. Terbuka secara otomatis dan Altherr memasuki kawasan mansion yang mewah. Altherr membukakan pintu mobilnya untuk Dellza. Begitu Dellza keluar, wanita berparas cantik itu menatap pemandangan mansion di sekelilingnya. Pelatarannya tidak seluas mansion Goncalve, tapi pasti bagian dalam mansion sangat luas terlepas dari bangunan mansion yang besar dan berlantai tiga. Altherr membawa Dellza ke dalam seraya merengkuh pinggangnya. Satu orang pria berseragam pelayan menyambut mereka dengan hangat dan memandu mereka menuju ruang keluarga.

"Sebenarnya Tuan Allard sedang tidak ada, Tuan Goncalve," ucap pelayan itu.

Altherr mengerutkan dahi. "Kemana dia? Dia tidak mengabari apapun padaku."

Altherr merogoh saku celananya dan mengecek ponselnya.

"Tuan Allard pergi ke rumah sakit."

Altherr mencoba menelepon Allard. Terhubung, namun tidak dijawab. Pelayan itu ingin mengatakan sesuatu, namun ternyata Allard telah kembali.

"Hey, kalian sudah datang," kata Allard.

Mereka mengikuti arah suara. Tampak Allard melangkah dengan keadaan kacau. Ada bercak darah di kemejanya. Altherr memasukan ponselnya ke dalam saku dan berjalan mendekat.

"What the fuck is going on, Allard? Kau baru saja membunuh seseorang?" tanya Altherr.

Allard menghela napas. "I wish I killed Marcell, tapi gadisku yang terluka."

Damn, dia ingin melenyap kakaknya sendiri? Batin Dellza.

"Gadismu?" Altherr mengangkat satu alisnya, "yang mana?"

Allard menepuk pundak Altherr dan mengatakan akan mandi dulu. Meminta Altherr untuk menunggu. Selepas Allard ke atas, pelayan juga pergi. Tinggalah si pengantin baru. Well, mereka sudah tiga hari berada di Los Angeles. Altherr mendekati sofa panjang, dia mengatur bantal dan menepuk sofanya. "Dellza, sekarang kau bisa tiduran sayang. Sini!" katanya.

Dellza mengernyit. "Apa? Tidak."

"Kau mau mual lagi karena lama duduk?"

"Itu ... jangan dipikirkan. Itu cuma alasan kosong."

The MAFIA Lord's DesiresDove le storie prendono vita. Scoprilo ora