NETTA [END]

By inna_adr

251K 16.9K 1.7K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apa yang ada di benak kalian apabila mendengar atau melihat seorang gadis yang selal... More

02. Kecewa
03. Telepati Rasa
04. Makasih, Lang!
05. Aku Takut, Lang.
06. Cemburu
07. Garis Kehidupan
08. Sesak dan Sesal
09. Malaikat Penolong
10. Titik Nadir
11. Titik Nadir (2)
12. Jadian?
13. Ujian
14. Sahabat atau Pacar Posesif?
15. Netta dan Traumanya
16. Rena dan Lintang
17. Si Cowok Emosional
18. Kamu Hanya Milikku!
19. Hot News
20. Si Brengsek, Kesayangan Netta!
21. Di Bawah Pohon Flamboyan
22. Pray For Netta
23. Isi Hati Reandra
24. Labirin Ciptaan Amel
25. Jam Tangan Reandra
26. Kesalahan Yang Sama
27. Sampah Daur Ulang
28. Paket Misterius
29. Mati Untuk Tenang
30. Perjuangan Gilang
31. Mental Illness
32. Psychiatric Hospital
33. Surat Panggilan
34. Amel dan Lelaki Misterius
35. Netta Gila?
36. Harus Pisah!
37. Minta Maaf
38. Pisah
39. Datang Menemui Netta
40. Gilang dan Jessica
41. Putus Sekolah?
42. Akhir Perjuangan Netta
Sweet Regard
INFO [New Story]
Announcement
Vote Cover
PO NOVEL

01. Luka Masa Lalu

37.3K 1.4K 70
By inna_adr

"Tercekam masa lalu memang sulit, tapi jangan pernah menyalahkan masa lalu. Ia juga ingin dikenang, bukan dilupakan."

***

Namanya Nesta Quenna Ramanita, panggil aja Netta. Gadis periang yang hanya mempunyai satu tujuan hidup, dia ingin bahagia.

Gadis itu menatap layar ponselnya yang tengah berdering, di sana terlihat jelas nama Gilang sedang menelepon. Lantas, dengan cepat dia menekan tombol berwarna hijau.

"Halo!"

Suara serak di seberang telepon membuat hati Netta menyeruak, seperti sedang berada di depan perapian. Dadanya menghangat seketika.

"Iya, ada apa, Lang?" tanya gadis itu kemudian.

"Lo sibuk nggak?"

Alis Netta mengernyit, "Eum, enggak. Kenapa emangnya?"

"Yaudah, sekarang lo siap-siap. Bentar lagi gue ke sana jemput lo."

"Lah, emangnya kita mau ke—"

Tuttut–tut ....

Gadis itu berdecak sebal. Pertanyaannya belum selesai. Namun, cowok itu sudah terlebih dahulu memutuskan sambungan teleponnya.

Netta segera meletakkan ponselnya di atas nakas lalu meraih handuk dan berlari menuju kamar mandi.

Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual mandinya selama beberapa menit. Kemudian ia mengobrak-abrik seisi lemari yang penuh dengan pakaian. Hampir semua baju dia keluarkan, melemparnya ke sembarang tempat.

Ceklek!

Seorang wanita paruh baya bernama Andini masuk ke kamar Netta. Ia menggeleng setelah mendapati putri semata wayangnya mengobrak-abrik lemari pakaiannya. Bahkan gadis itu tidak menyadari kedatangannya.

"Ya ampun, Netta!" Andini memungut beberapa lembar baju yang tadi putrinya lempar ke arah pintu.

"Ibu," rengek Netta, setelah pakaian dalam lemarinya habis ia keluarkan. Ia berjalan mendekati ibunya yang sudah duduk di tepi ranjang.

"Ada apa, sayang?" Andini meraih tubuh putrinya yang masih terlilit handuk berwarna putih ke dalam dekapannya.

"Gilang ngajak aku keluar, Bu." Gadis itu bergelayut manja dalam dekapan sang ibunda.

