Possessive Psychopath (TERBIT)

By Hanihan_13

8.6M 790K 115K

(Sudah terbit. Tersedia di beberapa toko buku online kesayangan kalian❤) BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEPENT... More

Prolog
1.Murid Baru
2. Si Ganteng Yang Menyeramkan
3. Membangkitkan Nafsu
4. Menghindar
5. Mine
6. Membingungkan
7. Kenapa?
8. Mencoba Menerima
9. Di Kantin
10. Good bye Sherin
11. Awal Mula
12. Kejutan
13. Possessive Psychopath
14. Rumah Gevandra
15. Cemburu
16. Sweet Psychopath
17. Karena Terre
18. Sejenak Melupakan
20. Penjelasan
21. Permintaan
22. Ruangan Liora
23. Flashback
24. Olahraga
25. Rencana Gevandra
26. Lawan Yang Salah
27. Mama
28. Perubahan Gevandra
29. Pengakuan
30. Bohong
Bukan update
31. Talita
32. Ungkapan
33. With All My Heart
34. Pagi Yang Indah
35. Cium
36. Virus
37. Dufan
38. Kerja Sama
39. Happy Birthday
40. Surprise
41. Bad News
42. Sadar
43. Keluarga
44. Siapa Pelakunya?
45. Terimakasih Mama
46. Teror Lagi
47. Pelukan Ibu
48. Dompet
CAST
49. Penjelasan Panji
50. Rumah Jacob
51. Gevandra Marah
52. Gudang
53. Gibran Penyelamat
54. Eksekusi Paman
55. Hancur
56. Diam
57. Perjodohan?
EXTRA PART
GRUP CHAT
EXTRA PART
Sekuel
H-5 PRE ORDER
H-2 PRE-ORDER
PRE ORDER
Cerita Baru

19. Kalut

135K 13.8K 473
By Hanihan_13

Double up dong 😆

Happy Reading💃

---

Gevandra duduk di tepi rooftop. Menatap jalan raya dari atas dengan pandangan kosong. Pikirannya hanya tertuju pada Liora.

Untuk kesekian kalinya, air matanya mengalir dipipi. Karena Liora.

Setengah jam berlalu, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Mungkin Liora sudah berada disana.

Gevandra berjalan menuruni tangga. Sebelum ke kelas, ia pergi ke toilet untuk membersihkan darah di tangannya.

Gevandra menatap pantulan wajahnya dicermin toilet. Ia membasuh wajahnya, lalu menyugar rambutnya kebelakang.

Kondisinya cukup buruk, tak beda jauh dari Liora. Matanya sembab, kantung matanya menghitam.

Ia kembali membasuh tangannya saat darah kembali menetes. Mengalir diwastafel.

Gevandra keluar dari toilet. Dan tempat yang ingin ia tuju sekarang adalah UKS. Untuk membalut luka ditangannya.

Baru saja ia sampai didepan UKS, ponselnya berdering. Ternyata yang menelponnya adalah sekertaris ayahnya. Tanpa berlama-lama, ia langsung mengangkatnya.

"Hallo, ada apa om?" Tanya Gevandra pada orang diseberang telepon.

Gevandra memasang raut wajah terkejut "Dimana?"

Gevandra mengangguk mendengar jawaban dari seberang telepon. Kemudian ia berjalan dengan cepat menuju parkiran. Menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, dengan perasaan yang berkecamuk didadanya.

Ayahnya kecelakaan dan sekarang masuk rumah sakit. Itulah informasi yang ia dapatkan. Tanpa sempat meminta ijin dari guru, ia langsung bergegas menuju rumah sakit. Tak perduli jika tangannya masih mengeluarkan darah.

Pikirannya bertambah kacau. Ia begitu kalut. Mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Dadanya bertambah sesak. Bagaimana sekarang keadaan ayahnya?

Urusannya dengan Liora saja belum selesai, sekarang bertambah dengan ayahnya. Kenapa semesta sedang tidak berpihak padanya?

