NETTA [END]

By inna_adr

251K 16.9K 1.7K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa yang ada di benak kalian apabila mendengar atau melihat seorang gadis yang selal... More

01. Luka Masa Lalu
02. Kecewa
03. Telepati Rasa
05. Aku Takut, Lang.
06. Cemburu
07. Garis Kehidupan
08. Sesak dan Sesal
09. Malaikat Penolong
10. Titik Nadir
11. Titik Nadir (2)
12. Jadian?
13. Ujian
14. Sahabat atau Pacar Posesif?
15. Netta dan Traumanya
16. Rena dan Lintang
17. Si Cowok Emosional
18. Kamu Hanya Milikku!
19. Hot News
20. Si Brengsek, Kesayangan Netta!
21. Di Bawah Pohon Flamboyan
22. Pray For Netta
23. Isi Hati Reandra
24. Labirin Ciptaan Amel
25. Jam Tangan Reandra
26. Kesalahan Yang Sama
27. Sampah Daur Ulang
28. Paket Misterius
29. Mati Untuk Tenang
30. Perjuangan Gilang
31. Mental Illness
32. Psychiatric Hospital
33. Surat Panggilan
34. Amel dan Lelaki Misterius
35. Netta Gila?
36. Harus Pisah!
37. Minta Maaf
38. Pisah
39. Datang Menemui Netta
40. Gilang dan Jessica
41. Putus Sekolah?
42. Akhir Perjuangan Netta
Sweet Regard
INFO [New Story]
Announcement
Vote Cover
PO NOVEL

04. Makasih, Lang!

8.2K 638 40
By inna_adr

HALO!
TERUS SEMANGATI AKU DENGAN SPAM KOMEN:)
DILARANG KERAS MEMBACA PART INI SAMBIL SENYUM SENDIRI, WKWK!

HAPPY READING!!!

"Sambut yang datang, ikhlaskan yang pergi, hargai yang berjuang, dan lupakan yang menyakiti!"

***

Kring!

Bel berbunyi dengan lantangnya, pertanda upacara akan segera dimulai. Hampir semua murid berlarian, berhamburan menuju lapangan upacara. Bagaimana tidak? Terlambat beberapa menit saja, mau tidak mau, mereka harus siap digiring ke barisan paling ujung. Di sana merupakan deretan murid-murid yang tidak disiplin, murid terlambat, tidak memakai topi, dasi dan jenis pelanggaran lainnya. Dan itu sangat memalukan, bagi murid yang anti melanggar.

Mungkin dulu, Gilang beserta teman-temannya pantang ikut upacara, mereka lebih memilih berlari ke kantin atau bersembunyi di rooftop sekolah. Namun, mengingat dia sudah kelas tiga sekarang, Gilang ingin meninggalkan kenangan baik jika sudah lulus nanti.

Netta mengesah panjang, "Huh, untung kita nggak telat," gumam Netta.

"Yaudah ayo, bentar lagi upacara." Gilang menarik lengan Netta. Lantas berlari kecil menuju lapangan, sedangkan tas sekolah mereka entah di mana mereka simpan. Mungkin saja mereka titipkan kepada teman sekelas yang sedang berlari menuju kelas.

Di lapangan sudah begitu ramai, hampir semua murid SMK Nirwana sudah berbaris dengan rapi. Mereka diatur oleh masing-masing ketua kelas, tentunya dengan arahan sang ketua OSIS selaku pemimpin upacara. Namanya, Reandra Atmadja, yang masa jabatannya sebentar lagi akan berakhir setelah pemilihan ketua OSIS baru.

Sudah menjadi ritual di Nirwana, setiap tahunnya akan diadakan pemilihan ketua OSIS baru yakni, calon kandidatnya harus dari kelas sebelas, tentunya dengan arahan serta bimbingan dari ketua OSIS sebelumnya. Alasannya sangat fleksibel, kelas sebelas merupakan angkatan paling free, ketika kelas sepuluh masih dalam proses mengenal lingkungan dan dunia putih abu-abu, sementara kelas dua belas akan sibuk setelah dihadapkan dengan ujian kelulusan. Namun untuk pengurus OSIS lainnya tidak masalah, bisa dari kelas mana pun. Aturan ini diperuntukkan bagi ketua OSIS saja.

Upacara berlangsung dengan hikmat. Pak kepala sekolah selaku pembina upacara memberikan wejangan cukup panjang menggunakan megafon, membuat beberapa murid memilih berceloteh di belakang. Mulai dari sambutan untuk peserta didik baru, peringatan untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekolah, peringatan untuk mematuhi tata tertib sekolah, dan sejumlah penyampaian lainnya. Banyak murid cewek berdecak sebal karena kepanasan, ingin rasanya mereka berteriak 'skincare mahal, Pak'.

