US - Beautiful Liar

By TitisariPrabawati

117K 12.3K 2.8K

PENGUMUMAN BUAT PEMBACA Untuk US Series Next Gen ini sebenarnya adalah BONUS BOOK dari ketujuh series sebelum... More

Beautiful Liar
Pengenalan Tokoh
~ Prologue ~
~ Part 1 * Seine ~
~ Part 2 - Esperer ~
~ Part 3 - Le Coeur ~
~ Part 4 - Enfin ~
~ Part 5 - Fleur ~
~ Part 6 - Eternite ~
~ Part 7 - Folie ~
~ Part 8 - Aimer ~
~ Part 9 - Enemble ~
~ Part 10 - Sacrifier ~
~ Part 11 - Davantage ~
~ Part 12 - Nocturne ~
~ Part 13 - Belle ~
~ Part 14 - Bleues ~
~ Part 15 - Epigram ~
~ Part 16 - L'amour ~
~ Part 17 - Terre ~
~ Part 18 - Heurte ~
~ Part 19 - D'esprit ~
~ Part 20 - Choix ~
~ Part 21 - Sentir ~
~ Part 22 - Traverse ~
~ Part 23 - Sommeille ~
~ Part 24 - Historie ~
~ Part 25 - Noire ~
~ Part 26 - Mystere ~
~ Part 28 - Mourant ~
~ Part 29 - Tienne ~
~ Part 30 - Descente ~
Pengmuman Giveaway US Series
~ Epilogue ~

~ Part 27 - Blanc ~

3K 372 33
By TitisariPrabawati

Le temps d'un souffle coupé

Par un soir tardif d'été

Les anges partirent avant

Et leurs visages tachés de blanc

Saat yang menyesakkan

di malam akhir musim semi

Para malaikat telah pergi

Wajah mereka tetap pucat

---

"Ada waktunya dalam kasus seperti ini, kau harus memutuskan, untuk menyelamatkan anak, atau ibunya..." Lion memperlihatkan kondisi Isabelle melalui layar di hadapan mereka.

"Anakmu sangat prematur tetapi kami memiliki rahim buatan dari Philadelphia dan telah diujicoba. Well, sepertinya Isabelle Celestiel memang ditakdirkan mati di tanganku."

Tangan Ardan gemetar mengelus USG empat dimensi anaknya, walaupun janin masih berupa gumpalan kecil. Kondisi Isabelle terus memburuk walaupun peluru telah dikeluarkan dari tubuhnya.

"Jika pada akhirnya nanti dia koma dan mati otak, kau harus memutuskannya."

Ardan berbalik dan keluar ruangan.

"Hei, kau mau kemana?" Lion berdecak kesal. "Waktu kita tidak banyak dan kau harus segera memutuskannya setelah aku kembali dari Dubai untuk suatu urusan. Aku memberimu waktu empat hari...itupun jika kondisi Isabelle stagnan."

"Kau tahu sendiri, aku tak pernah memutuskan sesuatu tanpa melibatkan Nya. Aku ke masjid dulu, untuk bertanya..."

"Jangan lupa minum obatmu, beberapa tulang rusukmu masih retak..."

Lelaki itu melangkah gontai, bisa jadi setiap orang yang merasa mengenalnya dengan begitu dekat, bahkan ayahnya sendiri, mengira dia memilih hal paling ceroboh selama kehidupannya. Tidak, sebenarnya dia telah memikirkan segalanya secara terperinci, dia ingin menunjukkan kepada Isabelle jika dia merelakan tubuhnya sebagai tameng. Bahkan mungkin jika nyawa adalah pertaruhan, apalah arti jiwa dan raga ini jika taruhannya adalah anak dan istri? Hanya saja dia tidak menyangka jika Isabelle lebih memilih melindunginya di saat akhir dan berniat 'membawa' anak itu bersamanya.

