NETTA [END]

By inna_adr

251K 16.9K 1.7K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa yang ada di benak kalian apabila mendengar atau melihat seorang gadis yang selal... More

01. Luka Masa Lalu
02. Kecewa
03. Telepati Rasa
04. Makasih, Lang!
05. Aku Takut, Lang.
06. Cemburu
07. Garis Kehidupan
08. Sesak dan Sesal
09. Malaikat Penolong
10. Titik Nadir
11. Titik Nadir (2)
13. Ujian
14. Sahabat atau Pacar Posesif?
15. Netta dan Traumanya
16. Rena dan Lintang
17. Si Cowok Emosional
18. Kamu Hanya Milikku!
19. Hot News
20. Si Brengsek, Kesayangan Netta!
21. Di Bawah Pohon Flamboyan
22. Pray For Netta
23. Isi Hati Reandra
24. Labirin Ciptaan Amel
25. Jam Tangan Reandra
26. Kesalahan Yang Sama
27. Sampah Daur Ulang
28. Paket Misterius
29. Mati Untuk Tenang
30. Perjuangan Gilang
31. Mental Illness
32. Psychiatric Hospital
33. Surat Panggilan
34. Amel dan Lelaki Misterius
35. Netta Gila?
36. Harus Pisah!
37. Minta Maaf
38. Pisah
39. Datang Menemui Netta
40. Gilang dan Jessica
41. Putus Sekolah?
42. Akhir Perjuangan Netta
Sweet Regard
INFO [New Story]
Announcement
Vote Cover
PO NOVEL

12. Jadian?

5.8K 448 103
By inna_adr

HELLO, NETTA LOVERS!

ABSEN DULU YUK, SIAPA AJA NIH YANG UDAH NEMENIN KISAH NETTA DARI AWAL? AUTHOR MAU KENAL DONG SAMA KALIAN:)

HAPPY READING❤
________________________________________

"Kamu nggak pernah tahu gimana rasanya kehilangan orang yang bahkan belum sempat kamu miliki."

***

"Rena?" panggil Lintang saat gadis itu baru saja turun dari mobil taksi. Saat ini mereka berada di parkiran Rumah Sakit Cahya Medika. Tadinya Lintang hendak ke minimarket depan, namun dia tak sengaja melihat Rena di sana.

"Lintang?" pekik Rena kaget. "Lo ngapain di sini, Nta?"

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini? Ada urusan apa? Siapa yang sakit?" tanya Lintang beruntun.

Rena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eng-enggak, gue cuman itu, gue mau--" Ucapan Rena belum selesai, tapi Lintang sudah memotongnya cepat.

"Lo pucat banget, Ren," potong Lintang cepat. "Lo sakit, ya?" tanya cowok itu menyelidik.

"Eh, enggak! Gue enggak sakit," elak Rena.

Lintang menatap Rena, lekat. "Seriusan lo? Bibir lo sampe ikutan pucat tahu, nggak."

"Enggak, Nta. Gue cuma lagi nggak enak badan aja belakangan ini, kayaknya kecapekan, deh."

"Nah, tetep aja. Itu artinya lo sakit, Ren. Lo ke sini karena mau check up?" tebak Lintang. Rena mengangguk mengiyakan.

"Lagian lo kok sendiri, pacar lo kemana?"

"Maksud lo Rean?"

"Iya."

"Em, itu. Gue nggak tahu akhir-akhir ini dia sibuk, lagi banyak urusan katanya."

"Tapi lo kan pacarnya, dan situasinya lo lagi sakit. Masa sih, dia nggak ada waktu buat nganterin lo ke rumah sakit? Segitu sibuknya?"

Gue udah minta Nta, tapi dia nggak bisa. Rena membatin.

"Gue cuman nggak pengen ganggu dia." Rena berusaha terlihat biasa saja.

"Emang dia sibuk ngapain, sih? Sibuk sama selingkuhannya palingan," ucap Lintang asal.

