Happy Reading ❤
--
Liora merentangkan kedua tangannya. Merasakan semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya. Saat ini ia sedang berada di rooftop sekolah. Untuk menghindari Gevandra.
Memejamkan matanya, mengingat kejadian semalam membuat hatinya sakit. Ia sengaja mematikan ponselnya agar Gevandra tidak bisa menghubunginya. Dan sekarang, ia belum siap jika harus bertemu dengan cowok itu.
Tak terasa, air matanya jatuh lagi. Ia biarkan air matanya mengalir dipipi. Padahal dari semalam ia sudah menangis. Tapi kenapa airmatanya tak kunjung habis juga.
Hampir satu jam lamanya ia berada di rooftop. Bunyi bel masuk membuatnya harus pergi dari sini. Dengan langkah malas ia berjalan menuruni tangga.
Saat sudah menginjak tangga terakhir, ia melihat sosok yang tak ingin ditemuinya sedang berjalan menuju kearahnya. Dengan segera ia berlari dan bersembunyi di balik tangga.
Jika saja ia tidak cepat, pasti ia berpapasan dengan Gevandra. Karena cowok itu sekarang sedang menaiki tangga menuju rooftop.
Setelah Gevandra sudah sampai atas, Liora beranjak pergi. Ia berlari agar segera sampai kedalam kelas.
Sementara Gevandra, ia menghantam dinding dengan kesal. Pasalnya, di rooftop pun Liora-nya tidak ada .
"Dimana sayang?" Gevandra menjambak rambutnya frustasi. Seharusnya semalam ia langsung mengejar Liora dan menjelaskan pada gadis itu. Atau seharusnya ia membunuh Terre didepan Liora. Tapi sudah terlambat.
Gevandra kembali menghantam tembok. Walaupun darah mengalir ditangannya, ia tidak merasakan sakit.
Lain dengan Liora, gadis itu sampai dalam kelas dengan nafas ngos-ngosan. Beruntung guru yang mengajar belum masuk.
"Lo dari mana Ra?" Tanya Cica saat Liora sedang berjalan menuju bangkunya.
"Iya. Tumben lo nggak bareng Gevan?" Tanya Erlin.
Liora mengatur nafasnya "Aku.. Aku telat.. Bangun," Ujarnya terbata. Nafasnya masih tersengal-sengal. Lalu ia duduk di bangkunya.
"Tadi Gevan nyariin lo," Cica memutar tubuhnya kebelakang, mengahadap ke Liora.
"Biarin," Jawab Liora pelan.
Erlin membalikkan badannya "Lo lagi ada masalah sama Gevan?"
"Aku nggak tau," Liora menggeleng "Aku bingung."
"Lo nangis?" Tanya Cica ketika ia menyadari mata Liora sembab. Penampilan gadis itu juga tidak seperti biasanya.
"Lo kenapa Ra?" Tanya Erlin "Siapa yang buat lo nangis?"
Tapi tanpa mereka duga, Liora kembali meneteskan airmatanya. Dengan cepat gadis itu menghapusnya "Aku cengeng banget."
"Coba lo cerita," Titah Erlin.
Liora menatap Cica dan Erlin bergantian "Kalian mau dengerin?"
"Iyalah," Sahut Cica cepat "Sejak ada Gevandra lo nggak pernah gabung sama kita. Sekarang, mumpung dia nggak ada, lo cerita sama kita ya."
"Iya Ra. Mumpung gurunya juga belum masuk," Tambah Erlin.
Dengan ragu, Liora mulai bercerita tentang kejadian semalam. Dari saat Gevandra memberinya kejutan, sampai adanya Terre di apartemen cowok itu. Cica dan Erlin menatap Liora iba. Kasihan.
"Lo udah mulai ada rasa sama dia?" Tanya Erlin.
"Nggak tau. Aku belum paham," Jawab Liora pelan. Ia masih belum bisa menghentikan airmatanya.
"Udah jangan nangis lagi," Cica menghapus airmata Liora dengan jarinya "Liora yang kita kenal itu orangnya ceria dan berisik. Bukannya yang sedih kaya gini. Ini mah bukan Liora yang asli," Ujarnya. Liora akhirnya tersenyum tipis.
"Nah, gitu dong!" Teriak Erlin antusias saat melihat senyum Liora.
"Tapi untuk Sekarang, aku mau ngehindarin Gevan dulu. Aku belum siap kalau harus ketemu dia," Ujar Liora.
"Iya. Kita jagain, biar Gevandra nggak ngedeketin lo. Nanti lo gue umpetin di ketek gue deh," Ujar Cica semangat.
"Ogah!" Tolak Liora cepat "Kamu nggak mandi kan?"