Cukup lama lelaki itu merenung di sebuah masjid di kompleks Aryavarta. Melindungi Aryavarta dan negara ini adalah kewajibannya, tetapi jika pertaruhannya adalah anak juga istri, ingin rasanya Ardan menukar itu dengan nyawanya sendiri. Perlahan dia kembali ke rumah untuk membersihkan diri sebelum nanti kembali bersiap mengunjungi Isabelle di rumah sakit markas utama. Banyak hal yang dipikirkannya dan beberapa hari ini kondisi mentalnya juga belum pulih, Kartikeya dalam jiwanya belum sepenuhnya terkendali. Dia harus melakukan meditasi untuk menetralkannya. Errland bahkan masih berada di ruangan isolasi karena Ciel masih menguasai tubuhnya. Beberapa anggota pasukan khusus tengah menanganinya dan bertarung dengan Ciel.

Grey House terasa sepi, lelaki itu menuju ke dapur dan mengetuk layar LCD kecil di meja barista, memesan kopi secara otomatis sesuai seleranya. Dari keran di hadapannya, cairan kopi akan mengalir secara otomatis begitu mug diletakkan di alas bundar hitam yang dilengkapi sensor. Setiap hal di rumah ini telah begitu canggih dan modern, terbuat dari material terbaik dan menggunakan tekhnologi paling mumpuni, tapi apakah dia merasa bahagia? Selama ini dia bertakhta di Shadow Kingdom dalam kesendirian dan tumbuh lekat bersama kegelapan. Seorang gadis bernama Mutiara sempat membuat sisi lain dirinya terbuka, tapi Tiara hanya mampu dikenali oleh Ardan yang 'terang' sementara Isabelle, mengerti setiap sisi dirinya, juga menyelami kegelapannya.

"Sebenarnya, kau makhluk seperti apa, Isabelle Celestiel?"

Setelah mandi, Ardan berganti pakaian dan saat melihat bagian sisi kiri walk in closet, jemari tangannya terhenti mengancingkan baju. Gaun, tas dan barang-barang milik istrinya yang tergeletak rapi di almari kaca membuatnya tertegun. Perlahan, saat membuka almari dia merasakan aroma lembut mawar dan peony, khas Isabelle. Walaupun kehidupan pernikahan mereka tak biasa, tetapi Ardan menyadari, jika dirinya terlanjur menyayangi wanita keras kepala itu. Antara anak itu dan Isabelle manakah yang pada akhirnya harus dipilihnya?

Dibukanya setiap laci dan melihat setiap jam tangan, perhiasan dan bahkan cincin pernikahan mereka terletak di tempat itu dengan rapi. Isabelle tidak memakainya sebagaimana biasa. Terlebih mungkin wanita itu mengetahui Ardan memasang pemancar di sana. Lalu dia melihat sebuah diary berwarna cokelat dan terlihat begitu vintage dengan sampul dan tali kulit diletakkan di laci terbawah.

Issa.

Catatan itu mungkin milik Isabelle dan sambil menuju ke ranjang, lelaki itu membuka lembar-demi lembar halaman diary cokelat itu.

"Aku tengah berjalan-jalan di kota Aryavarth saat melihat toko barang antik dan membeli buku Diary ini. Kupikir, sudah waktunya aku bersiap untuk sebuah kekalahan dan memberimu beberapa petunjuk untuk melakukan apa yang aku inginkan setelah aku memilih untuk mengakhiri kisah kita yang terlampau sulit untuk diakhiri dengan memuaskan.

Seharusnya, hubungan kita hanyalah sebatas pertemuan di Tuileries, diantara guguran kelopak bunga berwarna merah jambu. Lalu berakhir di kegelapan Seine. Kuakui saat melihat sosokmu pertama kali, bukan hanya dari foto, kau membuatku berpikir. Alangkah sayangnya lelaki sepertimu harus berakhir mengenaskan dalam lumpur sungai Seine yang mulai membeku.

Aku terlalu naif saat memikirkan ada saat dimana aku begitu bahagia berada dalam perlindungan lengan kokohmu, sementara kau bercerita tentang banyak hal. Tentang lagu, tentang cinta dan tentang kehidupan. Aku tidak tahu apakah kau mengatakan cinta dengan tulus atau hanya bayang-bayang semu yang kau mainkan untukku, tapi aku pernah bahagia menjadi seorang istri. Itu adalah hal yang paling membahagiakan dalam kehidupanku. Hanya saja aku menyadari, jika aku memilih untuk berbahagia bersamamu, artinya aku menghianati keluargaku. Mengabaikan kedua orangtuaku yang mati secara mengenaskan karena ayahmu. Mengabaikan tangis dan sayatan kepedihan yang digaungkan bibiku dari balik tembok rumah sakit jiwa, menyebut nama ayahmu sepanjang hidupnya dengan kepedihan tak terbilang.

