GIZLI

Bởi Yyuni19

34.3K 2.6K 488

FOLLOW AUTHOR DULU, JIKA BERKENAN😉 [BELUM REVISI ] ✅ Ini kisah antara aku dan dia yang berubah menjadi kita... Xem Thêm

INFO PENTING!
PROLOG
Gizli | 01
Gizli | 02
Gizli | 03
Gizli | 04
Gizli | 05
Gizli | 06
Gizli | 07
Gizli | 08
Gizli | 09
Gizli |10
Gizli | 11
Gizli | 12
Gizli | 13
Gizli | 14
Gizli | 15
Gizli | 16
Gizli | 17
Gizli | 18
Gizli | 19
Gizli | 20
Gizli | 21
Gizli | 22
Gizli | 23
Gizli | 24
Gizli | 25
Gizli | 26
Gizli | 27
Gizli | 28
Gizli | 29
Gizli | 30
Gizli | 31
Gizli | 33

Gizli | 32

344 20 1
Bởi Yyuni19

Sudah lama tidak berjumpa, akankah perasaan masih sama?

***

Laki-laki dengan pakaian serba hitam tengah berjalan menuju salah satu bilik yang ada di rumah sakit Medika tempat Zeta di rawat.

Dari kejauhan, ia melihat seorang laki-laki baru saja keluar dari ruangan Zeta. Dari raut wajahnya, orang yang ada di depan ruangan Zeta tengah mengerang frustasi. Ia berjalan ke tempat duduk yang disediakan dan menunduk dalam. Dia adalah Darel, Kakak kandung Zeta yang sangat laki-laki itu kenal.

Mungkin bisa dibilang, lebih dari seorang teman. Laki-laki ini menghela napas dan mulai mencari sebuah cara agar dapat menjumpai Zeta di dalam ruangannya.

Ia berjalan menuju ruangan khusus dokter dan suster, ia mengendap-endap untuk memastikan agar orang lain tidak mencurigainya.

Saat, pemuda itu menoleh ke belakang, ia tetap berjalan lurus guna memasuki ruangan khusus para pegawai medis.

Pemuda itu tidak sengaja menabrak tubuh seorang perempuan mungil di depannya. "Eh sorry, gue gak sengaja."

Pemuda itu membantu memunguti peralatan medis yang berjatuhan dan ia kembalikan pada tempat yang di bawa perempuan itu. Ia sempat terpaku melihat perempuan di depannya itu.

"Anda siapa?" tanya perempuan itu bingung. Lelaki itu melepas tudung jaketnya dan ia betapa terkejutnya perempuan di depannya itu saat melihat laki-laki yang sangat ia kenal.

"Kakak ...."

"ARSHA?!"

Arsha memeluk erat tubuh kakak kandungnya itu, ia mengusap punggung kakaknya guna menyalurkan kekuatan agar kakaknya dapat menerima semuanya.

Daisy melepas paksa pelukannya pada adiknya itu, ia menangkup wajah Arsha dengan kedua tangannya.

Daisya benar-benar tidak percaya hal seperti ini bisa terjadi. "Kok kamu—"

Arsha menutup mulut Daisy dengan satu tangannya dan menganggukkan kepala, "Nanti aja aku ceritain, sekarang aku butuh bantuan kakak."

"Bantuan apa?" Arsha membisikkan sesuatu pada Daisy. Daisy mengangguk mengerti, kemudian ia dan Arsha pergi menuju ruang yang di khususkan untuk para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit.

☔️☔️☔️

Darel memandang lekat Zeta, tangannya mengusap pelan pipi adiknya itu. Semakin kesini, ia semakin menemukan kemiripan Zeta dengan Mamanya.

Hal itulah yang membuat Darel semakin tidak ingin berurusan dengan adiknya, wajah Zeta selalu mengingatkannya pada mendiang Mamanya dulu.

"Bangun, Zi ...." Darel menunduk dan menangkupkan kedua wajahnya di lipatan tangannya.

Pintu ruangan terbuka, Darel mengangkat kepalanya dan menemukan Dafrel dan Dean yang tengah berjalan ke arahnya. Atau mungkin ke arah Zeta.

Dean segera mengelus pipi Zeta dan membisiki Zeta sesuatu, "Bangun sayang, aku khawatir sama kamu."

Dafrel menarik kerah baju Darel dan menariknya keluar. "Maksud lo apa?!" sentak Dafrel pada Darel.

Darel mendengus kesal. "Apaan sih? Napa jadi gue yang lo introgasi?"

"Karena lo yang jadi saksi bego!" Dafrel menuding Darel dengan telunjuknya. "Rel, kalo memang lo benci sama Zeta, seenggaknya jangan nyelakain dia Rel. Mau gimanapun juga, dia adik lo Rel. Adik gue juga," sambung Dafrel.

