PROLOG

50.5K 2.6K 193
                                    

Touching Goncalve red border, summoned the wolf's dark soul. - A.G

⚔▫️🐺▫️⚔

Los Angeles, California.

Mobil sport dengan warna hitam mengkilap memasuki kawasan tenang dengan bangunan sebuah katedral. Pintu mobil terbuka dan berpijak salah satu kaki beralas sepatu. Burung-burung lantas melintasi langit. Tiga detik kemudian sosok yang mengemudikan mobil itu keluar, tangannya yang kokoh memegang pintu seraya beranjak dari jok. Pintu mobilnya tertutup secara otomatis. Kini dia sepenuhnya di luar dan berdiri di sisi mobil.

Angin berhembus, pijakan kakinya seakan-akan mempengaruhi semesta. Kulitnya yang berkilauan membuatnya bak malaikat dibalik setelan suit. Mata elang abu-abu itu menatap lurus katedral di depannya. Ia melangkahkan kaki, cara dia melangkah seperti penguasa. Siapapun yang menatap wajahnya akan bertanya-tanya, apa yang membuatnya menderita? Tercetak jelas raut wajahnya seperti dedaunan di musim gugur. Meski begitu aura dingin dan misteriusnya begitu kental. Semakin mempermainkan pikiran dengan ratusan tanda tanya.

Altherr Goncalve. Pria berusia 28 tahun, billionaire dengan marga cukup berpengaruh. Goncalve. Marga keluarga satu ini, akan membuatmu takjub akan reputasi dan kekayaannya. Ia anak dari orangtua yang berasal dari dua negara yang berbeda, Amerika dan Spanyol. Altherr yang tampan membuat wanita manapun terpenjara akan rasa tertarik dan ingin memiliki. Kemewahan yang berada digenggamannya semakin membuat pesona dirinya sulit untuk ditolak. Akan tetapi Altherr bukanlah sesuatu yang mudah untuk diraih. Altherr seorang pemimpin dan pemilik Goncalve Co, perusahaan property. Bisnisnya tidak hanya dibidang properti, ia mengelola produksi minuman berenergi dan beralkohol dengan nama brand Zvoxac.

Suara dentang jam katedral sampai di telinga Altherr. Ketika jarum panjang tepat di angka duabelas, jam akan berdentang. Suara astetik itu mengiringi langkah Altherr. Ia semakin sampai. Setiap hari Rabu, sebelum jam tepat berada di angka tiga sore, Altherr pasti datang ke gereja katedral tersebut. Dentang jam itu akan menyambut langkahnya. Sekelebat-kelebat bayangan meluncur dibenaknya.

Sosok pria yang melewati bentangan jalan menuju katedral dengan senyum yang menawan, namun senyumnya menyurut ketika mendengar suara tembakan dan teriakan seorang wanita. Pria itu merubah langkahnya menjadi berlari menuju katedral. Suara tembakan kembali terdengar.

Altherr sampai di katedral, ia berdiri di ambang pintu dan bayangan baru muncul di benaknya. Dua tubuh yang bersimbah darah dan seorang pria yang menembak kepalanya sendiri. Altherr mengepal tangannya kuat-kuat dan memejamkan mata, mencoba menepis bayangan itu. Matanya terbuka dan tampak berkaca-kaca. Altherr melanjutkan langkahnya untuk lebih masuk. Kini ia berdiri di antara bangku-bangku panjang yang terbuat dari kayu yang berada di sisi kanan dan kiri. Karpet berwarna biru terbentang di bawah kakinya. Altherr menatap ke bawah, bayangan-bayangan itu muncul lagi. Kemudian Altherr menatap ke depan dengan tatapan tajam dan kosong. Katedral ini menyimpan peristiwa menyakitkan untuk Altherr Goncalve.

Altherr berkata, "Sumpahku takkan pernah berubah. Death must be repaid with death. Tidak peduli jika semesta tidak mendukung, aku akan tetap menggenggam kehancuran atas rasa sakit ini."

Arogan dan keras, seperti itulah Altherr. Luka yang menganga sampai detik ini membawanya ke titik paling gelap.

"Tuan Alther." Seseorang memanggil namanya. Moses Elwood, pria berusia kepala tiga yang merupakan tangan kanan dari sang billionaire. "Kakek akan tiba," katanya.

Altherr diam sejenak, lalu berbalik dan melangkah menuju pintu utama katedral. Moses menggenggam tangannya sendiri ke depan dan kepala agak menunduk ketika Tuannya melewatinya. Kemudian Moses mengekorinya. Mobil sport Altherr lebih dulu melaju dan mobil mewah Moses di belakangnya. Mereka meninggalkan kawasan katedral.

The MAFIA Lord's DesiresWhere stories live. Discover now