Ardan, kau lelaki. Mungkin kau tak akan bisa memahami perasaan perempuan yang sebenar-benarnya. Bagaimana ayahmu bisa berbahagia bersama ibumu dan memiliki surga yang begitu indah bersamamu? Sementara bibi Claire yang jelita, menua dengan kepedihan tak tertanggungkan karena cinta palsu yang ayahmu sodorkan? Apakah kau akan memperlakukan aku seperti ayahmu mengabaikan bibi Claire? Apa kau tahu bagaimana perasaanku, setelah aku kau buat tersenyum, tertawa dan merasa bahagia, ingatanku kembali kepada tembok-tembok tua St. Anne psychiatry yang mengurung bibiku yang cantik. Aku merasa menjadi seorang penghianat yang buruk saat aku merasa bahagia bersamamu. Aku tidak selayaknya menikmati kehidupan yang sempurna bersama putra seseorang yang menghancurkan keluargaku. Walaupun pada akhirnya satu-per satu alasan kenapa Aryan meninggalkan bibiku mulai terkuak. Tapi aku tetap tidak bisa menjalani kehidupanku bersamamu.

Saat kau menemukan catatan ini, mungkin aku berada di ambang kematian, atau bahkan telah tiada. Aku hanya ingin, setelah kepergianku kelak, kau jangan lagi menyakiti seseorang dengan memberikan harapan palsu. Walau kau dilimpahi kemewahan dan kehidupan yang nyaman, kau tidak akan merasa bahagia jika kau menjadi seorang lelaki yang tidak mampu berjanji. Saat kau bertemu seseorang dan kau merasa mencintainya, maka jangan pernah menyakitinya. Jika kau disukai seseorang sementara dirimu tidak menyukainya, jangan memberinya harapan sama sekali. Kau akan memahami apa yang kutulis ini setelah kau melihat sendiri bagaimana keadaan bibi Claire. Dia membawa cintanya hingga kehilangan akal sehatnya. Kisah kita, akan memberimu pelajaran untuk menghargai wanita kelak saat kau melanjutkan kehidupanmu. Aku yakin, kau akan melupakanku seperti ayahmu melupakan bibi Claire. Aku hanyalah sepenggal kisah dalam kehidupan panjang yang akan kau jalani.

Jika aku boleh meminta, setelah kematianku, tulislah surat untuk paman Andreas dan bibi Iriana. Aku telah kembali dalam damai dan sebaiknya kedua keluarga tak lagi berseteru. Cukuplah dendam terhenti sampai pada kematianku saja. Aku ingin kalian semua menjalani kehidupan yang normal.

Ardan, kau boleh memakamkanku di mana saja, tetapi aku menginginkan kau menanam rumpun Daisy di atas tanah pemakamanku. Jika kelak kau memiliki istri lagi, jangan pernah membawanya menemuiku. Biarkan aku hidup dalam kenangan kita berdua saja, aku tidak ingin ada wanita lain yang mengetahui kisahku dan mencampuri kisah kita. Semudah itu, kau bisa melupakanku.

Mungkin aku tidak bisa bersamamu di kehidupan ini, tetapi aku berharap bisa menjadi Mariam'uz Zamani untuk seorang Kaisar Akbar. Kau pernah mengigau dalam mimpimu, kau akan menjadikanku Mariam karena itu aku membaca literasi tentang mereka berdua dan memahami artinya. Sejak kecil walaupun aku telah memeluk suatu agama, tetapi aku tak pernah mempercayai Tuhan. Mungkin dengan kematian, aku akan memilih satu Tuhan yang sama denganmu.

Aku tak yakin kau bisa menangis saat aku tiada. Mungkin kisah kita hanyalah sebuah lelucon bagi setiap rencana sempurnamu, tetapi aku tetap ingin berterimakasih, kepada lelaki yang pernah berkata jika dia mencintaiku.

