GIZLI

Yyuni19 tarafından

34.3K 2.6K 488

FOLLOW AUTHOR DULU, JIKA BERKENAN😉 [BELUM REVISI ] ✅ Ini kisah antara aku dan dia yang berubah menjadi kita... Daha Fazla

INFO PENTING!
PROLOG
Gizli | 01
Gizli | 02
Gizli | 03
Gizli | 04
Gizli | 05
Gizli | 06
Gizli | 07
Gizli | 08
Gizli | 09
Gizli |10
Gizli | 11
Gizli | 12
Gizli | 13
Gizli | 14
Gizli | 15
Gizli | 16
Gizli | 17
Gizli | 18
Gizli | 19
Gizli | 20
Gizli | 21
Gizli | 22
Gizli | 23
Gizli | 24
Gizli | 25
Gizli | 26
Gizli | 27
Gizli | 29
Gizli | 30
Gizli | 31
Gizli | 32
Gizli | 33

Gizli | 28

427 28 0
Yyuni19 tarafından

Note : Siap-siap ya guys! Kasih satu kata setelah membaca part ini!

- - -

Alta ingin mengutarakan sesuatu pada seseorang. Ya, pada dasarnya bukan cinta seperti pada umumnya.

Rasa yang dirasakan Alta, hanyalah rasa ketertarikan belaka. Dirinya dibuat nyaman, bahagia bahkan cemburu di waktu yang tidak terduga.

"Ngapain sih Ta ke toko beginian?" tanya Azka tidak suka. Alta hanya melirik temannya itu lalu kembali memilah barang yang ingin dibelinya.

Gibran menjelajahi tempat yang kini ia, Alta dan Azka kunjungi. Tempat pakaian anak dan wanita.

Disana tak hanya menyediakan pakaian, pernak-pernik lain pun juga tersedia. Begitulah yang dilihat Alta.

Sedari tadi, pelayan temapt itu selalu mencuri pandang pada Alta dan Azka. Namun Gibran dihiraukan.

"Aih, Nona, Beta mo tanya. Se ada mata kalau lihat itu wajah Alta bagaimana?" tanya Gibran pada salah satu pelayan toko.

"Walah mas e guanteng banget oo, kok yo kayak Zayen Malik hihihi." Perempuan itu terkiki geli.

Gibran menatap wanita itu jijik. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Azka sudah bosan sedari tadi. Ia memilih menjelajahi toko tersebut daripada berdiam diri.

Lalu ia menemukan sesuatu yang membuat dirinya ingin sekali tertawa.

"Woy Gibran! Sini deh," ujar Azka. Gibran berjalan malas ke arah Azka. Setelah sampai disana, Azka mengangkat salah satu pakaian disana.

Mata Gibran membulat. "Dosa oto!"Gibran mengambil paksa barang itu dan ia buang sembarang arah.

(Dosa oto = dosa goblok.)

"Gibran! Gue udah bilang berapa kali, jangan ngomong pake bahasa daerah lo! Gue gak ngerti coy, nanti gue bales pake bahasa daerah gue, nyahok lo!" Azka kesal sekali pada Gibran.

"Beta sudah belajar toh, beta hidup di Ambon itu sudah lima belas tahun Ka, tidak bisa hilang begitu saja. Se tak punya itu otak kah?" Gibran geram sendiri.

"Lo—"

"Masnya mau beli ini ya? Buat pacarnya? Yang ukuran berapa?" tanya pelayan di toko itu dengan mengangkat pakaian yang tadi sudah dibuang Gibran.

Mereka berdua menahan malu. "Eh enggak Mbak, permisi." Azka menarik Gibran pergi menjauh dari sana.

"Ada-ada aja." Pelayan itu menggelengkan kepala dan melihat pakaian itu kembali.

Ia mencoba mengukur pakaian itu ke dadanya. "Lah ini mah gede banget."

Alta masih mencari apa yang menurutnya cocok. Matanya menemukan sesuatu yang menurutkannya unik.

Sebuah music box yang berukuran kecil nan lucu. Alta tersenyum lebar, ia sangat senang menemukan hadiah itu.

"Pasti dia bakal suka."

***

Zeta tengah sibuk menulis catatan yang kemarin belum sempat ia tulis. Kata orang, yang mendesak akan kalah telak pada yang tekun.

Pasti ada di antara kalian yang seperti itu. Zeta bahkan mengabaikan jam istirahatnya meski dari pagi dirinya tidak sarapan apapun.

Kaysa dan Fio tiba-tiba mengagetkannya. "Woy!" Kaysa menggebrak meja Zeta. Alhasil tulisan Zeta menjadi tidak rapi.

Zeta memandang Kaysa sebal. "Duh tulisan gue jadi jelek kan?!"

"Tanpa Kaysa gebrak meja pun, tulisan lo udah jelek kali, Ta." Fio tertawa.