Cica menggaruk kepalanya sembari menyengir. Tau saja Liora ini. Kemudian mereka bertiga tertawa. Setidaknya, dengan kedua temannya ini, Liora bisa sejenak melupakan Gevandra.
"Gimana kalau pulang sekolah nanti, kita jalan-jalan. Ke mall, shopping apa nonton gitu. Yuk!" Ajak Erlin. Liora dan Cica refleks mengangguk.
Liora beruntung punya sahabat seperti mereka berdua. Walaupun ia tidak selalu ada saat mereka butuh, tapi mereka sealu ada saat ia membutuhkannya.
🍁
Ketiga gadis remaja itu turun dari mobil dengan semangat. Berjalan dari parkiran menuju pusat perbelanjaan.
Sepulang sekolah, Liora, Cica dan Erin langsung pergi ke mall dengan menggunakan mobil Erlin. Tanpa pulang kerumah dulu. Bahkan sekarang mereka masih memakai seragam sekolah.
Keberuntungan menimpa mereka hari ini. Karena tadi Gevandra tidak kembali ke kelas. Dan Liora tidak bertemu Gevandra lagi. Sekolah pun pulang lebih awal.
"Kita makan dulu yuk," Ajak Cica. Sedari tadi gadis itu sudah mengeluh lapar. Dan Kini mereka bertiga makan disebuah restoran ramen.
Beberapa saat setelah mereka memesan makanan, pesanan mereka pun datang. Tanpa menunggu lama, mereka langsung menyantap makanan mereka dengan lahap. Memang jika pergi ke mall ini, hal yang tidak boleh ketinggalan adalah makan ramen disini.
Setelah selesai makan, merekapun melanjutkan jalan-jalannya. "Nonton aja yuk," Aja Liora.
Dengan semangat mereka berjalan menuju bioskop. Setelah membeli tiket dan popcorn, mereka masuk kedalam bioskop.
Film yang mereka pilih bergenre horor. Padahal mereka bertiga itu penakut tapi jika menonton film, selalu saja film horor.
Film sudah dimulai. Bioskop juga lumayan penuh. Semuanya berteriak saat melihat adegan menyeramkan di film tersebut.
Satu jam setengah berlalu, film pun selesai. Lalu mereka ke luar dari bioskop dan lanjut jalan-jalan lagi.
Mengelilingi mall. Setelah sekian lama mereka tidak ada waktu untuk bersama, dan sekarang mereka puas-puaskan. Membuat quality time untuk mereka bertiga.
Setidaknya, Cica dan Erlin ingin menghibur Liora. Melupakan sejenak masalahnya dengan Gevandra. Sekarang saja Liora jauh lebih baik daripada tadi pagi. Senyum ceria gadis itu sudah kembali lagi. Membuat Cica dan Erlin menghela nafas lega.
"Ih, ini lucu banget," Erlin memegang sebuah gelang. Saat ini mereka sedang berada di toko aksesoris.
"Iya," Sahut Liora "Kita couplean yuk?"
Cica dan Erlin setuju. Lalu mereka membeli tiga buah gelang yang sama. Setelah membayar, mereka langsung memakainya.
"Cocok banget," Cica mengangkat tangannya didepan perut. Melihat gelang yang sudah melingkar indah di tangannya.
"Aku jadi ngerasa cantik," Ujar Liora. Lalu ketiganya kembali tertawa.
Tak terasa hari sudah mulai petang. Akhirnya mereka sekarang memutuskan untuk pulang.
"Duh, capek banget," Ujar Cica sembari membanting bokongnya di kursi mobil Erlin.
"Tapi kita happy banget!" Teriak Erlin sembari mengangkat kedua tangannya.
"Makasih ya," Ujar Liora. Dia duduk disamping Cica. Membuat Erlin didepan sendirian "Kalian berdua emang sahabat terbaik. Makasih ya, karena kalian aku bisa happy lagi. Aku beruntung deh punya kalian."
"Aa.. Sweet," Erlin langsung mengahadap kebelakang. Lalu mereka bertiga berpelukan.
"Gue nyesel nggak bawa supir. Kalau udah capek gini jadi males nyetir," Ujar Erlin setelah pelukan mereka terlepas.
"Aku aja yang nyetir," Ujar Liora. Matanya berbinar.
"Nggak!" Tolak Cica dan Erlin bersamaan. Liora saja belum bisa membawa mobil. Mereka tidak ingin mati konyol.
Liora mengerucutkan bibirnya "Yaudah, aku tidur aja."
"Gue yang gantiin nyetir. Sini, lo dibelakang. Temenin ini dede gemesnya," Ujar Cica. Lalu ia dan Erlin bertukar tempat duduk.
Erlin dan Cica tersenyum saat melihat Liora yang sudah terlelap.
🍁