Ardan tak sanggup lagi membaca kalimat demi kalimat yang ditulis Isabelle.

"Bagaimana kau bisa yakin jika aku tidak akan menangis? Apakah kau pikir kata-kata cinta yang kubisikkan di telinga cantikmu itu hanya lelucon?"

Ardan membiarkan airmatanya mengalir perlahan di wajah, dia tidak akan menghapusnya, biarlah airmata itu bertakhta untuk waktu yang lama. Membuat jejak di wajahnya, membuktikan bahwa batu sekalipun akan tetap melunak oleh air hujan jika sang hujan terus menerus menghampirinya.

---

Lion menghembuskan napas perlahan dari bibirnya. Tatkala nama aslinya disebut dan disandingkan dengan nama wanita yang duduk di sampingnya kini. Sebuah acara pernikahan sederhana dan singkat diadakan King Rasyed di kediaman pribadinya. Semula, wanita di sampingnya ini hendak ditunangkan dengan seorang pangeran dari Saudi tetapi entah bagaimana Shamma Mahra meyakinkan ayahnya untuk menyetujui pernikahannya dengan Lion. Tentu ayahandanya tak bisa mengabaikan permintaan King Rasyed dan segera memerintahkan Lion untuk bertolak ke Dubai. Setelah pernikahan berlangsung secara sederhana, kedua mempelai diberikan kesempatan untuk 'saling mengenal' lebih dalam dengan ditempatkan di sebuah istana terpisah.

"Pernikahan ini akan dirahasiakan untuk sementara waktu, karena itu kami tidak menghadirinya secara langsung," kata ayahandanya. Kemudian mengabarkan jika pengumuman resmi telah dikeluarkan maka kedua kerajaan akan mengadakan pesta penyambutan.

"Kupikir tidak perlu ada acara semacam itu, karena Gyalsey pun tidak menyelenggarakan acara mewah saat menikah. Kami telah sepakat untuk itu. hanya pengumuman resmi yang keluar untuk diberikan kepada rakyat dan itu sudah cukup," kata Lion. "Kami akan meneruskan tradisi itu, ayahanda."

Setelah menutup telpon dari ayahandanya, Lion dikawal menuju ke sebuah kamar dimana sang istri telah menunggunya. Bukan sebuah kamar pengantin karena bilik yang sangat indah dan dihias mozaik keramik dengan warna menakjubkan itu tidak memiliki ranjang, memang hanya benar-benar sebuah ruangan kosong bahkan tanpa alas tikar. Tapi tempat itu tidak dingin juga tidak panas, sejuknya begitu pas karena terdapat sebuah hijab rumit dari tanah liat yang membuat udara luar dengan leluasa masuk, sementara atap yang begitu tinggi membuat angin menerobos masuk dan membuat bilik tersebut memiliki suhu ruangan yang menenangkan.

"Untuk apa mereka mengurung kita di sini? Apakah karena pernikahan kita merupakan suatu kesalahan?" Lion menatap Shamma yang telah berganti pakaian, mengenakan kerudung peach. Gaun yang dikenakannya berbeda dengan gaun pengantin yang cukup tebal tadi, gaun yang dipakainya sekarang begitu lembut dan menawan sehingga Lion terpaksa memalingkan wajah begitu menyadari jika gaun itu benar-benar memperlihatkan keindahan Shamma yang sesungguhnya. Punggung indahnya terlihat karena bahan rajutan lembut dengan pola rumit tetap terlihat menerawang walau dari jarak ini.

"Ayahku memang melihat kasus kita sebagai suatu kesalahan, tapi dia tak punya pilihan lain. Aku hanya menginginkanmu dan dia tahu konsekuensi jika dia menolak permintaanku."

"Aku masih belum memahami bagaimana putri dari suatu kerajaan yang dianggap sangat makmur di dunia memilih seorang lelaki dari tempat terpencil untuk pasangan hidup? Apa yang akan kau mainkan denganku, putri?"

Shamma menatap Lion, "Pangeran, aku tidak percaya kau belum membaca kisah masa laluku, puluhan tahun silam itu menjadi kasus yang menghebohkan dunia. Waktu itu aku baru berumur tujuh tahun..."