"Apasih, Nta. Jangan ngomong macem-macem, deh!"

"Yaudah, gue duluan, ya!" Lintang hendak pergi, namun Rena menahan lengannya.

"Eh, bentar, lo kok bisa di sini?"

"Hem, itu ... temen gue ada yang lagi di rawat di sini."

"Siapa?" tanya Rena sedikit penasaran.

"Adalah, lo nggak kenal."

"Oh gitu, terus lo mau ke mana? Udah mau pulang, ya?"

"Gue baru dateng kok, ini gue mau ke minimarket depan, mau beli makanan."

Rena mengangguk mengerti. "Oh, yaudah! Gue masuk dulu." Rena hendak pergi. Namun, tiba-tiba kepalanya terasa sakit, dan pusing. Gadis itu hampir jatuh, untungnya ada tangan kekar Lintang yang sigap membantunya menyeimbangkan tubuhnya.

"Eh, lo kenapa, Ren?" tanya Lintang rada khawatir.

"Enggak, nggak papa. Gue cuma pusing dikit."

"Yaudah gue anterin ke dalam, ya?" tawar Lintang.

Rena menatap kedua manik mata di depannya. Dia menemukan ada ketulusan di sana. Andai saja dia adalah Reandra. Pastinya Rena akan merasa sangat bahagia sekarang.

Rena melemparkan seulas senyum hangat. "Nggak usah, Nta. Gue bisa kok," tolak Rena halus. Dia hanya berusaha untuk tidak merepotkan orang lain. Dia harus bisa berdiri di atas kakinya sendiri.

Gadis itu kembali melangkah. Namun, lagi, baru langkah pertama dia kembali hampir ambruk. Untungnya lengan kokoh Lintang segera meraih tubuhnya.

"Loh katanya tadi bisa. Udah biar gue anter, lo nggak usah nolak. Pamali nolak kebaikan dari cowok tampan kayak gue." Lintang berbicara dengan percaya dirinya. Bukan bermaksud menyombongkan diri, dia hanya berusaha mencairkan suasana dengan lelucon recehnya. Meski kenyataannya dia memang sesosok lelaki tampan, nan gagah.

Lintang Andara Gaksa. Memang pada dasarnya tidak ada unsur humoris yang melekat pada diri, cowok bermata sedikit coklat itu. Di sekolahnya, dia dikenal sebagai cowok super-duper cuek dan irit bicara, alias pendiam. Namun di balik sikap cueknya itu, ternyata dia sesosok laki-laki peduli dan perhatian, juga tulus.

"Makasih, Lintang."

Lintang membawa tangan kanan Rena ke pundaknya, dan segera memapah gadis itu berjalan memasuki rumah sakit.

***

"Si tengil Lintang kemana sih? Beli makanan di depan aja sampe berjam-jam. Gimana kalo beli makanan di tempat lain?" keki Samuel, namun tetap fokus pada layar ponsel miliknya.

Kini cowok itu tengah duduk di sofa samping brangkar yang ditempati Netta, di sana juga sudah ada Farrel dan Aldo. Mereka bertiga tengah sibuk berkutat pada ponselnya masing-masing. Seperti kebanyakan anak muda pada umumnya, kalau sudah fokus pada benda tipis itu, sudah pasti mereka sedang memainkan game online favorit mereka. Istilah kerennya 'mabar'.

"Palingan se-abad baru balik," jawab Aldo acuh.

"Mana gue udah laper banget." Farrel menambahkan, namun matanya tetap fokus pada ponselnya.

"Iya, nih. Perut gue juga udah keroncongan." Samuel sedikit meringis sembari memegang perutnya yang memang sudah lapar.

"Makasih ya, kalian udah bela-belain jengukin gue. Maaf, sampe kelaparan kayak gini," ucap Netta. Gadis itu merasa tidak enak pada ketiga sahabatnya itu. Sepulang sekolah mereka langsung ke rumah sakit, menjenguknya. Bahkan saat ini mereka masih menggunakan seragam sekolah.