"Loh, terus kenapa sedih gitu?" Andini mengusap kepala anak gadisnya itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Andini meregangkan pelukannya, "Dan ini kenapa isi lemari berantakan begini?" ucapnya sembari menatap lekat putrinya.

"Netta nggak ada baju, Bu." Netta merengek seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan baru.

Ibunya tersenyum geli melihat tingkah putrinya itu, ia masih sangat mirip Netta kecil yang manja.

Iya, Netta memang sangat manja. Dari kecil hingga sekarang, meski ia sudah beranjak dewasa.

Ayahnya meninggal saat Netta masih berumur 6 tahun, ia masih begitu kecil untuk kehilangan sosok ayahnya. Ia belum siap akan hal itu, ia masih sangat butuh sosok pelindung, seperti ayahnya. Namun, tak ada yang bisa menyalahkan Tuhan, ini semua sudah digariskan oleh-Nya. Ini sudah menjadi takdir, sudah seharusnya ia menerima dan mengikhlaskan.

Pahit! Namun harus ia telan.

Netta adalah satu-satunya yang menjadi alasan Andini tetap melanjutkan hidup, meski tanpa didampingi oleh suami yang sudah pergi duluan menghadap sang khalik. Karena itu, Netta hidup dan tumbuh menjadi gadis yang sangat manja, ia dibesarkan dengan limpahan kasih sayang dari ibunya.

Namun, ini hanya ia lakukan pada ibunya. Ia hanya manja pada ibunya. Saat di luar rumah, sikap dan sifatnya akan sangat berbanding terbalik. Ia tidak ingin menyusahkan dengan bergantung kepada orang lain hanya karena ia manja. Menurutnya, itu akan sangat memalukan.

"Ibu nggak salah denger? Terus ini semua namanya apa kalo bukan baju, Sayang?" ujar ibunya sembari menunjuk beberapa baju yang Netta lempar tadi.

Mungkin bukan hanya Netta, saat kalian diajak hang out oleh teman kalian, entah itu hanya sekedar jalan-jalan, shopping, atau makan. Pastinya kamu mengatakan hal yang sama, kan? 'Aku nggak ada baju' padahal dalam lemari seabrek.

Itulah perempuan!

"Tapi, Bu—"

"Udah, ah. Sekarang kamu pake baju, nanti keburu Gilang datang. Nggak enak, kan, kalo dia nunggu lama," ucap Andini lalu berdiri.

"Iya deh, Bu." Netta berdiri lalu meraih sebuah dress di atas ranjangnya.

"Yaudah, ibu mau ke dapur dulu," ujar ibunya ingin pergi namun tertahan. "Kalo mau jalan sama cowok, anak ibu harus dandan yang cantik," sambungnya lalu pergi dan menghilang dari balik pintu.

"Bu, Gilang cuman temennya Netta!" teriak gadis itu, karena ibunya sudah menghilang dari kamarnya.

Tapi nggak papa deh, terima saran ibu.

Netta tersenyum tipis.

****

Netta keluar dari kamar dengan mengenakan dress selutut berwarna peach, rambut panjangnya ia biarkan terurai begitu saja.

Gilang yang sudah duduk di ruang tamu menatap Netta dari ujung kaki hingga kepala. Cowok itu terkesima.

"Kamu cantik!"

Loh? Nggak salah? Gilang bilang 'kamu' bukan 'lo'.

Ah, mungkin lidahnya sedang bermasalah akibat salah makan. Atau bibirnya lagi sariawan? Sudahlah!


Lupakan! Ini hanya masalah sepele.

Gadis itu tersenyum. Meski hanya dua kata, tapi mampu membuat wajah Netta memerah, seperti buah tomat yang baru saja dipetik dari pohonnya.


"Ibu mana? Sekalian kita pamit," tanya Gilang lalu berdiri.

"Bu!" teriak Netta.

"Eh, kalian udah mau pergi ya?" tanya Andini setelah di ruang tamu.

"Iya, Bu. Kami pamit, ya." Gilang lalu mencium punggung tangan Andini, kemudian disusul Netta.