Gevandra memakirkan mobilnya diparkiran rumah sakit. Dengan berlari ia menyusuri koridor rumah sakit.

Menaiki lift menuju lantai 4. Ruang rawat ayahnya. Setelah dari lift ia langsung masuk kedalam sebuah ruangan VVIP.

"Papa," Gevandra langsung memeluk ayahnya. Untunglah keadaan ayahnya tidak begitu buruk.

"Kamu kenapa bolos?" Tanya Jack.

"Kenapa bisa pa?" Gevandra berdiri, melepas pelukannya "Apa yang luka?"

"Nggak parah. Cuma kaki sama kepala papa yang luka," Ujar Jack. Memang bagian kepalanya diperban "Cuma luka ringan."

Jack menyingkap selimutnya, memperlihatkan luka di kakinya. Gevandra menghembuskan nafasnya lega. Kaki ayahnya tidak begitu parah. Tapi memang dipenuhi perban juga. Tapi lukanya tidak dalam.

"Papa kenapa bisa kecelakaan?" Tanya Gevandra.

"Tadi itu papa sedikit pusing, pas hampir sampai kantor, mobil papa oleng. Terus nabrak bahu jalan," Ujar Jack.

Gevandra mengangguk "Lain kali kalau pusing jangan berangkat ke kantor pa. Dirumah aja."

"Gevan, tangan kamu," Jack baru saja menyadari tangan Gevandra yang terluka. Untung darahnya sudah mengering.

Gevandra langsung menyembunyikan tangannya kebelakang tubuhnya "Cuma luka kecil pa."

"Cepat diobati. Nanti infeksi," Titah Jack.

"Nggak papa, pa. Udah biasa kan," Ujar Gevandra. Jack hanya menghela nafasnya. Selalu saja sepeti itu.

Gevandra duduk di sofa yang berada di ruang rawat ayahnya. Ia meletakkan tas nya, dan mengeluarkan ponsel dari saku.

Mengecek ponselnya, siapa tau sudah ada kabar dari gadisnya. Tapi nihil, tidak ada satupun pesan yang masuk dari Liora.

Hari sudah berganti menjadi petang. Dan selama itu Gevandra hanya duduk terdiam sembari pikirannya berkelana kemana-mana.

"Gevan, kamu pulang aja. Biar papa ditemani sama Om Irfan," Ujar Jack, ia tidak tega melihat Gevandra yang seperti tidak ada gairah untuk hidup. Ia tahu, pasti putranya ini sedang ada masalah.

Gevandra menggeleng "Aku temenin papa aja."

"Kamu selesaikan dulu masalah kamu. Nanti papa suruh om Irfan kesini," Ujar Jack. Akhirnya Gevandra mengangguk, memang ia harus segera menyelesaikan masalahnya.

🍁

Mobil yang dikendarai Cica tiba-tiba berhenti ditengah jalan.

"Kenapa Ca?" Tanya Erlin.

"Mogok kayanya deh Lin," Cica mencoba menstater mobilnya. Tapi tetap tidak hidup juga.

"Duh, gimana dong. Mana udah malem gini," Erlin bergerak gelisah. Melihat keluar jendela, hari sudah begitu gelap.

"Hoaam," Liora menguap lebar sembari merentangkan kedua tangannya, "Ada apa?" Tanyanya sembari mengucek matanya.

"Mogok, Ra." Ujar Erlin.

"Ini kita sampai dimana? Masih jauh dari rumah kita?" Liora melihat keluar jendela, "Coba deh, hubungin siapa gitu."

Cica dan Erlin membuka ponsel mereka masing-masing. Mencoba meminta bantuan.

Liora menurunkan kaca jendelanya saat melihat orang yang tak asing diseberang jalan. Kemudian ia melambaikan tangannya sembari memanggil orang tersebut "Kak Gibran!"

Yang dia panggil menoleh. Kemudian orang itu berjalan menghampiri Liora. Lalu ketiga gadis itu turun dari mobil.

"Kenapa?" Tanya Gibran saat sudah sampai didepan ketiga gadis tersebut "Loh kok kalian masih pakai seragam?"

"Ini mobilnya mogok kak," Jawab Liora "Kita habis dari mall kak. Sepulang sekolah langsung kesana."

"Harusnya tadi itu ganti baju dulu," Ujar Gibran "Lain kali kalau main jangan pakai seragam. Kalian juga pasti nggak ijin sama orang tua kalian kan?"

Ketiga gadis itu hanya cengar-cengir. Gibran menggelengkan kepalanya.

"Gue punya nomer bengkel langganan. Gue telponin ya," Ujar Gibran. Ketiga gadis itu mengangguk semangat. Beruntung ada Gibran.

Keempat remaja itu duduk di pinggir jalan. Menunggu orang bengkel datang. Tiba-tiba saja Gibran menyampirkan jaket dibahu Liora.

"Eh," Liora tersentak kaget.

"Biar nggak kedinginan," Gibran menampilkan cengiran nya.

"Berasa jadi nyamuk gue," Ujar Erlin.

"Kalau gue berasa jadi setan," Celetuk Cica. Membuatnya semuanya tertawa.

Beberapa saat kemudian, orang bengkel pun datang. Memperbaiki mobil Erlin. Tidak perlu waktu lama. Kurang lebih hanya membutuhkan waktu setengah jam saja dan mobil sudah selesai diperbaiki.

"Makasih ya mas," Ujar Erlin kepada orang bengkel setelah membayar. Setelah itu, orang bengkel pun pergi dari sana.

"Makasih ya kak. Kalau nggak ada kakak, paling sekrang kita lagi nangis," Ujar Erlin kepada Gibran.

"Iya," Jawab Gibran "Liora biar bareng gue aja. Apartemennya kan searah sama rumah gue."

Cica dan Erin menatap Liora. Meminta pendapat gadis itu.

"Emang nggak ngrepotin kak?" Tanya Liora.

"Udah biasakan kalau direpotin kamu," Gibran mengacak puncak kepala Liora "Aku ambil motor dulu."

Liora menatap punggung Gibran yang berjalan membelakanginya sembari mengerucutkan bibirnya lucu.

"Pengen deh jadi pacarnya kak Gibran," Ujar Erlin tiba-tiba.

"Sayangnya kak Gibran nggak mau jadi pacar lo," Cica menggelengkan kepalanya "Kasian."

"Kasian, kasian kasian," Erlin prihatin dengan dirinya sendiri.

"Ayok Ra," Ujar Gibran yang sudah berada disamping Liora.

Liora memangguk, menerima helm dari Gibran. Menaiki motor cowok itu sembari memakai helm.

"Aku duluan ya. Kalian hati-hati," Pamit Liora kepada Erlin dan Cica.

"Duluan ya," Ujar Gibran sembari menjalankan motornya.

Kedua gadis itu mengangguk. "Beruntung banget jadi Liora," Ujar Erlin "Pengen kaya dia."

"Nggak cocok! Liora itu manis, lemah lembut. Sedangkan lo itu asem, kerikil kasar," Cica tertawa sendiri. Memang Erlin kan tidak ada manis-manisnya.

🍁

Continue Reading

You'll Also Like

139K 2.8K 52
Hanya mengisahkan seorang remaja tanggung yang selalu berangan dan membayangkan betapa mengesankannya masa SMA yang akan ia lalui, mulai dari kehidup...
22.8K 4.1K 55
[ BELUM REVISI ] Arazyla Queensha Pratama, panggil saja ia dengan nama Queen. Gadis yang selalu terlihat ceria, dan jangan lupakan ia mempunyai otak...
622K 12.7K 10
BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA. Baskara series #1 #1 fall (19-08-20) #1 aksa (06-10-20) #1 baca (07-10-20) #1 budakcinta (27-10-20) #2 Retta (15-06-20...
472K 5.1K 6
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...