21:00, jaehyun.

Por meandvanilla

43.4K 6.3K 4.2K

[𝐋𝐎𝐊𝐀𝐋] "𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘴𝘪𝘣𝘶𝘬, 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯." -𝗃𝖾𝖿𝖿𝗋𝗂 Ⓒ︎𝙧𝙖𝙧𝙖𝙞𝙣... Más

Jeff x Una
i. thaitea
ii. Tekad & Martabak Spesial
iii. Hujan & Mantan
iv Insecure
v. Fight
vi. Jadian?
vii. Perkara Polaroid
viii. Sadboy
ix. "udah gak sibuk."
x. hari pertama
xi. rumah ibu
xii. uwu
xiii. acha
xiv. mati lampu
xvi. della's birthday plan
::: cast lagi.
xvii. gara-gara ecan
xviii. password dan portal.
xix. usaha aja dulu
xx. trauma
xxi. the truth
xxii. things he wanted to say
xxiii. misi penting
xxiv. (21:00)
xxv. kalo lagi sedih, cari aku aja
xxvi. liburan lah, masa enggak?
xxvii. perkara puisi

xv. jeff-acha

1K 153 64
Por meandvanilla

Sewaktu SMA dulu, Jeffri dikenal sebagai murid yang bandel nya na'udzubillah. Hampir semua guru pasrah ngadepin dia, bahkan guru BK sampai bosen gara-gara yang ke ruangan nya Jeffri lagi, Jeffri lagi.

"Sepatunya warna apa?"

Waktu itu, sebelum upacara Jeff sempet jongkok benerin tali sepatunya yang lepas. Cowok itu langsung nengadahin kepalanya dan lihat siapa yang barusan nanya.

"Eh, Acha," Jeff nyengir, lalu berdiri sambil rapihin seragamnya.

"Udah tau kan peraturannya kalau hari Senin nggak dibolehin pakai sepatu selain warna hitam?"

Jeffri jelas tau peraturan itu, cuma dia bodoamat dan malah pakai converse warna merah.

Fyi, Itu sepatu baru dan asli! Makanya Jeff pake sepatu itu karena mau pamer. Soalnya, kebanyakan anak sekolah Jeffri pada pake yang kw.

"Sepatunya saya sita."

"Eh, nggak bisa gitu dong! Mahal nih, Asli!"

"Ya lagian suruh siapa dipake ke sekolah? Kan udah tau peraturannya nggak boleh."

"Ya tapi kan—"

"Nggak ada alasan! Cepet siniin sepatunya."

Yaudah, Jeffri pasrah.



===


Setelah kejadian itu, Jeff beneran nggak pake alas kaki alias nyeker. Sumpah, Jeff beneran kesel banget sama Acha.

Walaupun yaa Jeffri emang naksir Acha sih, soalnya cantik, pinter—

"Tapi tetep aja kesel, sepatu mahal gue disita sama dia!"

Lalu sebuah ide muncul begitu Jeff lihat banyak sepatu yang berjejer di depan ruang OSIS.

"Cha, sori banget nih, tapi gue juga kesel sama lo."

Lalu, Jeff diem-diem ambil sepatu Acha dan dia gantung di pohon.























"Cha, itu kan sepatu lo??"

Acha tau betul siapa pelakunya. Cowok yang sekarang lagi nongkrong depan lab. biologi sambil naikkin-turunin alisnya dan tersenyum puas.

"Udah lah bodo amat."

===


"Natasha Claretta, kenapa nggak pakai sepatu?"

"S-sepatu saya.. "

"Kamu tau kan, khusus untuk semua siswa yang mengikuti pelajaran saya seeragam harus rapi, atribut lengkap, dan harus memakai sepatu."

Acha cuma diem, nunduk, nggak berani natap guru PPKN yang lagi berdiri didepannya.

"Keluar. Kamu nggak boleh ikut pelajaran saya."












Acha nggak paham lagi kenapa Jeffri selalu bikin dia kesel. Ini bukan sekali dua kali, Minggu lalu Jeffri bahkan pernah bikin ban sepeda Acha kempes—Walaupun habis itu Jeff tanggung jawab dengan nganterin Acha pulang sampai rumah.

Sekarang kesabaran Acha udah habis, dia nggak mau lagi deh kenal sama yang namanya Jeffrino Angkasa.