"Ren, ya ampun! Rean kelihatan berwibawa banget berdiri di depan, pasti lo bangga deh punya pacar kayak dia?!" ujar salah seorang siswi yang mulai berceloteh di barisan kelas XII AP 4.

Dia Amel, salah satu teman sekelas yang paling dekat dengan Rena saat ini, setelah hubungan persahabatan Netta dan Rena renggang. Bahkan mereka duduk di bangku yang sama sekarang, menggantikan posisi Netta. Karena Netta sendiri memilih pindah tempat duduk setelah kejadian satu tahun silam.

"Hem," gumam Rena yang tengah berdiri tepat di belakang Netta. Sepertinya gadis itu merasa tidak nyaman dengan ungkapan Amel.

"Udahlah, Ren. Nggak usah sungkan gitu, dia kan memang pacar lo sekarang, semua orang juga tahu kali ...," ucap Amel menggantung. "Termasuk dia!" sambungnya penuh penekanan.

Rena melirik Amel tajam. "Mel, lo diem aja!" perintah Rena.

Amel menatap lurus ke punggung ramping Netta. "Dianya aja yang terlalu berharap, sampe rela jadi jomblo berkarat demi nungguin Rean kembali. Tapi kayaknya itu nggak mungkin, Rean kan sayang sama lo," pungkasnya terkesan frontal.

Rena menyenggol lengan Amel. "Lo bisa diem nggak, Mel?!"

"Apaan sih, Ren? Gue kan ben—"

Netta yang mengerti arah pembicaraan Amel segera berbalik, melempar tatapan tajam dan dingin kepada gadis itu, sorot matanya mengisyaratkan agar mulutnya itu berhenti berceloteh.

Dan berhasil. Mulut Amel langsung bungkam dibuatnya.

Netta beralih menatap ke arah lain, pandangannya bertemu dengan Gilang yang ternyata sedang menatapnya dari jauh. Saat ini Gilang tengah tersenyum manis, membuat yang dilempar senyuman kembali salah tingkah. Cowok itu berada di barisan kelas XII Otomotif 1, mereka memang berada di kelas dan jurusan yang berbeda. Gilang di jurusan teknik kendaraan, sedangkan Netta di jurusan otomatisasi dan tata kelola administrasi perkantoran atau sering disebut jurusan AP

Meski begitu, saat istirahat mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik itu di kantin, perpustakaan, taman atau di rooftop sekolah. Kadang berdua, kadang bersama sahabat mereka yang lain.

Sebenarnya sahabat Netta ada lima, Gilang, Samuel, Aldo, Farrel, dan Lintang. Namun yang paling dekat adalah si Gilang ini, saking dekatnya banyak yang mengira mereka pacaran.

"Tuh mata tajem amat, bisa meleleh tuh si Netta," celetuk Aldo yang tak lain berdiri di sebelahnya.

"Apaan sih, Do?! Ganggu aja." Gilang menoleh sekilas, lantas kembali menatap Netta.

"Iri bilang bos!" bisik Farrel di telinga Aldo.

"Daripada natap Netta, mending natap gue," sembur Samuel dari belakang disusul tawa geli darinya.

Ucapan Samuel berhasil membuat Lintang, Aldo, Farrel dan Gilang bergidik jijik.

"Najis lo!" Lintang menimpali.

Mereka berempat segera menyerang kepala Samuel dengan jitakan super jitu, membuat Samuel mengerang kesakitan. Untung saja saat ini sedang upacara, kalau tidak, sudah pasti Samuel segera melarikan diri dari tempat itu.

Semua siswa diharap untuk tetap tenang!

Suara lantang pak Kepala Sekolah berhasil membuat keempat cowok itu menghentikan aksinya, seakan pak Kepala Sekolah sedang menyindir mereka. Suasana lapangan yang tadinya sangat bising bak dengungan lebah kini berangsur hilang. Hening seketika.

Cuap-cuap sakral pak Kepala Sekolah berlanjut hingga selesai. Upacara pun selesai setelah berdoa, menyanyikan lagu nasional dan serangkaian acara lainnya.

Seperti biasa, setelah upacara dibubarkan semua siswa berhamburan ke sana ke mari, banyak yang berlarian menuju kelas, ada juga yang menuju kantin—membeli minuman dingin untuk penghilang dahaga. Begitupun Gilang dkk, mereka berlarian menuju kantin, berusaha menggunakan waktu se-efisien mungkin agar tidak terlambat masuk kelas. Sedangkan Netta, gadis itu sudah berada di kelas tak lama setelah upacara dibubarkan. Dia sudah sibuk dengan kipas genggam berwarna biru miliknya, sepertinya Netta kepasanan. Wajah putihnya terlihat memerah, dan beberapa bulir keringat siap jatuh di ujung pelipisnya. Pagi ini benar-benar panas, untung saja dia tidak ambruk di tengah lapangan, begitu pikirnya.

