GIZLI

By Yyuni19

34.3K 2.6K 488

FOLLOW AUTHOR DULU, JIKA BERKENAN😉 [BELUM REVISI ] ✅ Ini kisah antara aku dan dia yang berubah menjadi kita... More

INFO PENTING!
PROLOG
Gizli | 01
Gizli | 02
Gizli | 03
Gizli | 04
Gizli | 05
Gizli | 06
Gizli | 07
Gizli | 08
Gizli | 09
Gizli |10
Gizli | 11
Gizli | 12
Gizli | 13
Gizli | 14
Gizli | 15
Gizli | 16
Gizli | 17
Gizli | 18
Gizli | 19
Gizli | 20
Gizli | 21
Gizli | 22
Gizli | 23
Gizli | 24
Gizli | 25
Gizli | 26
Gizli | 27
Gizli | 28
Gizli | 29
Gizli | 30
Gizli | 32
Gizli | 33

Gizli | 31

256 23 2
By Yyuni19

Sesal dirasa sesak saat perasaan menyeruak.

***

Happy reading🌈

Sebelumnya aku mau nanya nih, ada yang mau join di grup Gizli enggak sih?

Kalau mau nanti saya buatkan, tapi di line, gimana?

Kalau berminat koment ya?!

Terima kasih ....

———

"Zeta pulang!" seru Zeta ke segala penjuru rumahnya. Bi Marni menyambutnya dengan senyuman manis.

Zeta membalas senyuman itu dan menyalimi tangan Bi Marni, "Non makan dulu gih," perintah Bi Marni padanya.

Zeta pun mengiyakan ucapan Bi Marni. Ia mulai berjalan ke arah meja makan dan alangkah terkejutnya saat menemukan Darel tengah makan dengan tenang di meja makan.

Zeta langsung memberhentikan langkahnya, ia memutuskan untuk berbalik dan hendak menuju kamarnya namun tidak jadi karena omongan Darel.

"Mau kemana lo?" tanya Darel sinis. Ia menghentakkan alat makannya ke piring. Zeta meneguk ludahnya kasar.

"Ke atas, Kak." Zeta menjawab pertanyaan Darel tanpa membalikkan badan. Darel menghela napas.

"Sini lo!"

Zeta mengerjapkan matanya beberapa kali, ia perlahan berbalik dan mulai berjalan mendekati Darel. "Duduk."

Zeta menduduki kursi yang berada tepat di hadapan Darel, ia tidak berani untuk mengangkat wajahnya walau hanya sekedar melihat Darel.

"Kenapa lo nulis ini hah?!" bentak Darel dengan menyodorkan sebuah surat yang sangat Zeta kenali. Perlahan Zeta mengangkat wajahnya dan menatap Darel yang tengah menatap Zeta nyalang.

"JAWAB!" Darel menggebrak meja makan. Zeta menutup matanya reflek dan menutup kedua telinganya.

"G-gue ... gue ...." Zeta menggeleng penuh kemudian berlari menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Darel menyusul kemana Zeta pergi dan mengetok pintu Zeta beberapa kali. "Kalo lo gak keluar, pintunya gue dobrak!"

"Zeta! Keluar gak?!"

Zeta menangis tersedu-sedu. Ia menutup kedua matanya dengan tangannya. Zeta bingung harus berbuat apa saat ini.

Alasan dia menulis surat itu sebenarnya hanya sekedar hadiah untuk Darel. Zeta tahu pasti, maut tidak ada yang bisa memprediksi. Maka dari itu, ia menuliskan surat untuk Darel.

"Mamah, Zeta takut ... Kak Darel serem." Zeta bingung harus bagaimana, ia memutuskan untuk bersembunyi di belakang lemari sepatu miliknya yang terletak di belakang pintu. Zeta hanya berharap bisa lolos dari amukan Darel.

Brak ....

Darel mendobrak pintu kamar Zeta dan mulai mencari keberadaan adiknya. "Zeta dimana lo?! Keluar lo pembunuh!"

Hati Zeta serasa dicabik-cabik mendengar hal itu. Ia berusaha menguatkan diri dan mengendap-endap untuk bisa keluar dari kamarnya.

Sialnya, kakinya tersandung oleh kaki lemari miliknya. Sehingga menimbulkan suara yang membuat Darel menolehkan kepalanya ke arah sana.

Zeta membulatkan mata saat Darel menatapnya dengan senyuman licik. "Ketemu lo." Darel mendekati Zeta dan hendak memegang lengan Zeta.

Zeta dengan cepat berlari berusaha untuk kabur dari kejaran Darel. Namun apalah daya, kekuatan perempuan dengan lelaki sungguh berbeda.

Darel berhasil mencekal tangan Zeta dengan erat. "Gue cuma butuh alasan lo nulis gitu ke gue Zeta, gak lebih! Sekarang cepet jelasin ke gue," tekan Darel pada Zeta.

Zeta menatap Darel dengan mata yang sudah penuh dengan tangisan. "Gue ... gue gak bisa." Zeta menunduk memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya.

"Semua yang ada di dunia ini butuh alasan, gak mungkin lo asal nulis surat itu," ujar Darel pada Zeta.

"Apa peduli Kakak? Kalo pun gue gak ada lo pasti baik-baik aja," ujar Zeta. Darel sempat membeku, dadanya berdesir mendengar pernyataan sakral yang keluar dari mulut adiknya.

Zeta menghempas tangan Darel dan menuruni tangga dengan cepat. Zeta tidak sengaja menginjak tali sepatunya yang terlepas, akibatnya ia terjatuh dari tangga.

"AAAAAAA—"

Badan Zeta terguling mengikuti arah tangga. Kepala Zeta terbentur cukup keras di gagang tangga paling bawah.