Darel menghembuskan napas gusar. "Gue gak bermaksud nyelakain dia Daf!" tekannya pada Dafrel.

"Gue ... gue— ARGH!" Darel mengerang frustasi. Dafrel menghembuskan napas lelah. Ia duduk di salah satu kursi yang ada di sebelah Darel.

Dafrel mengusap pundak Darel. Ia menganggukkan kepalanya. "Lo gak ngerti gimana rasanya Daf," ujar Darel.

Dafrel menggeleng tegas. "Gue ngerti Rel. Kita itu kembar, jadi gue pun bisa ngerasain apa yang lo rasain."

"Sekarang, kita cuma bisa berdoa sama Tuhan supaya Zeta bisa sembuh." Darel mengangguk setuju.

Tiba-tiba Aldo datang dengan Bi Marni yang berjalan tergopoh-gopoh. "Zeta gimana?" tanya Aldo.

Dafrel menatal malas ke arah papanya. "Di dalem."

Aldo ingin masuk namun di cegah oleh Dafrel. "Mau apa, Pah?" tanya Dafrel.

Aldo menatap aneh ke arah Dafrel. "Ya mau jenguk Zeta lah, mau apa lagi?" Aldo balik bertanya pada Dafrel.

"Oh, kalau Zeta sakit baru peduli ya?" sindir Dafrel pada Aldo. Aldo menatap nyalang pada putranya. "Maksud kamu apa? Mau gimanapun dia tetap anak Papah, Nak."

"Halah, Papa—" Ucapan Dafrel terhenti saat Bi Marni menghentikan aksi berdebatnya dengan sang papa.

"Den, udah Den. Gak baik berantem di rumah sakit," ujar Bi Marni menenangkan. Aldo memutar matanya malas, ia kemudian memasuki ruangan Zeta dan menemukan seorang pemuda yang tengah menggenggam erat tangan Zeta.

"Nak?" sapa Aldo pada Dean. Dean mengangkat wajahnya dan menatap bingung ke arah Aldo.

Dean berdiri dari duduknya, "Maaf Om, Om ini papanya Zeta ya?" tanya Dean sopan. Aldo mengangguk. Ia masih setengah sadar saat menatap wajah Dean.

Ya Tuhan, kenapa wajahnya sangat mirip dengan Melani saat muda? Ah, ada apa denganku, mungkin itu hanya kebetulan saja- batin Aldo.

"Kamu ... kamu siapa?" tanya Aldo yang masih belum bisa menerima bahwa wajah pemuda di depannya ini mirip dengan mendiang istrinya.

"Saya Dean, Om. Pacarnya Zeta," tukas Dean dengan begitu percaya diri. Aldo menganggukkan kepalanya. Ia menduduki kursi yang tadi Dean duduki, di pegangnya erat tangan putrinya.

"Zeta, maafin Papah," ujar Aldo dengan begitu menyesal. Selama ini, ia membenci Zeta dengan berlebihan.

Ia sadar, tidak sepantasnya ia sebagai seorang figur ayah mencampakkan salah satu anaknya. Dean keluar dari ruangan agar Aldo lebih leluasa berbicara.

"Papah tau, kamu pasti susah banget maafin Papah, maaf banget udah ngebuat kamu ngerasa gak punya siapa-siapa di dunia ini sayang, Papah nyesel banget pernah kayak gitu sama kamu. Papah harap kamu cepet sembuh ya, Nak. Jangan tinggalin Papah, Papah sayang kamu." Aldo mencium kening putrinya sembari memejamkan mata dan tak sengaja mengeluarkan air mata.

Dokter tiba-tiba masuk dengan diikuti ketiga suster. Masing-masing dari mereka membawa peralatan yang dibutuhkan.

"Maaf, Pak. Sekarang kami ingin menindaklanjuti perkembangan Zeta, di mohon menunggu di luar ya Pak," ujar salah satu suster itu.

Aldo mengusap air matanya, ia beranjak dari sana. Pundaknya tidak sengaja menabrak salah seorang pekerja medis di ruangan itu.

"Maaf, saya tidak sengaja." Aldo menatap mata pekerja medis itu, ia mngerutkan keningnya.

Matanya ... ah tidak mungkin! Sahabat Zeta itu kan sudah meninggal. Mungkin hanya kebetulan - batin Aldo.

~TBC~


Holla!

Gimana masih mau lanjut??🌟

Voment dulu dong.

KASIH TAHU AKU TOKOH MANA YANG KALIAN SUKA?!

Zeta ?

Alta ?

Dean ?

Arsha ?

Fio ?

Kaysa ?

Dafrel & Darel ?

Atau ...

AUTHORNYA?!!!! Hihihi becanda kok_<

Selamat membaca❤️

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

486K 52.1K 22
Waktu membawa hati bergerak menjadi sebuah rasa tanpa ia duga. Cerita ini tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri...
3M 212K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
815K 11.5K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.5M 108K 46
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...