"Netta, ini ada titipan buat lo." Seorang cowok berambut ikal menyodorkan sebotol air mineral dingin kepada Netta.

Netta mengangkat sebelah alisnya, "Dari siapa, Yo?" tanya Netta heran, kepada cowok yang ternyata bernama Aryo itu, dia satu kelas dengan Netta.

Aryo mengedikkan kedua bahunya, lantas menuju tempat duduknya.

Mata Netta melirik secarik kertas yang tertempel di botol itu.

Segelnya udah aku buka, jadi nggak perlu minta bantuan cowok lain!

Sudut bibir Netta terangkat hingga membentuk lengkungan bulan sabit. Bisa-bisanya si manusia dingin Gilang mengirimkan surat yang isinya seperti ini, memangnya Netta selemah itu? Memang sih, dibalik sifat Netta yang keras, tidak bisa dipungkiri bahwa dia hanya sesosok gadis lemah nan manja.

Lantas, kenapa Gilang mengatakan 'nggak perlu minta bantuan cowok lain'? Apa karena dia tahu bahwa Netta sangat anti sama yang namanya cewek? Mau tidak mau kan Netta harus minta bantuan teman cowok di kelasnya. Atau ada maksud lain? Gilang cemburu lagi?

Dan lagi, Netta tersenyum. Kenapa dia suka? Dengan cepat Netta mendongak ke arah pintu.

Benar saja, di sana sudah ada Gilang yang tengah menatapnya di ambang pintu. Tapi sejak kapan? Apa mungkin cowok itu menyaksikan dirinya senyam-senyum sendiri? Netta menggigit bibirnya sendiri, dia malu.

Gilang berbicara tanpa suara, mengisyaratkan bahwa dia akan segera pergi. Netta hanya membalas dengan melempar seulas senyum manis, lalu mengangguk.

"Makasih, Lang." lirih Netta, setelah Gilang menghilang dari balik pintu.

Perlahan Netta membuka penutup botol—air minum pemberian Gilang, lalu meneguknya hingga sisa setengah. Cuaca pagi ini benar-benar membuat tenggorokannya kering.

***

"Netta!" panggil Gilang saat Netta berjalan menyusuri koridor, gadis itu bermaksud menuju perpustakaan. Kebetulan Bu Dina selaku pengampuh mata pelajaran bahasa Indonesia, mengharuskan semua murid untuk memiliki kartu kontrol perpustakaan dan wajib mereka isi setiap dua kali seminggu.

Tujuan utama Bu Dina mencetuskan peraturan baru ini, semata-mata untuk menambah minat baca mereka. Setidaknya dalam satu minggu ada dua buku yang mereka baca, bukan hanya fokus pada artikel di internet yang berlatarbelakang smartphone.

Netta masih mengingat betul bagaimana Bu Dina berdalih di kelasnya tadi.

Sekarang kita memang berada di era empat titik nol, di mana semua serba canggih, serba tekhnologi. Dan tidak sedikit yang menciptakan kebohongan publik melalui berita di internet, karena itu gunakan buku sebagai landasan kalian.

Gadis mungil itu terus melanjutkan perjalanannya hingga tiba di perpustakaan, sedangkan Gilang mengekor di belakang. Sudah seperti anak ayam yang mencari pakan bersama induknya.

Netta berjalan menuju sebuah meja yang berukuran cukup besar, letaknya di pojok kiri perpustakaan, lengkap dengan beberapa rak buku menjulang dan berdiri kokoh mengelilinginya. Netta meraih sebuah buku lantas duduk di sebelah Gilang.

"Kenapa sih pake ngikutin aku ke sini?" Netta membuka suara.

"Emang nggak boleh?"

"Hem, bukan gitu. Kamu nggak dicariin sama empat kutu kebo' itu?"

Gilang tertawa lepas. "Maksud kamu Sam, Aldo, Farrel sama Lintang?"

Netta mengangguk. "Siapa lagi?!"

"Mereka pasti tahu-lah kalau aku lagi sama kamu."

"Kamu nggak takut mereka cemburu?"

"Cemburu? Sama aku apa sama kamu?" tanya Gilang menyelidik.

"Sama aku-lah."

"Najis itu, mah!" Gilang bergidik jijik.

Ucapan Gilang berhasil membuat tawa Netta pecah, meski di sampingnya terpampang sebuah tulisan 'JANGAN MEMBUAT KERIBUTAN'. But, Netta don't care! Wajah Gilang terlalu menggemaskan dan mengundang siapapun untuk tertawa saat melihatnya.