Lion mengangguk. "Ya, aku tahu. Ibumu melarikan diri dari ayahmu dengan membawa dirimu dan kakakmu untuk bersembunyi di Inggris."

"Begitulah. Harta yang berlimpah, kedudukan terhormat sebagai ratu, kekuasaan, kekayaan dan kecantikan tidak membuat ibuku bahagia. Aku dan kakakku bertahun-tahun hidup bersembunyi dari ayahku sendiri walau aku juga memahami ayahku sangat menyayangiku. Tapi perlakuannya kepada ibu sangat mengguncang kami. Seperti itulah rata-rata bangsawan dan para pangeran negeri ini memperlakukan istri dan selirnya. Ibuku sampai memohon perlindungan khusus kepada Ratu Inggris waktu itu, karena memang nyawanya terancam. Ayahku tidak pernah bermain-main dengan wanitanya yang 'tidak patuh' walau ibu seorang permaisuri sekalipun. Karena itulah, aku mencoba peruntunganku, Tuhan telah memberiku jalan dengan menuntun seorang Yusuf ke kamarku, kau mungkin merasa aku memanfaatkanmu. Hanya saja, aku tidak sanggup menjalani kehidupan seperti ibuku di masa lalu jika menikah dengan Pangeran Ali. Satu hal lagi, perbandingan yang negaramu pakai bukanlah GDP yang selama ini jadi standar pembangunan ekonomi global. Kalian memiliki standar sendiri yang dinamakan Gross National Happiness - GNH - yang isinya fokus pada perhitungan peningkatan kebahagian dan kesejahteraan warga negara yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan lingkungan. Yang aku kejar adalah kebahagiaan, bukan harta."

Mendengar penuturan Shamma, Lion tersenyum kecil. "Ini akan sulit, Putri. Kau terbiasa hidup dalam kemewahan, aku tidak bisa menjamin kau betah di sisiku dengan segala keterbatasanku. Alih-alih dapur modern, apa kau bisa memasak memakai kotoran sapi yang dikeringkan atau kayu? Kupikir itu akan merusak selera makanmu."

Shamma tiba-tiba mendekatkan tubuhnya, juga wajahnya, mengamati Lion lebih dekat. Jemari gadis itu tetiba menelusuri garis pipi Lion dan mendesah takjub. "Rumor yang kudengar ternyata benar, kau memiliki kulit yang begitu indah bahkan mengalahkan para gadis. Kau nyaris tak pernah memakan sesuatu yang dimasak, bukan? Jadi buat apa aku memasak? Kau seorang vegetarian yang menyukai raw food seperti para penghuni kuil Budha. Kudengar dulu kau adalah seorang biksu?"

Lion menepis tangan Shamma, sentuhan gadis itu sangat mengganggunya.

"Aku juga sesekali memasak. Walau aku tidak memakan daging, itu kebiasaan sejak kecil. Aku tidak makan makanan berminyak, banyak makan buah dan minum teh hijau. Memasak pun hanya menggunakan sedikit sekali garam, itupun khusus dari Himalaya. Bukankah menu di Dubai lebih banyak berbahan daging? Aku ragu kita bisa saling beradaptasi. Kau membuat keputusan yang salah, Putri. Dari ujung kepala hingga ujung kaki kau adalah produk kapitalisme. Aku tidak yakin dengan kata 'penderitaan' saat kau mengungsi di Inggris. Flat mewah dan kehidupan putri raja tetap kau jalani, walau kau jauh dari ayahmu dan kerajaannya. Kau bodoh jika menganggap kebahagiaan adalah dengan memilihku alih-alih Ali, dia bisa memberimu segalanya."

Mendengar kata-kata suaminya, Shamma tertawa kecil. "Kau bahkan tidak tahu berapa kali aku ingin terjun dari Burj Khalifa tanpa parasut. Terlebih saat mendengar Ali meminangku, aku tahu dia sangat dimanja oleh orangtuanya. Belum menikahpun dia memiliki banyak sekali wanita dan harem rahasia. Aku tidak bisa hidup dengan lelaki seperti itu..." ditatapnya Lion. "Sementara kau, kau hanya akan menjadi milikku seorang, dan kau jauh...jauh lebih menarik darinya. Aku yakin kau belum pernah bercinta sebelumnya, bahkan mungkin belum pernah mencium seorang gadispun... "

Lion mengerang kesal. "...tapi aku pernah memberikan CPR pada pasienku, lelaki pula..." sangat menyebalkan jika mengingat bibir Ardanlah yang pertama kali menyentuh bibirnya. Setiap kali mengingat itu, dirinya merasa mual.