Zeta memutar bola matanya malas. Ia mencari-cari dimana tip-ex miliknya. Ternyata berada di bangku salah satu temannya yang berada di pojok depan.

Saat Zeta ingin mengambilnya, tiba-tiba ada tangan yang mengambilnya terlebih dahulu. Zeta melihat orang itu.

"Kak Dean, balikin gak?!"

"Enggak." Dean mengangkat tip-ex Zeta tinggi-tinggi. Zeta kesal sekali.

"Kak Dean nyebelin banget sih?!"

"Baru tau?" Dean tersenyum meremehkan. Ia maju satu langkah ke depan menghampiri Zeta.

"Cie Zeta....." Fio dan Kaysa kompak menggoda Zeta.

Zeta semakin dongkol karen olokan teman-temannya. Dean tersenyum tipis. "Ikut gue." Zeta tersentak kaget.

Ia terpaksa mengikuti kemana Dean pergi. Hanya untuk mengambil tip-ex nya kembali.

Walaupun cuma lima ribu, tapi kan sayang. Belinya pake duit lagi -batin Zeta.

Ia mengikuti Dean sampai menuju ruang kesenian yang biasa dipakai murid lain untuk melatih bakat seni mereka.

"Lo ngapain bawa gue kesini?" Dean tetap diam seribu bahasa. Tiba-tiba lampu yang berada di ruangan itu mati.

Benar-benar gelap. Jika sudah minim cahaya seperti itu, Nyali Zeta semakin menciut. Tangan yang tadi dirasa masih menggenggamnya erat kini entah kemana.

"Kak Dean? Jangan becanda dong Kak, gak lucu sumpah," ujar Zeta.

Hening. Tidak ada suara apapun disana. Tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh. Ada yang menggelinding di depan Zeta.

Zeta semakin memicingkan matanya. Benda itu berhenti tepat di depan sepatunya. Diambilnya benda yang tadi terjatuh.

"Kok keras-keras lembek gini sih...."

Tiba-tiba kaki kanannya ada yang memegang dari bawah.

"AAAAAA!" Zeta teriak ketakutan. Ditutupnya rapat-rapat matanya namun benda tadi tidak ia lepaskan.

Ceklek

Zeta perlahan membuka mata dan melihat ruangan yang tadinya gelap kini tiba-tiba terang.

Ia melirik benda yang tadi diambilnya. Matanya membulat.

"AAAAAA KEPALA! PERGI PERGI!" Zeta melempar kepala boneka tadi dan juga melihat ke bawah. Zeta menghempaskan sesuatu yang ada di kakinya.

Dimana yang ditemukannya ialah tangan tengkorak. Zeta menangis karena terkejut. Ia berjongkok sembari menangkupkan waja di lipatan tangan.

"Ta? Kenapa?" Dean datang dengan tampang kebingungan. Ia membawa satu set alat pel-pel an.

"Lo keterlaluan tau gak! Gue tau lo benci banget sama gue, tapi gak gini caranya... hiks...hiks...."

Dean semakin bingung. "Kenapa sih? Kok nangis? Salah gue apa?"

Zeta menggeleng, saat ia berdiri tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan hidungnya mengeluarkan darah.

"Hidung lo berdarah Ta!" Dean terkejut melihat darah yang mengalir dari dalam hidung Zeta.

Ia mengeluarkan tissue yang tadi ia beli. Zeta menepis tissue itu dan memilih menampar wajah Dean.

Plak...

"Salah gue apa anjing!"

"KEJUTANN!" Axel tiba-tiba datang. Dean menatap Axel datar.

"Lo." Axel tersenyum bingung.

"Ya? Gue? Gue Axel. Kenapa?"

"Ngotak."

"Hah? Apaan sih Yan, gak jelas lo." Axel mendorong bahu Dean pelan. Niatnya hanya ingin bergurau.

Zeta menatap Axel bingung. "Jadi Kakak yang nakut-nakutin gue? Bukan Kak Dean? " Axel mengangguk.

"Kakak juga yang matiin lampu?" Axel kembali mengangguk.

"Iyap, hebat kan gue," ujarnya sombong.

"Kakak keterluan!" Zeta menyenggol bahu Axel dan pergi dari sana. Dean menatap kepergian Zeta kemudian menatap Axel.

"Hidup bukan bahan becandaan goblok. Tolol banget lo." Dean mendorong bahu Axel dengan kedua tangannya seperti sedang menantang.

"Gue yakin, dia benci sama lo."

***

Jangan lupa voment ya!
Terima kasih sudah berkenan membaca Gizli❤️

Enjoy reading 🥺✨

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

567K 22K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
513K 55.8K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
304K 15K 32
Anna kaget saat dia membuka matanya, bukan nya berada disurga atau alam baka dan bertemu dengan ibu dan ayahnya yang telah meninggal, dia malah terba...
290K 17.3K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...