Who is She?

By AzZaa21_

3.5K 785 2K

🍁New Version🍁 ⚠16+ [Romance-Fantasy] Pemilik darah kehidupan itu berada di planet lain, apa lagi yang haru... More

«Prolog»
«Part 01»
«Part 03»
«Part 04»
«Part 05»
«Part 06»
«Part 07»
«Part 08»
«Part 09»
«Part 10»
«Part 11»
«Part 12»
«Part 13»
«Part 14»
«Part 15»
«Part 16»
«Part 17»
«Part 18»
«Part 19»
«Part 20»
«Part 21»
«Part 22»
«Part 23»
«Part 24»
«Part 25»
«Part 26»
«Part 27»
«Part 28»
«Part 29»
«Part 30»
«Part 31»
«Part 32»
«Part 33»
«Part 34»
«Part 35»
«Part 36»
«Epilog»
☃️

«Part 02»

246 63 85
By AzZaa21_

Sudah menjadi kebiasaan bagi Yudha menonton berita sambil minum kopi sebelum berangkat bekerja. Jika biasanya hanya dia sendiri, sekarang ada Erick yang menemani. Keduanya menyimak berita tentang bencana angin tornado kemarin, untung saja angin itu tidak sampai di kota yang mereka tempati.

"Angin itu ... kamu tahu sesuatu?" tanya Yudha membuka pembicaraan.

Erick mengangguk. "Mungkin karena saya. Ketika itu sayap saya tidak bisa dikendalikan," lirihnya.

Yudha mengangguk kaku, dia tidak menyangka akan menemukan makhluk seperti Erick. Pria beranak satu itu menepuk jidatnya lalu pergi begitu saja. Dalam waktu semenit dia kembali dan menyodorkan sebuah map pada Erick.

"Apa ini?" Erick mengambil map cokelat besar itu.

"Ini data-data yang akan kamu perlukan untuk mencari pekerjaan. Sehebat apapun kamu, tidak ada lapangan kerja yang akan menerimamu tanpa melihat latar belakang kehidupanmu," terang Yudha.

Erick mengangguk tanda mengerti, di dalam map itu ada akte kelahiran dan data-data lain yang biasa dimiliki penduduk bumi. Ia mengerutkan dahi. "Sarjana olahraga?"

Yudha terkekeh. "Riwayat pendidikan juga penting dalam urusan pekerjaan. Saya sudah mempertimbangkan jurusan apa yang cocok untuk kamu, terlihat dari postur tubuh yang tegap dan gagah, menurut saya kamu cocok menyandang gelar sarjana olahraga. Dan lagi, ada lowongan pekerjaan di bidang itu."

Mengembuskan napas pasrah, Erick kembali membaca data dirinya yang lain, berjaga-jaga jika nanti ada pertanyaan seputar kehidupan di atas kertasnya itu.

"Oh iya, saya lupa bertanya berapa umurmu, jadi saya menambahinya sendiri," imbuh Yudha.

Erick segera mencari akte kelahirannya, dari tahun ia lahir terhitung umurnya menginjak usia 23 tahun. "Bahkan umur saya lebih dari ini."

Yudha melongo, padahal ia kira Erick akan memprotes karena umurnya yang mungkin terlalu tua. "Memangnya berapa umurmu?"

Erick terkekeh pelan. "Kurang lebih 3 kali umurmu," lirihnya.

Yudha terkejut mendengarnya, sampai-sampai tersedak kopi yang baru saja diseruputnya. "Spektakuler," komentar Yudha sambil mengacungkan dua ibu jarinya.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya saya masih belum mengerti dengan semua rencanamu," lontar Erick.

Yudha mengalihkan pandangan, dia takut Erick bisa membaca pikirannya dan tidak mau ikut dengannya. "Nanti kamu akan mengerti maksud saya. Sekarang, ayo sarapan!" ajak Yudha.

Erick menyimpan map itu sebelum menyusul Yudha ke meja makan. Entah seperti apa rencana Yudha, Erick tidak bisa menemukan jawaban itu lewat penerawangannya.

***
"Tapi, saya tidak bisa," tolak Erick.

Yudha masih bersikukuh. "Kamu belum mencobanya, Erick. Dengan pekerjaan ini kamu mendapat 2 keuntungan sekaligus. Pertama, biaya hidup dan kedua, tempat tinggal, menarik bukan?"