"Eh, Acha, tumben ke kantin pas jam pelajaran."

Acha ngerotasiin bola matanya, sumpah, Acha udah muak denger suaranya juga.

"Minggir, gue mau ketemu Bi Wati."

"Lah? Kirain ke kantin mau ketemu gue."

"Ngapain? Males banget gue liat muka lo!"

"Ih, Cha, jangan galak—"

"Kak Jeffri, please minggir, jangan ngalangin jalan gue."

"Nggak mau."

"Kak Jeff.. "

"Balikin dulu sepatu gue, baru mau minggir."

"Mana bisa? Ini hukuman karena lo udah ngelanggar peraturan."

"Yaudah kalo gitu, gue nggak mau minggir."

Acha makin dibuat Kesel waktu Jeffri tetep nggak mau minggir.

"LO TUH BISA NGGAK SIH SEHARI AJA NGGAK USAH GANGGUIN GUE?!"

Jeffri kaget bukan main denger Acha marah begitu.

"Selama ini gue selalu diem kalo diisengin sama lo, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya ngisengin gue terus-terusan kayak begini!"

Jeffri bisa lihag mata Acha yang merah, berkaca-kaca. Saat itu juga Jeff merasa bersalah.

"Cha—"

Belum sempat Jeff selesai ngomong, Acha udah lebih dulu dorong badannya dan langsung nyamperin Bi Wati.

"Bi, Ada betadine sama plester luka, nggak?"

"Waduh, Neng, Nggak ada atuh, kecuali kalo neng Acha nanyain 'Ada batagor nggak, Bi?' Itu baru ada."

Acha terkekeh, sambil ngeliatin Kakinya yang sedikit bengkak dan lecet—maklum, Acha nggak pernah nyeker begini sebelumnya.

"Neng, mau Bi Wati bikinin apa?"

"Nggak usah, Bi, Acha nggak laper ataupun haus."

"Yaudah atuh—Heh Jepri! Ngapain bengong disitu?"

"Eh, Hah? Kunaon Bi?"

"Tadi kamu makan belum bayar, Yang kemaren juga sama si Juki belum bayar. Cepet lunasin sekarang!"

Kebiasaan Jeffri yang satu ini, tolong jangan ditiru ya.


===


Setelah Waktunya Pulang, Acha biasanya diem dulu di ruang OSIS. Biasanya sih kumpul-kumpul aja sambil ngobrol.

"Cha, nih sepatu lo."

Julio dateng sambil bawa sepatu dan sebuah kantong plastik bening berisi betadine, plester luka, dan nasi plus ayam goreng kesukaannya.

"Dari Jeffri."

Acha ngerutin dahinya, lalu ngeluarin semua isi dari kantong plastik tersebut. Sampai akhirnya Acha nemuin sebuah note bertuliskan;

Sepatu lo udah gue balikin
Maaf udah bikin kaki lo jadi
lecet. Habis ini langsung diobatin.
Jangan lupa dimakan nasinya, tadi
siang lo belum makan soalnya.

sekali lagi, maaf..

—Jeffrino

"Kasian, Cha, pas turun dari pohon malah jatoh."

"Hah? Terus gimana?"

"Nggak gimana-gimana, paling abis ini pincang jalannya.

Acha nyandarin punggungnya ke tembok sambil tangannya sesekali mijat pelipisnya sendiri.

"Jeffri tuh sebenernya baik, tapi kenapa sering bikin Acha kesel, sih?"



===



"Jeffri udah seminggu nggak sekolah."

"Hah? Kemana dia?"

"..."

"Kak?"

"Sorry, Cha, gue nggak bisa kasih tau."



===



Udah seminggu Jeffri kabur dari rumah—dia tau, ini kesannya terlalu kekanak-kanakan. Tapi Jeff lebih milih tidur di depan toko pake kardus daripada harus tinggal sama Papa.

Jeff menyusuri gang kecil yang sempit, sumpek, dan gelap. Ditambah, Jeffri malah ketemu sama cewek jadi-jadian alias banci.

"Hey, ganteng, sendirian aja?" goda mbak nya dengan suara yang dibuat-buat. Jeffri merinding banget dengernya.

Jeffri mau lari, tapi tangannya keburu ditahan.

Jujur, Jeff lebih milih ketemu preman di gang sempit begini daripada harus ketemu banci.

"Jangan Tante, saya masih dibawah umur, kemaren bikin KTP juga belum jadi."

Jeffri beneran nggak inget lagi apa yang setelahnya terjadi, tau-tau ada orang yang mukul banci itu pake batu dan bawa dia lari.

Orang tadi bawa Jeffri ke depan Indomaret dan duduk disana.

"Nih, minum dulu."

"Iya—Eh, kok gue kayak kenal suara lo?"

Begitu orang tersebut buka penutup kepalanya..

"ACHA?!"

"HAHAHAHAHA TERNYATA LO KELIATANNYA DOANG SANGAR, TAUNYA TAKUT SAMA BAN—MMMPPP"

Jeff langsung bekap mulut Acha, "Diem!"

Sekujur tubuh Acha berasa kaku, begitu pandangan mereka saling beradu.

"Lo wangi deh."

Acha langsung berontak buat lepasin tangan Jeff yang masih nutup mulutnya.

"Diem lo!"

Setelahnya hening, nggak ada yang mulai percakapan. Acha sibuk sama isi pikirannya sendiri, Kalau Jeff sibuk menetralisir detak jantungnya.

Jeff masih malu banget soal tadi, bahkan sampai sekarang telinganya masih merah karena malu.

"Lo seminggu ini kenapa nggak sekolah?"

"Aduh nanyain, Fix! Lo suka sama gue."

"Gue serius."

"Serius suka sama gue?"

"Jeffri.."

"Haha, oke oke."

Jeffri benerin posisi duduknya supaya lebih nyaman sebelum mulai cerita.

"Gue kabur dari rumah."

Jeff nunggu respon dari Acha, tapi cewek itu malah diam. Mukanya tenang, seolah dia pengen dengerin semua cerita Jeff sampai selesai tanpa memotongnya.

"Bokap sama Nyokap udah pisah dari gue masih SD, semenjak itu gue tinggal sama nyokap. Dan kemarin bokap ngajak gue tinggal sama beliau di Jakarta."

"Gue nggak mau, terus gue ribut sama Papa. Ya, terus kabur."

Acha masih diam, Jeff yang liat itu jadi greget sendiri.

"Kok lo nggak nanya kenapa gue nggak mau pindah ke Jakarta?"

"Yaudah, kenapa nggak mau ikut bokap lo ke Jakarta?"

"Soalnya.. Nanti gue nggak bisa ketemu lo lagi."

Wajah Acha memanas saat itu juga, lalu buru-buru dia alihin pandangannya ke arah lain supaya Jeff nggak lihat.

"Gara-gara itu doang?"

"Sama ada satu lagi."

"Apa?"

"Kalo gue ikut Papa, nanti nggak ada yang jagain Ibu sama adik gue."

Jeff natap Acha sebentar, "Menurut lo, setelah Ibu pisah sama Papa siapa yang gantiin figur seorang Ayah di rumah buat Ibu sama Adik gue?"

"... Anak cowok?"

"Nah, itu dia."

"Adek lo cewek?"

"Enggak, cowok."

"Yaudah, kan ada dia yang bisa jagain nyokap lo."

"Mana bisa, kerjaan nya ke warnet terus sama ngejar layangan."

"Emang lo beneran bisa jagain nyokap?"

"Jangan salah ya Acha sayang, gue kalo dirumah selalu jadi anak cowok yang siaga buat ibunya."

"Contohnya?"

"Nganterin ibu ke pasar, masak—"

"Wait, serius lo bisa masak?"

"Bisa lah!" Jeffri mulai nunjukkin muka songongnya, "Udah ganteng, pinter masak, fix! idaman mertua banget Jeffri."

Acha ketawa dengernya. Ternyata Jeffri nggak se-menyebalkan yang dia kira.

"Jeff.."

"Hm?"

"Makasih."

"Buat?"

"Udah balikin sepatu gue sama kasih obat luka."

"Oh, gue juga minta maaf—"

"Iya, gapapa."

Jeff senyum, "Lo nggak mau tanya kenapa gue sering usilin lo?"

"Emang kenapa?"

"Soalnya... gue suka sama lo."