"ZETAAA!" Darel menuruni tangga dengan langkah gusar.

Darel melihat Zeta yang terkulai lemas dengan mata yang sayup-sayup akan menutup. Darel meletakkan kepala Zeta di pahanya sebagai tumpuan.

Darel menepuk pipi Zeta, "Zeta! Bangun Zeta!"

Zeta menatap Darel dan tersenyum, hidungnya mengeluarkan banyak darah dan tangannya hendak menggapai wajah Darel.

"Aa, Zizi sayang ...." Belum sempat tangan Zeta menyentuh pipi Darel, ia sudah tidak sadarkan diri.

Darel sungguh menyesal atas perbuatannya tadi. Ia segera membopong Zeta dan dibawanya ke rumah sakit.

***

"Se punya mata itu dipakai! Se tidak lihat kah, beta punya bos sedang galau ini," ujar Gibran pada Azka yang setia menatap Alta tanpa kedip.

Azka menatap Alta intens tanpa mengedipkan matanya. "Gue baru tahu, es batu kalau galau cair gak ya?"

Gibran tertawa, ia memukul lengan Azka dengan keras. "Ey, tidak ada itu nama cair," jawab Gibran. Azka menatap Gibran heran.

"Terus?"

"Meleleh." Gibran dan Azka sontak saja tertawa terbahak-bahak dan saling bertos-ria. Alta yang melihat itu, memutuskan untuk beranjak pergi.

"Mo kemana kaka? Beta antar saja ya," tawar Gibran pada Alta. Alta menatap Gibran dan Azka sengit, ia menggeleng.

"Yee, dia baper." Azka menunjuk kepergian Alta.

"Se mo ikut tidak?" tanya Gibran pada Azka dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

"Kemana?" tanya Azka bingung. Gibran tidak memberi tahunya, ia hanya tersenyum misterius dan membenarkan tatanan rambutnya yang mulai berantakan. Ia memberikan air liurnya pada rambutnya sebagai ganti pomade.

Azka menaikkan sudut bibirnya dan menatap Gibran dengan jijik. "JIJIK GOBLOK!"

Di lain tempat, Axel Kaysa tengah berjalan santai di sekitar rumahnya, ia berjalan sesekali bersenandung ria.

"Kira-kira hadiahnya udah nyampe gak ya?" Kaysa senyum-senyum sendiri membayangkan reaksi orang yang ia beri kado.

"Dia lagi apa ya? Apa dia sekarang udah inget gue?" Zeta mulai membayangkan senyum orang yang tengah menyangkut di pikirannya.

"Zeta, zeta?" panggil orang itu, Zeta menganggukkan kepala semangat dan hendak memeluk orang di depannya.

"Iya, Pororo!"

Zeta mengeratkan pelukannya pada orang di depannya. "Lo apa-apaan sih? Gue Axel bego!" Axel melepas paksa pelukan Zeta.

Zeta melotot, ia menganga tidak percaya saat yang ada di depannya ini ialah Axel bukan orang yang ia harapkan.

"Kok jadi lo sih?!" kesal Zeta.

"Ya mana ketehe, orang dari tadi gue udah disini. Lo nya aja yang tiba-tiba meluk gue," ujar Axel sewot.

Kaysa menatap Axel kesal. "Ih bilang aja lo modus kan? Sengaja di depan gue biar gue bisa meluk lo gitu?" Memang Kaysanya saja yang tidak ingin kalah, ia sengaja berbalik menyalahkan Axel atas kejadian barusan.

"Loh kok jadi gue?" tanya Axel heran.

"Iyalah! Siapa suruh lo berdiri di depan gue?"

Axel menggelengkan kepalanya, "Gila lo!"

Kaysa mengerucutkan bibirnya kesal, ia tersenyum licik saat menemukan cara agar membuat Axel dongkol.

"Eh, denger-denger Kak Dean sama Zeta udah jadian loh," ujar Kaysa mendekati Axel yang mulai berlari kecil.

"Cocok banget ya mereka, cantik sama ganteng. Mana Kak Dean perhatian banget lagi ke Zeta," ujar Kaysa menggebu-gebu.

Hal itu membuat Axel semakin dongkol dan berhenti tiba-tiba. "Lo mau apa sih?" kesal Axel.

Kaysa menautkan alisnya, "Gak mau apa-apa kok. Kan gue cuma ngasih tahu."

"Tapi gue gak mau tahu!" sentak Axel pada Kaysa dan mendekatkan wajahnya pada Kaysa.

Kaysa memundurkan kepalanya, ia semakin takut kala Axel semakin mendekatkan tubuhnya pada dirinya. Kaysa memejamkan matanya reflek.

Hal itu membuat Axel tertawa senang, Axel mengambil satu bunga yang jatuh di atas kepala Kaysa dan kembali memundurkan tubuhnya agar menjauh dari Kaysa.

"Mikirin apa lo sampe nutup mata?" tanya Axel dengan bersedekap dada. Zeta membuka matanya dan gelagapan.

"Gue, itu gue ... ih Axel nyebelin!" Kaysa memukul pundak Axel dan memilih untuk pergi dari sana.

Axel menatap aneh ke arah Kaysa dan berkata, "Adik kelas zaman sekarang ya, pada kurang aja semua."

"Dasar cewek aneh!"

***

Holla!

Gimana nih?

Masih mau lanjut?

Coment yang banyak yaw🤗

Continue Reading

You'll Also Like

555K 21.2K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
2.6M 131K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
293K 14.5K 32
Anna kaget saat dia membuka matanya, bukan nya berada disurga atau alam baka dan bertemu dengan ibu dan ayahnya yang telah meninggal, dia malah terba...