"Ah, lo nggak usah ngomong gitu, Nett. Biasa aja kali!" sahut Farrel.

"Gue nggak enak sama kalian."

"Sans ae, sama kita mah enggak perlu merasa nggak enak. Enak nggak enak, enakin aja! Iya nggak, man?" sembur Samuel menggebu-gebu.

"Yo-man!" sahut Aldo dan Farrel bersamaan.

"Ini udah kewajiban kita semua sebagai sahabat lo, Nett," tambah Aldo.

Farrel menghela napas panjang, lantas menoleh ke arah Netta. "Iya, malahan harusnya kita yang minta maaf sama lo, karena kita nggak bisa jaga lo dengan baik."

Netta mengulum senyum bahagia. "Makasih, ya. Kalian udah baik banget sama gue, kalian selalu ada di samping gue, kalian selalu dukung gue."

Ketiganya menoleh ke arah Netta. "Itulah gunanya sahabat!" seru Farrel, Aldo dan Samuel kompak.

"Gue sayang sama kalian," sambung Netta. Namun, ketiganya sudah kembali fokus pada ponselnya masing-masing.

"Sama aku, enggak?" celetuk Gilang. Membuat tangan Netta terulur mengacak gemas rambutnya. Memang sedari tadi cowok itu hanya diam di samping Netta, tangannya terus saja memainkan jemari Netta. Sampai-sampai gadis itu merasa risih karenanya, but Gilang don't care!

"Lo, mah, beda lagi!" sembur Samuel, membuat Gilang menyeringai.

"Sayang, enggak?" goda Gilang pada Netta. Cowok itu menatap Netta dalam, dia mencoba menyelusup masuk ke dalam iris mata cantik itu.

Netta segera mengalihkan pandangannya. Lantas menepis tangan Gilang. "Dih, kamu apaan sih, Lang."

"Sayang nggak sama aku?" tanya Gilang lagi. Meski gadis itu sudah memilih untuk memutus kontak mata dengannya, namun Gilang tetap setia menatap mata itu. Mata yang jika dia tatap, muncul rasa ingin untuk memiliki mata itu selamanya.

"Kamu, mah. Jangan ngeliatin aku kayak gitu, Lang!" Netta segera membuang muka ke arah pintu. Dia tidak ingin kelihatan salah tingkah di depan Gilang. Pasti wajahnya sudah merah, menahan malu.

"Kamu gimana, sih? Sayang, enggak?"

"Ish, diem nggak?" Netta mengerucutkan bibirnya, membuat Gilang semakin gemas saja.

Gilang berdiri lantas duduk di tepi brangkar, tepat di samping kiri Netta. Gilang benar-benar mengikis jarak di antara mereka. "Jawab dulu! Sayang nggak sama aku?"

Bukannya menjawab, Netta malah menyembunyikan wajah mungilnya di dada Gilang.

"Dih, ngendus-ngendus! Mau cium dada aku, ya?" goda Gilang sekali lagi. Kini wajah Netta benar-benar terasa panas. Tak henti-hentinya cowok itu menggodanya. Huh, dasar!

Ucapan Gilang membuat Netta segera menjaga jarak dengannya. "Ihh, geer! Siapa juga yang mau nyium dada kamu," ujar Netta dengan wajah yang sudah merah ranum, bak buah tomat. Pasti gadis itu sudah salah tingkah sekarang.

"Enggak usah malu, bilang aja modus!"

"Kamu tuh yang modus. Ngapain coba duduk di dekat aku?"

"Kamu nggak suka aku di sini?" ucap Gilang tiba-tiba memasang wajah serius. "Yaudah aku pergi!" lanjutnya kemudian.

"Ehh, bukan gitu! Baperan banget sih kamu." Wajah Netta berubah sendu.

