PART 03 - Rehabilitation Center

19.8K 1.7K 63
                                    

Seperti bos pada umumnya, Altherr memerintahkan Moses untuk menangani Dellza selama dia tidak ada. Sampai gadis itu meninggalkan mansion. Dellza menatap keluar jendela melihat Altherr yang melangkah mendekati mobilnya, nampaknya dia akan pergi.

Aku belum sempat mengucapkan terimakasih secara langsung padanya. Dellza membatin.

Ia teringat ucapan si wanita kepala pelayan mansion. "Tuan tidak terbiasa menerima ucapan terimakasih, jika apa yang dia lakukan karena keinginannya sendiri."

Senyuman kecil bergerak di bibirnya yang ranum. Itu artinya Altherr memang sungguh menolong dirinya. Kelihatannya pria itu bukan manusia yang punya simpati, sebab matanya yang tajam, auranya yang sedingin es dan kadang dia berkata seenaknya. Dellza ingat bagaimana Altherr bicara kepada Ulrich dan Jarvis, Ayahnya. Tidak ada sopan santun. Namun semuanya menjadi dominan dengan sifat Altherr pada Dellza, menolongnya, mengurusnya dan yang paling berkesan pada saat Altherr menghormati Dellza di depan Jarvis. Itu membuat Altherr layak disebut gantleman.

Selepas mobil yang Altherr kendarai melaju semakin jauh. Dellza menjauh dari jendela, dia akan ke teras mansion. Ulrich berpesan sebelumnya bila ia ingin Dellza menemuinya di teras. Tetapi teras yang mana tepatnya? Mengingat betapa luasnya mansion ini. Dellza bertanya pada seorang pelayan dan mengantarnya. Ternyata teras belakang.

Teras yang sangat luas seperti beranda dengan kolam renang di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teras yang sangat luas seperti beranda dengan kolam renang di sana. Pemandangan indah juga menjadi background mansion ini. Dellza sejenak menatap pria tua itu yang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Ulrich Goncalve, entah bagaimana reaksinya bila dia tahu bahwa Dellza menantunya.

Dellza berjalan mendekat. "Tn. Goncalve."

Ulrich menoleh, dia meletakan ponselnya dan tersenyum. Menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat pada gadis itu untuk duduk. Dellza menurut, duduk dengan sopan.

"I've been waiting for you since earlier, sweetheart. Ngomong-ngomong jangan memanggilku Tuan, panggil aku kakek. Itu lebih nyaman untukku," gumam Ulrich.

Dellza tersenyum. "Sesuai keinginanmu, kakek."

"Yaaa! Like that!" seru Ulrich. "Dellza, aku suka sekali melihatmu dan ... bicara denganmu."

Dellza mengernyit. Sempat pikiran konyol mendarat di benaknya, takut-takut pria tua itu juga akan seperti Jarvis. "Kenapa, kakek?" tanyanya.

Ulrich tampak menerawang. "Kau yang punya kualitas dalam bersikap ini mengingatkanku pada seseorang."

"Kakek, bagaimana bisa kau berpikir sebagus itu padaku? Kita baru saja bertemu dan aku tak yakin sikapku benar-benar baik. But I always try."

"Aku tak menemukan kepura-puraan di matamu yang indah itu, Dellza. Senyummu yang tulus. I really like. Kehadiranmu cukup ... mengobati kerinduanku padanya."

The MAFIA Lord's DesiresWhere stories live. Discover now