CAN'T STOP [COMPLETE]

By Melocactus

1.5M 160K 25.9K

Another story of "The Target" [Raiki-Elina] Elina memutuskan untuk menyerah atas cintanya pada Raiki. Dia ke... More

prolog
chapt 1
chapt 2
chapt 3
chapt 4
chapt 5
chapt 6
chapt 7
chapt 8
chapt 9
chapt 10
chapt 11
chapt 12
chapt 13
chapt 14
chapt 15
chapt 16
chapt 17
chapt 18
chapt 19
chapt 20
chapt 21
chapt 22
chapt 23
chapt 24
chapt 25
chapt 26
chapt 27
chapt 28
chapt 29
chapt 30
chapt 31
chapt 32
chapt 33
chapt 34
chapt 35
chapt 36
chapt 37
chapt 38
intermezzo
chapt 39
chapt 40
chapt 41
chap 42
chapt 43
chapt 44
chapt 45
chapt 46
chapt 47
chapt 48
chapt 49
chapt 50
chapt 51
chapt 52 [revisi]
chapt 53
chapt 54
chapt 55
chapt 56
chapt 57
chapt 58
chapt 59
chapt 60
chapt 61
chapt 62
chapt 63
chapt 64
Chapt 66
Chapt 67
Chapt 68
The Ending
cuap cuap

chapt 65

8.7K 1.2K 344
By Melocactus

"Dari dulu hingga sekarang, karma memang selalu menyakitkan."

*****

Ngaku yang sekarang langsung jerit lihat notif 😂😂

Apa yang tengah terjadi sekarang. Elina tampak kebingungan saat mendapati seorang pria yang kini tengah berdiri menatap ke arahnya. Seorang pria yang tidak asing untuknya.

Tapi, bukan dia yang ingin Elina cari. Melainkan pria pemilik rumah yang ia datangi.

"Dimana Raiki?"

"Di belakang bersama istriku." Balasnya cepat.

"Bisa tolong panggilkan dia. Ada hal yang ingin aku katakan padanya,"

"Bukankah kau sudah mengatakan segalanya tadi? Masih kurang?"

Ah, Elina paham apa yang Dominick maksud. Ternyata pria itu juga ada di caffe tadi.

"Itu bukan urusanmu, Dom." Elina menatap tajam Dominick.

"Menjadi urusanku jika menyangkut dia."

Elina menghela nafasnya berat. "Jangan ikut campur, ini masalah kami berdua. Kau tidak perlu bereaksi seperti itu. Ingat bahwa sekarang kau sudah memiliki seorang istri dan 3 anak. Sadar akan posisimu, Dom."

Kali ini Dominick yang menghela nafas berat, dia menolehkan kepalanya ke arah kiri. Mencoba untuk meredam amarahnya yang sejak tadi belum benar-benar hilang.


"Sebagai sahabatnya jelas aku akan ikut campur. Kamu tidak perlu mengingatkanku, karena aku sangat sadar akan posisiku sekarang. Dia patut untuk bahagia, apapun tujuanmu kemari pasti itu hal buruk. Tidakkah kamu kasihan padanya?"

"Kau sendiri, tidak kasihan padaku?" Sergah Elina bertanya balik kepada Dominick. "Kau sangat tahu benar bagaimana perlakuannya padaku selama ini. Dan kau masih menayanyakan apa aku kasihan atau tidak. Sangat keterlaluan. Jelas-jelas selama ini kau diam saja, bahkan kau membantunya untuk menyingkirkanku. Kau tidak ingat?! Perlu aku ingatkan lagi apa saja yang sudah kalian lakukan padaku?!!" Teriak Elina keras.

Dia sudah tak mampu lagi menahan kemarahan yang sejak tadi sudah dia tahan. Elina tidak ingin marah, hanya saja perkataan Dominick sedikit menyingungnya.

"Sebelum kesabaranku hilang, aku akan pergi dari sini. Dan.. " Elina meraih sesuatu dari dalam tas hijau miliknya. "Tolong berikan pada Raiki"

Elina memberikan sebuah benda berbentuk persegi panjang dengan pita di tengahnya. Benda itu berjumlah lima buah. Dengan nama yang tertera di masing-masingnya.

"Untukmu dan lainnya juga. Jangan lupa untuk memberikan ini  pada Raiki." Tanpa menunggu balasan Dominick, Elina berbalik arah untuk pergi dari sana.

"Kau yakin akan keputusanmu? Kau tidak akan menyesalinya nanti?" Ucap Dominick sedikit keras.

"Aku sudah lama tidak mengerti kata-kata itu. Karena Raiki sudah membuatku melupakannya."

Dominick menyenderkan pungungnya ke arah pintu. Matanya terus terarah ke Elina yang kini berjalan pergi tanpa menoleh sedikitpun. Dia masuk kedalam sebuah mobil sport berwarna navy. Sebuah mobil yang tidak pernah Dominick ketahui sebelumnya.