"Bu, Netta pergi dulu!" Netta mencium pipi kanan dan pipi kiri ibunya secara bergantian.

"Kalian hati-hati!" ucap Andini yang sudah berdiri di ambang pintu. "Gilang, jaga Netta."

"Siap, Bu!" Gilang hormat aye-aye kapten.

***

"Lo ngapain ngajak gue kesini?" ucap seorang gadis bertubuh mungil dan berambut panjang. Dia duduk di kursi salah satu tempat makan favorit di Jakarta, Cleo Cafe & Resto.

Gadis itu Netta.

Gilang membawanya ke sana. Apa Gilang tidak salah? Ia membawa gadis itu ke tempat yang romantis seperti ini.

Tempat bernuansa putih dengan lampu serta bunga yang sangat indah. Sepertinya sudah didekorasi sedemikian rupa.

Netta pikir, di sini sudah ada teman-temannya yang lain. Ternyata tidak, mereka tidak di sini. Hanya dirinya, dan Gilang. Hanya berdua.

"A–aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

Sepertinya dugaan Netta tidak salah. Mulut cowok ini benar-benar sedang bermasalah, sejak kapan ia berbicara menggunakan 'aku-kamu'?
Aneh! Super aneh.

"Hm, emang lo mau ngomong apa?" Gadis itu menautkan kedua alisnya menatap serius cowok yang kini duduk di hadapannya. "Dan kenapa harus di sini? Di mana aja, kan, boleh." Netta menatap Gilang dengan tatapan bingung.

"Nett, kita kenal udah lama, kan?" Gilang menatap mata gadis itu dalam. Tatapannya terkunci di sana, ia enggan menatap yang lain. Sorot mata Netta membuatnya tersihir, sepertinya ia terhipnotis oleh gadis itu.

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Gilang, gadis itu memberi anggukan, tanda mengiyakan.

"Aku bukan tipe cowok romantis, Netta. Yang bisa merangkai puisi dengan kata-kata indah bait demi bait." Gilang meraih kedua tangan Netta.

Gadis itu terkesiap. Ia bingung. Bingung dengan penyakit aneh yang tiba-tiba menyerang cowok di hadapannya.

"Aku, Gilang. Si cowok pecundang, yang selama ini diam-diam menaruh hatinya kepada sahabat gadisnya ini."

Seketika dada gadis itu bergemuruh hebat, darahnya berdesir hangat hingga membuatnya merinding. Ia menelan saliva dengan susah payah. Tenggorokannya seperti sedang tercekat sesuatu. Tangannya tiba-tiba dingin namun wajahnya memanas. Perasaannya campur aduk. Ia tidak mengerti dengan hatinya sendiri.

Gilang merasakan tangan Netta yang berubah jadi dingin, ia meremas jemari lentik gadis itu lalu menutupnya dengan kedua tangannya. Ia menyalurkan kehangatan di sana.

"Aku sayang ... sama kamu, Nesta Quenna Ramanita!"

Kalimat yang Gilang lontarkan membuat gadis itu membeku di tempat. Tatapannya kosong. Bukan hanya tatapan, pikirannya juga kosong.

Ah, sial! Otaknya sedang tidak bekerja dengan baik. Ia bingung harus menjawab apa. Mulutnya bungkam.

"Netta, apa kamu bersedia ...," ucap Gilang menggantung. "Menjadi kekasihku?" Gilang menatap gadis itu lekat, ia seperti mencari jawaban di sana.

"Netta!" Gilang mengeratkan genggaman tangannya membuat Netta tersentak.

"A–aku" Netta seperti gadis linglung. "A–aku, ma–maaf, Lang!" Netta menepis tangan cowok itu lalu berdiri. Sepertinya gaya bahasa Gilang tertular kepada gadis itu.

"A–aku nggak bisa. Maaf," lirih gadis Netta. Netta ingin pergi, namun Gilang segera bangkit dan menahan lengannya.

Meski Gilang kini berdiri di sampingnya, namun ia masih enggan melihat wajah cowok itu. Netta tahu, Gilang kecewa! Tapi ia harus bagaimana?