"Aku suka!" Gilang mengusap cairan bening di ujung mata Netta. Gadis itu tertawa hingga air matanya keluar. "Simpan ini buat aku, Netta!" sambungnya sembari mengacak lembut puncak kepala Netta, sedangkan gadis itu sudah membeku di tempat.

Netta tersenyum kikuk, lalu berdehem pelan. "Udah ah, aku mau baca ini dulu." Netta segera meraih buku di depannya.

"Bangunin aku kalau udah selesai!" pinta Gilang. Cowok itu sudah menyesuaikan posisi duduknya senyaman mungkin, dia bermaksud untuk tidur sembari menunggu Netta selesai. Gilang melipat kedua tangannya di atas meja, menenggelamkan sebagian wajahnya di sana.

Netta menggeleng jengah melihat tingkah Gilang, lantas segera membuka buku di depannya. Berusaha mencari makna dan memahami setiap kata yang dibentuk menjadi kalimat dalam buku itu, lalu mencatat yang dia anggap penting pada kertas berwarna kuning miliknya.

Sekilas Netta melirik Gilang yang sudah tertidur dengan posisi duduk. "Dasar kebo'! Tidak tahu tempat."

Sadar atau tidak, tangan kanan Netta ter-ulur mengusap lembut rambut hitam milik Gilang. Seulas senyum hangat nan tulus terukir di bibirnya. "Makasih, Lang. Kamu udah sabar ngadepin aku," lirihnya.

"Biarkan tetap seperti ini, Netta!"

Suara berat milik Gilang berhasil membuat Netta terlonjak kaget, bukankah cowok itu sedang tidur? Apa dia mengigau? Dasar!

Gilang menuntun tangan Netta untuk kembali mengusap kepalanya. Seperti terhipnotis, Netta mengikuti perintah Gilang, kembali mengusap kepalanya dengan gerakan slow motion.

Ternyata manusia dingin seperti Gilang bisa manja juga, pikir Netta.

"Kamu, jangan kayak gini ke cowok lain!" Gilang kembali bersuara meski masih dalam posisi sebelumnya. Sedangkan Netta tetap mengusap kepala Gilang, bak seorang ibu dan anak.

"Emangnya kenapa?"

"Nanti aku bisa dipenjara."

Kening Netta mengkerut, hingga muncul beberapa lipatan kecil di sana. "Loh, kenapa?"

"Karena jadi pembunuh."

"Kamu bakalan bunuh aku?"

Gilang mengangkat kepalanya, lantas menatap lekat kedua manik mata di hadapannya. "Dia, Netta, orang itu! Sebelum aku berpikir buat ngebunuh kamu, aku akan bunuh diri aku sendiri."

Netta tertegun, ada sebuah getaran di dadanya. Hatinya terasa sakit mendengar penuturan Gilang, seperti ada ribuan jarum yang menancap di uluh hatinya. Netta seringkali membuat Gilang kecewa, sementara Gilang selalu membuatnya merasa aman, nyaman dan bahagia. Netta merasa bersalah.

"Enggak akan, Gilang." lirih Netta dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Rasanya dia ingin menangis sekarang juga.

__________________

To be continued!

HALO, KETEMU LAGI KITA.

KALIAN APA KABAR? SEHAT, KAN?

SEBELUMNYA AKU MAU NGUCAPIN TERIMA KASIH KEPADA KALIAN SEMUA.

MAKASIH BUAT ANTUSIASNYA, MAKASIH BUAT KESABARANNYA MENUNGGU CERITA INI UPDATE, MAKASIH SUDAH MEMBUAT CERITA INI ADA HARGANYA.

SATU LAGI, MAKASIH SUDAH MENJADI PENYEMANGATKU. KALIAN ADALAH INSPIRASI TERBESARKU. TANPA KALIAN CERITA RECEH INI NGGAK ADA APA-APANYA.

DI CHAPTER INI, KALIAN MAU NYAMPEIN SESUATU NGGAK?

ADA UNEK-UNEK NGGAK? BILANG DONG!

SATU KATA BUAT :

NETTA

GILANG

AUTHOR

SEE U AND LOVE U MORE GUYS❤

Continue Reading

You'll Also Like

125K 13.6K 52
[TEEN FICTION] When broken home said "Hidup sendiri dengan beribu-ribu masalah itu gak enak."
789K 29.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
15.8K 4.2K 41
[SELESAI DAN TIDAK DI REVISI] '. '. ~ ' ' "Aurora hanya menampakkan cahaya nya di malam hari, setelah langit menjadi cerah Aurora sudah...
86.9K 8.2K 66
πŸ…ΏπŸ…°πŸ†πŸ†ƒ πŸ…ΌπŸ…°πŸ†‚πŸ…ΈπŸ…· πŸ…»πŸ…΄πŸ…½πŸ…ΆπŸ…ΊπŸ…°πŸ…Ώ Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukanka...