Possessive Psychopath (TERBIT)

By Hanihan_13

8.6M 791K 115K

(Sudah terbit. Tersedia di beberapa toko buku online kesayangan kalian❀) BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEPENT... More

Prolog
1.Murid Baru
2. Si Ganteng Yang Menyeramkan
3. Membangkitkan Nafsu
4. Menghindar
5. Mine
6. Membingungkan
7. Kenapa?
8. Mencoba Menerima
9. Di Kantin
10. Good bye Sherin
11. Awal Mula
12. Kejutan
13. Possessive Psychopath
14. Rumah Gevandra
15. Cemburu
16. Sweet Psychopath
17. Karena Terre
18. Sejenak Melupakan
19. Kalut
20. Penjelasan
21. Permintaan
22. Ruangan Liora
23. Flashback
24. Olahraga
25. Rencana Gevandra
26. Lawan Yang Salah
28. Perubahan Gevandra
29. Pengakuan
30. Bohong
Bukan update
31. Talita
32. Ungkapan
33. With All My Heart
34. Pagi Yang Indah
35. Cium
36. Virus
37. Dufan
38. Kerja Sama
39. Happy Birthday
40. Surprise
41. Bad News
42. Sadar
43. Keluarga
44. Siapa Pelakunya?
45. Terimakasih Mama
46. Teror Lagi
47. Pelukan Ibu
48. Dompet
CAST
49. Penjelasan Panji
50. Rumah Jacob
51. Gevandra Marah
52. Gudang
53. Gibran Penyelamat
54. Eksekusi Paman
55. Hancur
56. Diam
57. Perjodohan?
EXTRA PART
GRUP CHAT
EXTRA PART
Sekuel
H-5 PRE ORDER
H-2 PRE-ORDER
PRE ORDER
Cerita Baru

27. Mama

124K 12.5K 937
By Hanihan_13

Halooo🐊

Happy Reading 🐥

Spam next untuk part selanjunya 💃

---

Liora membuka matanya. Melirik kearah perutnya yang terasa berat. Sebuah tangan melingkar di perutnya. Memeluknya begitu erat.

Menoleh kesamping, memandang wajah Gevandra yang begitu damai ketika tidur. Sampai sekarang, ia masih tidak percaya jika Gevandra adalah seorang psikopat.

Sikapnya yang manis. Perhatian dan cintanya yang begitu besar. Bahkan cowok itu menuruti semua keinginannya. Apakah semua psikopat sebucin Gevandra?

Liora melihat jam yang berada di dinding. Jarum jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.

"Gevan, bangun," Liora menggerakkan lengan Gevandra yang berada diperutnya. Bukannya bangun, cowok itu malah semakin merngeratlan pelukannya.

"Gevan sekolah!" Liora berteriak kesal. Karena tak ada respon, dengan tidak berperasaan, Liora mencubit lengan Gevandra dengan keras.

"Ah!" Teriak Gevandra. Ia langsung membuka matanya, menatap Liora tajam. Yang ditatap malah membalikkan badannya, memunggungi Gevandra. Naah kan, cubitan Liora memang sedahsyat itu.

"Kenapa kasar?" Bisik Gevandra dari belakang. Membuat tubuh Liora bergidik mendengar suara dingin dari cowok itu.

"Biar kamu bangun. Kan sekolah," Jawab Liora pelan. Gevandra menghela nafasnya saat mendengar nada ketakutan dari gadisnya.

"Maaf," Ujar Gevandra lembut. Liora berbalik, mata keduanya saling bertatapan "Maaf udah buat kamu takut," Lanjut Gevandra.

Liora menggeleng "Enggak."

Gevandra mempererat pelukannya. Membuat kepala Liora menempel didadanya. "Maaf ya. Aku nggak bisa jagain kamu. Gara-gara aku kamu jadi sakit gini."

"Bukan salah kamu, Gevan," Liora mendongak, menatap wajah sendu Gevandra "Harusnya aku ngikutin saran kamu. Aku terlalu keras kepala, nggak mau dengerin kamu."

"Cepet sembuh ya," Gevandra mencium puncak kepala Liora lama. "Maaf."

"Kamu nggak salah," Liora menggeleng "Sana kamu pulang. Terus sekolah."

"Nggak mau lah. Masa aku ninggalin kamu sih?" Gevandra melepaskan pelukannya. Menatap Liora dengan tatapan tajamnya "Ninggalin kamu sendirian disini? Nanti kalau kamu kenapa-napa gimana? Pokoknya aku tetep mau disini."

"Aku nggak papa sendirian. Nanti pulang sekolah kamu kesini lagi," Liora masih mencoba merayu Gevandra. Walaupun sebenarnya ia sudah takut dengan tatapan tajam cowok itu "Aku jamin aku aman disini sendiri. Kamu harus sekolah, karena sekolah itu penting."

"Kamu lebih penting Ra," Jawab Gevandra cepat "Didunia ini nggak ada yang lebih penting dari kamu."

Pipi Liora langsung memerah. Gadis itu melengos kesamping, ia tidak kuat jika harus melihat wajah Gevandra "Bisa nggak sih pagi-pagi nggak usah gombal."

"Bisa nggak sih kalau digombalin itu nggak usah blushing," Gevandra terkekeh melihat rona merah dipipi gadisnya. Liora langsung memunggungi Gevandra. Kenapa sih jadi cowok kok rese banget.

"Tau ah. Aku mau ngambek pokoknya," Ujar Liora kesal sekaligus malu.

"Mau ngambek nggak papa. Tugas aku itu jagain kamu, bukan ninggalin kamu," Ujar Gevandra semakin gencar menggoda Liora.

"Ihh Gevan," Rengek Liora.

Gevandra memajukan kepalanya mendekat telinga Liora "Iya sayang?"

Liora merubah posisinya menjadi tengkurap. Menyembunyikan wajahnya diatas bantal. "Nyebelin banget sih!"

Gevandra tertawa terbahak. Hanya dengan Liora, ia bebas mengeluarkan ekspresinya. Bersama ayahnya saja ia tidak sebebas ini.

"Periksa dulu ya," Tidak disadari, ternyata dokter sudah masuk kedalam ruang rawat Liora. "Pacarannya nanti dulu ya."

"Iya dok," Gevandra bangun dari tidurnya. Sedangkan Liora merubah sikap tidurnya menjadi terlentang.

Gevandra mencium kening Liora. Lalu cowok itu langsung berlari keluar ruang rawat Liora. Sedangkan Liora, pipi gadis itu langsung memerah. Ditambah lagi, dokter itu menggoda Liora. Membuat Liora rasanya ingin menghilang sekarang juga.

🍁

"Sesuap lagi ya," Ujar Gevandra. Cowok itu sedang menyuapi Liora. Tepatnya sedang mencoba membujuk gadisnya makan. Akhirnya Gevandra tidak sekolah, ia tidak tega jika meninggalkan Liora sendirian. Walaupun sudah dipaksa oleh gadis itu, tapi tetap saja Gevandra kekeuh untuk tidak sekolah.

Liora menggeleng. Menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya.

Gevandra menggenggam tangan kanan Liora "Nanti kamu sakit perut."

"Nggak enak. Hambar," Ujar Liora.

"Okeoke," Gevandra meletakkan mangkuk diatas nakas "Mau makan apa? Aku beliin."

"Mau es krim!" Ujar Liora semangat.

"Makan. Es krim nggak buat kamu kenyang," Gevandra menatap Liora tajam.

"Enggak, nggak mau makan kok," Cicit Liora. Selalu saja tatapan tajam Gevandra membuatnya takut.

Gevandra menghela nafasnya "Sekarang makan ini dulu. Terus aku beliin eskrim ya?"

Liora menoleh, menatap Gevandra dengan mata yang berbinar "Beneran?"

Gevandra mengangguk. Mengambil mangkuk yang tadi sempat ia letakkan. "Aku suapin lagi," Gevandra mulai menyuapi Liora.

Dengan terpaksa gadis itu menelan makanan yang di suapkan oleh Gevandra. Demi es krim, ia harus menghabiskan makanan tanpa rasa ini.

Tak berselang lama, akhirnya Liora selesai makan. "Beneran ya, beliin es krim," Ujar Liora, mengamati Gevandra yang sedang mengambilkannya minum.

"Iya. Minum obat nya dulu," Gevandra menyodorkan segelas air beserta obat. Dengan segera Liora menelan obat tersebut. Demi es krim.

"Es krim vanilla yang besar ya," Ujar Liora.

"Oke," Gevandra bangun dari duduknya "Tinggal dulu ya. Jangan nakal," Cowok itu mencolek hidung Liora. Lalu ia melangkah keluar dari ruang rawat Liora.

Liora memandangi tubuh belakang Gevandra. Tersenyum tipis, bersyukur Gevandra hadir dalam hidupnya. Mendapat cinta yang begitu besar dari cowok itu. Dan ia yakin, pasti Gevandra tidak akan menyakiti nya.

"Sayang!" Kehadiran seorang wanita paruh baya membuat senyum Liora merekah sempurna.

"Mama!"

"Kamu kenapa sayang," Indira, mama Liora langsung memeluk anak gadisnya dengan erat. "Maafin mama. Mama baru bisa jenguk kamu."

"Aku kangen banget sama mama," Ujar Liora. Membuat hari Indira terasa nyeri. Kenapa ia tidak pernah ada waktu untuk anaknya. Kenapa ia selalu sibuk dengan urusannya sendiri.

"Maafin mama. Maafin mama," Indira terisak. Ia merasa gagal mejadi seorang ibu. Seharusnya ia berada disisi Liora. Seharusnya ia tahu bagaimana keadaan anaknya.

"Mama kenapa bisa tau?" Tanya Liora setelah pelukan mereka terlepas.

"Cica yang ngasih tau mama," Indira duduk di kursi disamping brankar Liora, mengenggam tangan Liora yang tidak diinfus "Maafin mama ya. Harusnya mama jagain kamu."

"Lio nggak papa ma. Cuma luka ringan kok," Ujar Liora dengan senyum yang begitu dipaksakan. Ia menahan mati-matian untuk tidak menangis.

Tangis Indira semakin pecah. Bagaimana bisa anaknya bilang cuma luka ringan. Ia tahu betul, Liora tidak bisa menahan rasa sakit. Dan hatinya semakin terisis, saat melihat senyum terpaksa dari anaknya ini.

"Mama jangan nangis. Aku nggak papa."

Indira menghela nafas panjang. Menstabilkan rasa sesak didadanya "Lio udah makan?"

"Udah. Teman teman aku baik semuanya," Ujar Liora. Gadis itu masih berusaha untuk tersenyum. Padahal hatinya sudah bergemuruh. Matanya saja sudah berkaca-kaca.

"Papa lagi diluar negeri. Jadi nggak bisa jenguk kamu," Ujar Indira.

"Selalu gitu kan ma. Kalian selalu sibuk sama urusan kalian. Udah biasa ma," Ujar Liora "Aku pengen punya keluarga yang utuh. Aku pengen papa sama mama bersatu lagi. Tapi aku nggak mau egois, itu pasti nggak akan mungkin kan. Itu udah pilihan mama sama papa. Aku udah ngomong ini berkali-kali, pasti mama sama papa bosen ya dengernya," Akhirnya air mata Liora lolos juga. Indira tidak kuat, ia kembali memeluk Liora.

Kedua perempuan itu menangis. Berpelukan begitu erat, meluapkan emosi mereka masing masing.

Mama, apa aku salah jika aku berharap kita kembali seperti dulu lagi? Aku, mama dan papa apakah tidak bisa kembali menjadi kita?

🍁

Continue Reading

You'll Also Like

18K 7.3K 51
NOTICE: ππˆπ‹π‹π€ ππ€π‘ππˆπ„ PART ACAK!! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Ini cerita tentang gadis yang terlahir untuk dituntut serba bisa. Ini cerit...
184K 9.9K 43
Apa jadinya jika seorang bad girl kampus yang bernama Shefa Aldiniasati bertemu dengan seorang cowok psikopat yang sadis,keren,dan juga tampan macam...
1.1M 79.9K 39
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
365K 12.7K 55
Udah pindah ke DREAME. Full chapter dan free to read. Kuy cek d DREAME dengan judul yang sama πŸ‘πŸ’“βœŒοΈ --- Tidak terima akan hubungannya yang kandas se...