===



Sama seperti kisah cinta klise lainnya, mereka memutuskan untuk jadi lebih dari teman. Yang Acha ingat, Jeff bilang, "Kita jalanin aja dulu."

"Cha, besok ke gereja?"

"Iya, kenapa?"

Jeff gelengin kepalanya sambil senyum.

"Besok jangan lupa shalat subuh, kamu masih suka kesiangan kan?"

"Cha.."

"Kenapa?"

Banyak yang mau Jeff utarain saat itu, namun nggak ada sepatah kata pun yang keluar. Melainkan hanya sebuah senyum yang sedikit dipaksakan.

===



"Mas, nggak gampang bangun hubungan sama perempuan yang beda keyakinan sama kamu."

Sore itu, Papa sama Jeff duduk di teras sambil ditemani dua gelas kopi dan sepiring pisang goreng buatan Ibu.

"Papa tau apa? Kan yang jalanin Jeffri sama Acha."

"Kamu masih marah sama Papa?"

Jeff nggak jawab.

"Jeffri, kalau udah begini, kalian berdua terjebak di posisi yang sulit. Kalian dituntut untuk memilih antara Tuhan atau Dia yang kamu sayang."

"Bapak cuma mengingatkan, apapun alasannya, jangan pernah tinggalkan Tuhan."



===

Hari kelulusan.

Hari yang ditunggu-tunggu Jeffri, tapi juga hari yang—Jeffri harap, hari ini nggak pernah ada dalam hidupnya.

"Selamat, Kak."

"Makasih, Cha."

Mereka menatap mata satu sama lain, seolah mengampaikan sesuatu yang nggak bisa disampaikan lewat kata-kata.

"Natasha, Kita... Selesai disini."

Acha ngangguk, "Makasih buat satu tahun nya."

Dan cerita mereka, resmi ditutup.

*

Nggak kerasa udah satu jam Nana nemenin Riu dirumah—enggak sih, lebih tepatnya Nana cuma jadi nyamuk diantara Jeno sama Riu.

"Ih, Bongshik lucuu banget."

"Mau ketemu sama Bongshik nggak?"

"Emang Bongshik dibawa ke kosan?"

"Enggak, ada di rumah. Ntar Riu main ke rumah Kak Jeno."

"Boleh?"

"Boleh lah, sekalian kenalan sama Mama."

Nana be like :

Riu seneng bukan main, daritadi senyum terus. Bahkan waktu Jeno izin ke dapur mau minum Riu masih senyum-senyum kayak orang gila.

"Nyengir terus, awas gigi lo kering," Komen Nana sinis.

"Ih, apa sih lo sewot banget? Nggak tau apa orang lagi kasmaran."

"... Beneran suka lo sama Jeno?"

"Iiihh, kan Riu udah pernah cerita sama A Dhika!"

"Oh."

Riu yang mulai aneh sama ekspresi Nana langsung nanya, "Kenapa sih? Kok kayak nggak suka gitu?"

"Jangan suka sama Jeno."

"Emang kenapa?"

"Ceweknya banyak."

"Tau darimana?"

"Asal lo tau ya, Ri, dari jaman masih jadi zigot gue udah bareng terus sama Jeno."

Nana muka nya makin bete, Riu yang nggak paham Nana kenapa tiba-tiba begitu jadi heran sendiri.

"Ri, Nanti jangan lupa kunci pintu, Teteh mau ke kamar duluan."

"Loh, kok? Emang Kak Jeffri udah pulang?"

Una sempet nengok ke belakang—dimana Jeffri berdiri—sekilas lalu langsung masuk dan nutup rapat kamarnya.

"Kak Jeffri sama Teh Una kenapa sih?"

asa kek gimanaaa gitu chapter ini teh wkwkw

eh iya so far ini chapter terpanjangggg sksksks, semoga pada nggak mabok ya bacanya 😭

jangan lupa vote comment nya moms :)))

Seguir leyendo

También te gustarán

108K 11.3K 33
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
55.4K 5.1K 14
[FOLLOW SEBELUM BACA] Brothership, Harsh words, Skinship‼️ ❥Sequel Dream House ❥NOT BXB ⚠️ ❥Baca Dream House terlebih dahulu🐾 Satu atap yang mempe...
65K 9.7K 22
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
45.7K 4.4K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...