"Maksudmu saya akan tinggal di sini?"

"Bukan, yayasan ini memiliki beberapa rumah dinas untuk pegawai dari luar kota. Sudahlah, saya yakin kamu bisa. Sekarang temui pak Bandi di ruangan itu, semangat!" Yudha mengepalkan tangannya, setelah itu berlalu begitu saja.

Erick meraup wajah frustasi. Bagaimana bisa manusia itu menyuruhnya bekerja sebagai guru olahraga di SMA ini? Bahkan dia tidak tau apa yang harus ia ajarkan pada murid-muridnya nanti. Namun, mengingat keuntungan itu, Erick memilih melangkah menuju ruang kepala sekolah.

Sebenarnya bisa saja dia meminta kiriman beberapa koin emas dari kerajaan untuk menopang hidupnya, dia juga bisa tinggal di mana saja. Namun masalahnya, dia tidak mau merepotkan Yudha lebih banyak lagi dan juga tidak mau ada orang kerajaan yang menyusulnya ke bumi selain Vega.

Setelah mendapat izin, Erick langsung memasuki ruangan khusus tersebut. Nampak seorang pria paruh baya di balik meja kaca besar, pria itu tersenyum lalu mempersilahkannya duduk.

Hampir seperempat jam diwawancarai akhirnya Erick diperbolehkan pulang dan mempersiapkan diri untuk mengajar dihari selanjutnya.

"Bagaimana?" tanya Yudha. Mereka berdua sepakat bertemu di kantin sekolah setelah Erick selesai tes wawancara.

Mengembuskan napas, Erick meletakkan gelas kopinya kembali. "Saya bisa mengajar besok ... dan kabar baiknya rumah dinas bisa ditempati mulai lusa."

Yudha menjentikkan jarinya. "Bagus, tidak sia-sia lembur saya semalam. Oh iya, di kamarmu sudah ada beberapa baju yang bisa kamu pakai."

"Terima kasih," jawab Erick.

Yudha tersenyum lalu bangkit. "Jangan sungkan, saya pamit dulu."

Erick menatap punggung Yudha yang semakin menjauh dari tempatnya, setelah pria itu hilang di balik koridor ia berdecak kesal. "Bagaimana bisa aku lupa menanyakan letak perpustakaan," gumamnya.

Merasa sia-sia hanya duduk di kantin, Erick memutuskan mencari sendiri letak perpustakaan. Tadi sebelum keluar ruangan, Pak Bandi---kepala sekolah---menyuruhnya mengambil buku bahan ajar di perpustakaan.

Sepuluh menit berkeliling akhirnya Erick menemukan sebuah ruangan dengan plang kayu bertuliskan 'perpustakaan'. Setelah memastikan bahwa ruangan itu adalah ruangan yang ia cari, Erick berjalan menuju seorang wanita berkaca mata di tengah ruangan.

"Permisi, Bu," sapa Erick.

Merasa terpanggil, wanita itu mendongak, ia menatap Erick tanpa kedip. "Ganteng," celetuknya tanpa sadar.

Erick melambai-lambaikan tangannya di depan wajah wanita tersebut, berharap dengan itu bisa mengembalikan kesadarannya. "Permisi?"

"Eh, iya, Ganteng? Maaf, maksud saya, ada yang bisa saya bantu?" jawab penjaga perpustakaan itu gugup.

Erick membuang napas pelan, setelah mengutarakan tujuan dan mendapatkan buku yang ia cari dia memilih membaca buku itu di bangku perpustakaan paling pojok. Tempat ini nyaman dan tenang, akan mempermudahnya mempelajari buku untuk bahan mengajarnya besok.

Baru saja ingin membuka buku paketnya, tiba-tiba Erick merasakan telinganya berdengung, lalu terdengar suara tangis seorang gadis. Kemampuan menerawang. Kemampuan itu datang tiba-tiba, bisa dalam bentuk mimpi, bayangan, atau hanya suara. Tidak semua kejadian bisa Erick terawang, semuanya tergantung semesta yang mengizinkan atau tidak untuk Erick tahu.