"Tadi aku dibilang modus sama kamu, yaudah aku pergi aja biar nggak modus lagi." Gilang hendak pergi. Namun, Netta menahan lengannya.

Seketika wajah Netta terlihat murung. "Lang, aku cuman becanda!"

"Tapi aku serius, Netta!" bentak Gilang membuat Netta menundukkan kepalanya, dalam. Kedua matanya memanas. "Iya, Gilang, aku minta maaf. Tapi kamu tetep di sini!" pinta Netta dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Gilang menangkup wajah Netta dengan kedua tangannya agar gadis itu segera menatapnya. "Aku serius sayang sama kamu!"

Kini tatapan keduanya beradu, kedua pasang mata itu mencoba saling mengartikan. "Apaan sih kamu?!" Netta menepis tangan Gilang, lalu membuang muka. Bahkan kini air matanya yang sedari tadi dia tampung, kini lolos begitu saja.

Tangan kanan Gilang terulur untuk mengusap air mata di wajah gadis itu. Gilang mengangkat dagu Netta agar gadis itu kembali menatapnya. "Aku serius, Netta!" tegas Gilang. "Untuk yang terakhir kalinya aku bilang ini ke kamu. "Aku sayang sama kamu, Netta!"

Ucapan Gilang berhasil membuat Netta membeku di tempat. Namun, matanya masih setia menatap laki-laki di depannya. Gadis itu terlihat sangat bingung sekarang.

"Aku mau ada ikatan di antara kita, bukan ikatan pertemanan, ataupun sahabat. Kejadian ini cukup membuat aku trauma Netta, aku nggak mau kehilangan kamu."

Gilang menatap Netta sendu. "Kamu nggak tahu bagaimana kehilangan seseorang, bahkan disaat orang itu belum kamu miliki. Aku sudah merasakannya Netta. Dan sekarang orang itu harus menjadi milikku, dengan begitu aku nggak akan pernah ngelepasin dia lagi, aku nggak akan kehilangan dia," terang cowok beralis tebal itu.

Sementara Netta, dia masih enggan berbicara. Matanya yang masih sembab tetap fokus menatap mata Gilang. Tatapannya terkunci di sana.

"Aku tahu betul isi hati kamu seperti apa Netta. Dan kali ini aku nggak mau dengar kalimat penolakan keluar dari mulut kamu. Aku nggak mau masa lalu kamu kembali menjadi alasan! Aku rasa, satu tahun ini udah cukup!" ungkap Gilang sekali lagi.

"Apa kamu bersedia menemaniku seumur hidup? Apa kamu bersedia terus bersamaku? Apa kamu bersedia ... menjadi kekasihku?"

Pertanyaan beruntun yang dilontarkan Gilang dengan cepat membuat dada Netta bergemuruh hebat, jantungnya berdetak tak karuan. Sepertinya jantung itu berusaha melompat keluar dari tempatnya. Netta termangu di tempat.

Tuhan, tolong kendalikan jantungku!

"Iya atau tidak?" desak Gilang menunggu jawaban.

"Lang," lirih Netta bergetar.

"Mau atau nggak?"

"Tapi, Lang!"

"Iya atau kita enggak akan pernah ketemu lagi?"

Deg!

Netta memejamkan kedua matanya erat, salah satu telapak tangannya dia tempelkan tepat di jantungnya. Netta berusaha mengatur napasnya.

"Iya, Gilang!" jawab gadis itu lembut. Lantas kembali membuka kedua matanya.

"Iya apa?" tanya Gilang antusias.

"Iya, aku mau jadi pacar kamu. Maaf, aku membuat kamu menunggu lama. I love you Gilang Mahawira Natha Gardapati."

"Kamu serius, kan?" tanya Gilang sedikit ragu dengan apa yang Netta ucapkan barusan.

Netta mengulum senyum hangat. Lantas ia mengangguk pelan. Membuat Gilang loncat dengan girang, kemudian berhambur memeluk tubuh Netta erat. Kebahagiaannya tidak dapat diukur dengan apapun. Mungkin dialah manusia paling bahagia sekarang, juga manusia paling beruntung karena berhasil mendapatkan hati seorang Netta, perempuan yang amat dicintainya.

Jika melihatmu tersenyum adalah kebahagiaanku, maka mendapat kesempatan untuk memilikimu adalah hadiah terbesar yang Tuhan berikan untukku!

Kurang lebih satu tahun lamanya, Gilang menunggu gadis itu kembali membuka hati. Sebuah penantian yang cukup panjang.
Dan hari ini menjadi akhir sekaligus saksi perjuangannya untuk mendapatkan hati seorang Nesta Queena Ramanita. Sekarang, gadis itu sepenuhnya miliknya! Ingat itu!

Rel, Do, tolongin gue buruan!

Yaelah Sam, baru juga main udah knock aja! Payah lu!

Gue mah bar-bar, nggak kayak lu berdua, ngendok mulu!

Bilang aja noob!

Pro gue mah.

Pro kok knock mulu?!

Berisik! Tuh di depan ada musuh.

Tembak! Tembak!

Sam, tembak, Sam!

Ini udah gue tembak, tapi dia maunya temenan aja.

Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Samuel berhasil menjadikan dirinya pusat perhatian. Aldo, Farrel, Gilang dan Netta kini menatapnya iba. Dan detik berikutnya terdengar gelak tawa yang membahana, memenuhi ruangan itu. Samuel berhasil menyulap suasana yang tadinya mengharu-biru menjadi bersuka-ria.

"Sad amat hidup lu, Sam!" timpal Gilang menyeringai.

"Iya-iya, gue akuin! Tapi sekarang udah nggak sad lagi, gue ikut seneng, akhirnya sahabat gue bahagia juga. Selamat ya, bro!" ujar Samuel.

"Cihuy! Dunia serasa milik berdua," ledek Aldo diikuti gelak tawa khasnya.

"Akhirnya ya, gue sih udah lama nunggu momen ini," ucap Farrel. "Tapi gue sih heran, lu nggak ada romantisnya banget, man. Masa nembak cewek di tempat kayak gini, nggak sabaran banget. Tunggu Netta sembuh dulu kek!" Farrel beropini lagi.

Gilang melirik Netta lalu terkekeh pelan. "Gue takut ditikung sama lo pada!"

"Kita mana berani kalo itu mah!" seru Samuel. "Setelah ini, wajib hukumnya buat makan-makan."

"Yoi, tapi setelah Netta sembuh," ucap Aldo.

"Setujuuu, yang paling penting Netta sembuh dulu," tambah Farrel.

Gilang mengusap puncak kepala Netta. "Cepet sembuh, Sayang!" bisiknya.

__________________

To be continue!

KALIAN MAU NETTA UPDATE SETIAP KAPAN?

SIAP NGIKUTIN KISAH NETTA SAMPAI AKHIR?

KALIMAT MOTIVASI BUAT AUTHOR DONG! BIAR SEMANGAT NULIS, KALO PERLU NULISNYA MARATON DEH.

SPAM NEXT DI SINI!

Continue Reading

You'll Also Like

497K 44.7K 64
⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bern...
ALEA By vita liana

Teen Fiction

55.5K 2.8K 40
"Ternyata benar,orang yang aku cintai lebih paham membuat aku sakit hati" "Dan orang yang aku benci malah ia yang mencintai aku" "Dan itulah yang aku...
RHEA 2 By Dn

Teen Fiction

5.1K 408 7
[Bisa dibaca terpisah, akan lebih baik baca 'RHEA' versi lama.] Kisah lembaran baru Rhea dan Kenzo terlukis disini lagi. Kisah yang entah kapan dimul...
48.2K 3.5K 62
"Makasih buat kamu yang datang seperti batu dan hilang seperti debu." - Melody Nareswari - ------ Bagaimana jika seseorang yang kau cintai tiba-tiba...