"Kau sangat polos dan lucu, tidak seperti wajahmu yang sedingin puncak Himalaya," Shamma tertawa. "Bagaimana rasanya berciuman?"

"Apa kau belum pernah berciuman?" Lion memutar bola mata. "Kau memiliki banyak mainan, bukan? Kudengar para putri sering berpesta di tempat-tempat rahasia."

"Bagaimana bisa? Ayahku mengawasiku dengan ketat. Membeli novel roman saja harus sembunyi-sembunyi membujuk kawan karibku yang berada di Amerika, jika ketahuan ayahku bisa memenggalku! Lelaki-lelaki dengan tubuh sempurna hanya ada di angan-angan. Menjadi tuan putri tidaklah mudah, kau tahu? Banyak aturan ketat yang harus kami lalui dan aku mendambakan kebebasan, usiaku nyaris seperempat abad tetapi aku bahkan belum pernah berjalan-jalan ke gunung sendirian..."

"Karena itukah kau memilih pria gunung ini?" Lion meraih ponsel di saku dan menunjukkan sebuah foto. "Ini rumahku, aku tidak yakin kau bisa sampai di sana tanpa mengeluh..."

Shamma beringsut mendekat hingga bau manis nan lembut kesturi dan gaharu membuatnya pening, juga wangi bunga khas padang pasir yang semerbaknya khas. Sultan Al Oud yang legendaris, hanya karena kilasan aromanya saja, bisa membuat angan beranjak kemana-mana.

"Aku mau kesana, ayolah, besok juga bisa, kau boleh memakai pesawatku."

"Kenapa tidak sekalian saja kau menggunakan helikopter pribadimu dan sampai di halaman depan rumahku? Bukankah kau merindukan untuk berjalan kaki?" Lion mengeluh, sepertinya dia harus dibebani oleh nona manja ini seumur hidupnya. "Aku bahkan tak berharap kau bisa memasak..."

"Aku bisa, tapi tentu masakan berbumbu tajam..." Shamma menatap ke sekelilingnya. "Kita dikurung di tempat ini selama beberapa jam hingga menjelang petang, konon tempat ini juga dipakai saat pasangan suami istri kerajaan bertengkar supaya mereka saling instropeksi diri. Kau tahu kenapa ruangan ini kosong? Karena seperti inilah suasana ruang makam."

Lion melihat langit-langit dan bergumam takjub. "Ruang makam yang begitu mewah seperti Taj Mahal. Bahkan setiap inci dibuat begitu detail, arsitek kalian memang mengagumkan. sementara rumahku berupa tembok batu gunung biasa. Oh, ayolah, hentikan permainanmu, Putri, kau bisa membatalkan pernikahan aneh ini dan kita bisa kembali ke dunia kita masing-masing."

"Tapi kau pernah melihat tubuhku, aku tidak bisa memberikan tubuh yang telah ternoda kepada pria lain, kau harus bertanggung jawab, bukan?"

"Kau boleh melihat tubuhku jika kau ingin merasa impas," gerutu Lion kesal. Ini seperti kisah yang dipaksakan dan seharusnya tidaklah terjadi.

"Oh, baiklah, kau boleh membuka bajumu!" tantang Shamma. "Dengan kulit seputih bayi, kau tidak akan bisa mengalahkan pesona para pria padang pasir..."

"Nah, itu...bukankah kau pernah melihat pria-pria telanjang sebelumnya, kenapa kau tidak menikahi mereka saja?" Lion dengan enggan melepas kancing kemejanya dan melemparnya ke lantai, kebetulan suasana mulai gerah karena hari beranjak siang.

Berbaring setengah telanjang di lantai marmer yang dingin sepertinya menyenangkan. Untuk membunuh waktu dan membunuh pikiran, dibaringkannya tubuh di lantai sembari memejamkan mata, disetelnya sebuah lagu dari ponselnya, sebuah lagu lawas yang menceritakan tentang malam yang tenang.