"Kenapa, Netta? Apa kamu tidak punya perasaan sayang sedikitpun ke aku? Apa kamu nggak mau ngasih kesempatan buat aku. Berikan aku sedikit ruang, biarkan aku mengobati luka lama itu. Aku akan berusaha, Netta!"

Gadis itu tetap diam, bahkan enggan menoleh ke arah Gilang.

"Netta! Jawab aku!" Gilang meraih tubuh Netta agar segera menghadapnya.

Sial!

Gilang mengusap wajahnya dengan kasar setelah mendengar isakan keluar dari mulut gadis itu. Dia membuat Netta menangis.

Kepala Gilang terasa begitu panas, dadanya perih seperti ada benda tajam yang menghujamnya berkali-kali. Badannya tiba-tiba terasa lemas.

Kenapa bisa dia membuat gadis itu menitikkan air mata. Gilang benci hal itu. Dia benci jika gadis itu menangis. Terlebih lagi ini karena kesalahannya. Netta menangis karenanya.

Apa ia telah menyakitinya?

Berengsek!

Ia merutuki dirinya sendiri. Dengan cepat ia meraih gadis itu dalam pelukannya, membiarkan gadis itu meluapkan segala kesedihannya di sana. Membiarkan gadis itu mendengarkan detak jantungnya.

Gilang mengusap lembut kepala Netta. "Maaf," lirih cowok itu. "Tidak seharusnya aku mengatakan hal itu."

Ucapan itu membuat Netta mengeratkan pelukannya.

"Lang," lirih gadis itu. "Aku minta maaf, kamu pasti mengerti."

Cowok itu melepaskan dekapannya, lalu menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya. Ia menatapnya lekat. Matanya sembab, bahkan terlihat masih ada genangan air yang siap jatuh.

"Aku terlalu takut, Lang. A–aku, aku nggak mau kehilangan kamu." Air matanya kembali luruh.

"Berhenti menangis, Netta!" Gilang mengusap air mata gadis itu dengan ibu jarinya meski detik berikutnya cairan bening itu kembali jatuh.

Gilang kembali mendekap gadis itu. Memberinya kehangatan di sana. Hatinya sakit karena Netta kembali menolak cintanya. Namun hatinya akan lebih sakit jika gadis itu bersedih, terlebih lagi menangis.

Aku takut, Lang. Aku terlalu takut. Bahkan aku trauma. Aku masih terikat oleh luka di masa lalu, tanpa tahu cara melepasnya.

Aku nggak mau kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kedua kalinya. Biarkan tetap seperti ini, kita saling menyayangi, saling menjaga sebagai seorang sahabat.

Aku tidak ingin, jika suatu saat kamu bersamaku dan orang lain datang merebutmu juga.

Sakit ... Teramat sakit ....

Aku yakin, kapan saja kekasihku bisa meninggalkanku, tapi tidak dengan sahabatku.

Aku menolakmu bukan karena aku tidak mencintaimu, justru karena itu, cinta dan harapanku terlalu besar. Ketakutan terbesarku adalah kehilanganmu ... Gilang Mahawira Natha Gardapati.

_________________

To be continued!

Continue Reading

You'll Also Like

789K 29.1K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ZAVARA [end] By WWW

Teen Fiction

13K 2.4K 49
[MAKIN LAMA SEMAKIN SERU] ✿Antara Sahabat Dan Cinta Zavara✿ Cerita ini bercerita tentang persahabatan dan Cinta Zavara. Arabbela Zavara Alverenna bia...
RHEA 2 By Dn

Teen Fiction

5.1K 408 7
[Bisa dibaca terpisah, akan lebih baik baca 'RHEA' versi lama.] Kisah lembaran baru Rhea dan Kenzo terlukis disini lagi. Kisah yang entah kapan dimul...
ARALVI By fijell

Teen Fiction

208 82 28
Aruna Nayyara Margatha gadis itu dijodohkan dengan Marvel Adinata Bagaskara namun hubungan mereka tidak bertahan lama. Hingga suatu hari, Aruna bert...