Dia mencari sumber suara tangisan itu, anehnya tidak ada manusia lain selain penjaga perpustakaan. Namun, satu detik setelahnya ia menemukan seorang gadis di balik rak buku paling pojok, dia duduk membelakanginya. Gadis itu nyaris tidak terlihat karena rak di balik punggungnya yang penuh dengan buku-buku tebal.

Merasa iba dengan rintihan gadis itu, Erick memilih mendekat. Sampai di samping gadis itu yang ia dapati bukan suara tangisan, tetapi dengkuran halus. Erick memilih ikut duduk di lantai, berhadapan langsung dengan gadis SMA tersebut. Entah mengapa dia yakin gadis itu memiliki masalah berat.

Sambil menunggu gadis itu bangun, Erick membaca buku paket di tangannya. Sudah hampir satu jam menunggu tetap saja tidak ada pergerakan dari gadis itu, bahkan Erick sudah selesai memahami seluruh isi bukunya, tentu saja dengan bantuan kekuatan super yang ia punya.

Dua menit berselang suara lenguhan khas bangun tidur terdengar, Erick segera menegakkan punggung, bersiap-siap jika gadis itu terkejut dengan kehadirannya. "AAA ... hmppfff."

Hampir saja gadis itu mengundang penjaga perpustakaan menghampiri mereka karena teriakannya, untung Erick sigap menutup mulut gadis itu.

"Jangan teriak, saya bukan penjahat," peringat Erick sebelum melepaskan tangannya dari gadis itu.

"Lo siapa? Ngapain ke sini? Lo ada niat apa sama gue?" berondong gadis itu.

Erick menatap gadis itu tepat di manik mata cokelatnya, dia bergerak maju sedangkan gadis tersebut terus beringsut mundur.

"Mau apa lo?" tanya gadis itu takut-takut.

Erick meluruskan tangannya guna mengunci pergerakan gadis tersebut. Ia mengulurkan tangan lainnya, menyentuh sudut mata gadis itu yang berair. "Ada masalah?" tanyanya.

Perlahan Erick menurunkan tangannya, bersamaan dengan tatapan matanya yang bertemu dengan gadis bermata cokelat itu. Mereka saling beradu tatap dalam beberapa detik, hingga akhirnya gadis itu memutuskan kontak mata.

"Apaan, sih lo? Sok tau banget!" kilahnya.

Erick tidak menjawab, dia hanya diam membiarkan gadis itu pergi begitu saja. Detik selanjutnya dia menghilang menggunakan kekuatan teleportasinya,  kemudian kembali muncul tepat di depan gerbang rumah Yudha 3 detik kemudian. Perihal gadis yang ia temukan di perpustakaan tadi, Erick sudah tidak memikirkannya, gadis itu enggan dipedulikan, lantas untuk apa dia memikirkannya. Namun, diam-diam Erick merasa aneh dengan dirinya sendiri. Padahal di kerajaan dia dikenal sebagai pangeran yang tidak memiliki jiwa sosial, Erick dingin dan apatis.

Setelah menyimpan buku paket dan topinya, Erick merebahkan tubuh ke kasur. Dia menggunakan satu tangan untuk bantal dan satu tangan lain untuk merogoh saku celananya. Dari dalam saku tersebut Erick mengeluarkan secarik kertas usang dan membacanya dalam hati.

"Ternyata tidak mudah untuk menemukanmu," gumamnya.

Kedatangan Erick ke bumi memang memiliki tujuan tertentu, dia memiliki suatu misi untuk ritualnya. Dia ingin mencari seseorang dengan ciri-ciri yang diterangkan dalam kertas usang yang selalu ia bawa. Menurutnya, dengan bergabung bersama bangsa manusia akan mempermudahnya menemukan seseorang yang dimaksud atau sekadar firasat akan keberadaannya.

Selepas menyimpan kertas usang itu Erick bangkit, dia tidak bisa terus seperti ini, dia harus mencarinya. Setelah memantapkan niat, Erick menghilang. Entah akan muncul kembali di mana, Erick hanya ingin mencari seseorang tersebut, sesuai tujuannya datang ke bumi.

•••
Hope you enjoy🙏

#TBC

Continue Reading

You'll Also Like

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
895K 86.7K 30
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...