Di atas bantalku

Yang tak lagi mampu membuatku lelah

Membagikan kebenaran rapuhku

Bahwa ku masih berharap pintu terbuka

Jendela terbuka sekali denganmu, dan aku

Sekarang selamanya aku jatuh

Ku ingin tahu apakah kau menginginkanku sekarang

Bagaimana aku bisa tahu

Suatu hari ku akan terbangun dengan perasaan lebih

Tapi ku sudah mencapai pantai

menebak-nebak kapal kita di malam hari

Malam hari...

Kita adalah kapal di malam hari

Malam hari...

Aku bertanya-tanya apakah kau sahabatku

Terasa bagai sungai yang mengalir deras di pikiranku

Ku ingin tanya apakah ini semua hanya bayang pikirku

Jantungku berdebar malam ini, aku ingin tahu apakah kau

Terlalu bagus untuk menjadi kenyataan

Dan apakah akan baik-baik saja jika aku

Menarikmu lebih dekat

Jemari Shamma meraba permukaan berotot dada Lion, kenapa ada bekas-bekas luka? Wajah sempurna lelaki itu menyembunyikan semuanya. Ternyata dalam diri Lion tidak seindah yang terlihat. Lelaki itu indah, tetapi juga sarat kesedihan.

"Tubuhmu bagus," gumam Shamma. "Lebih dari bayanganku terhadap tubuh seorang pria dari novel-novel roman yang kubaca..." tanpa canggung gadis itu meletakkan kepalanya di dada Lion dan menjadikannya bantal.

"Lagu itu membuatku mengantuk, kurasa sebaiknya kita tidur..." gumam gadis itu, tanpa menyadari efek kata-katanya.

"...yah, sebaiknya kita tidur, kenapa rambutmu terasa begitu lembut bagai sutra kualitas terbaik..."

Tanpa sadar Lion menyentuh rambut gadis itu dan jemarinya terbelit dengan mudah. Waktunya hanya tiga hari untuk menghentikan kegilaan Shamma. Tapi sekarang dia tak yakin jika bercerai adalah keputusan terbaik...

---
*intermezzo

Siapa yang belum baca Eternal Love?
Hmm manisnya Dhany dan Asya dibalik kerumitan Cattacomb akan menyapa kalian lagi lho...

Juga manisnya Aryan sang pemegang Unnamed Shadow Throne pertama. Buruan pesan yukkk...pengiriman akan dilakukan setelah lebaran...walau kita #dirumahaja bacaan harus tetap berkualitas dong!!
Cek IG Grass Media, banyak diskon menarik, banyak Giveaway juga lohh
Dan, inilah cuplikan #ColdHearted yang akan segera pembaca peluk...yang sudah PO akan dikirim segera setelah lebaran...

.....saat kau telah diberi kepercayaan untuk menggenggam cinta...

...sesulit apapun, jangan pernah lepaskan, genggam erat walau terkadang terasa panas bagai bara, atau membekukan hati bagai puncak Himalaya....

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 548 30
NOVEL TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA Native Title : Loving You Is The Best Thing/ 爱你, 是我做过最好的事 Author: Sheng Li/ 笙离 Bab : 28 bab - Maret 2024 - Ada...
2K 97 30
•❗️• 𝐓𝐄𝐑𝐉𝐄𝐌𝐀𝐇𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐇𝐀𝐒𝐀 𝐈𝐍𝐃𝐎𝐍𝐄𝐒𝐈𝐀 •❗️• [Di adaptasi dalam drama] ~ [ Zhang Lihe × Xu Ruohan] Chinese title : 爱你, 是我做过最好的事 [Ai...
11.6K 2.3K 12
Sudah Tamat, silahkan baca di Karyakarsa : sitinuratika07 Lucius Narendra, seorang pria mapan berumur 29 tahun. Punya julukan jomblo kualitas tinggi...
9.3K 2.9K 46
VERSI LENGKAP SUDAH TERSEDIA DI KARYAKARSA Nathaniel dikutuk menjadi manusia dan diusir dari Eyden, tempat tinggal para malaikat, karena kesalahan fa...