Tak butuh lama dia langsung meraih ponsel di saku kanan celanya. Setelah mobil itu melaju pergi dari rumah Raiki.

"Albert, tolong ikuti mobil navy yang baru saja pergi. Dan beri tahu aku 'semuanya' "

"Baik,"

Pip!

Panggilan di putus. Dominick lagi-lagi menghela nafasnya berat. Dia sekarang bingung harus berkata apa pada Raiki. Benda yang berada di tangan kanannya entah terasa sangat berat sekarang.

Padahal benda itu tidak mencapai setengah kilo.

Dominick lalu menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Langkah kakinya kini menuju ke rumah bagian belakang. Dimana Raiki dan istrinya berada.

Pemandangan dua manusia yang sangat serius itu membuat Dominick menghentikan langkahnya. Dia tidak ingin menganggu, dan memilih untuk menunggu sebentar.

Tapi, hanya lima menit saja dia melakukannya. Karena matanya melihat Atha menangis. Dominick tidak bisa diam, air mata Atha adalah hal yang paling dia benci.

"Apa yang kau lakukan pada istriku?" Tanya Dominick setelah berdiri di samping istrinya.

Atha yang mengenal suara sang suami ia langsung memeluk Dominick, isakannya semakin kencang. Mata Dominick menatap tajam ke arah Raiki, dia meminta penjelasan.

"Aku hanya.."

"Apa yang sudah kulakukan, Dom. Hiks.. Hiks.."

Dominick mengelus pungung istrinya dengan lembut, sambil memberikan ciuman kecil di atas kepala Atha. Mencoba untuk menghetikan isakan sang istri. Namun, mata Dominick masih terus mengarah ke Raiki. Dengan sinar laser membunuh tepatnya. Yah, walaupun tidak ada sinar laser yang keluar.

Itu hanya perumpamaan saja.

"Masuklah kedalam, aku masih ingin berbicara dengan Raiki." Bisik Dominick lembut.

Atha mendongakan kepalanya. Berniat untuk mengatakan sesuatu.

"Tenang aku tidak akan memukulnya, jadi jangan khawatir, hm." Potong Dominick sambil menghapus jejak air mata di kedua pipi Atha.

Meskipun agak berat Atha akhirnya menuruti kemauan Dominick, dia berjalan ke arah dalam rumah. Sebelum dia mencapai dalam Atha sempat menoleh ke belakang, dan melihat Dominick memberikan sesuatu pada Raiki.

Setelah itu dia langsung masuk kedalam. Dengan ponsel yang sudah ada di telinga kirinya.

"Halo?"

Dominick hanya sebentar melihat kepergian Atha, karena setelah itu dia langsung menyerahkan benda hitam berbentuk persegi panjang itu kepada Raiki.

"Apa ini?" Tanya Raiki bingung.

"Lihat saja."

Raiki kemudian membalik benda tersebut, pupil matanya langsung melebar saat dia tahu apa yang tertulis di atasnya.

WEDDING INVITATION

Together with our loving parents

Krissendra Vivendi

And

Elina Myesha

20.12.2020

Beauliu Garden 1901 St Helena Hwy
Rutherford, CA US 94573

Reception and Dance Following.

Membeku.

Raiki hanya mampu membeku di tempatnya. Bibirnya sedikit terbuka,dia beberapa kali berkedip untuk memastikan bahwa nama yang tertera disana bukan Elina.

Tapi sayang, matanya tidak bisa berdusta. Dengan sangat jelas disana tertulis nama Elina Myesha. Tangan kanan Raiki gemetar, membuat benda yang bernama undangan itu jatuh ke bawah.

Semuanya terjatuh, karena tangan Raiki tiba-tiba kehilangan kekuatanya untuk memegang. Dominick yang melihat hal itu kemudian mengambilnya kembali. Dan tidak berniat untuk menyerahkannya kepada Raiki.

"S..siapa yang memberimu undangan itu?"

"Elina."

"Elina?!" Seru Raiki tak percaya. "Kau tidak sedang membohongiku kan?"

"Apa aku terlihat seperti itu?" Tanya Dominick balik.

Tidak. Sedikitpun tidak terlihat. Raiki bisa melihat dari wajah serius Dominick. Dan justru itulah yang semakin membuat udara terasa tak bisa dia hirup sekarang.

"Lalu, kau membiarkannya pergi begitu saja?"

"Iya."

"Apa kau sudah gila?! Seharusnya kau menahannya tadi! Bagaimana mungkin kau hanya diam dan tak melakukan apapun saat dia menyerahkan udangan itu padamu!!" Teriak Raiki nyaring.

Dadanya naik turun, dia kini sedang merasa kacau.

"Aku tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa?! Itu hal yang mudah, Al. Kau hanya tinggal bicara padanya dan.."

"Karena dia tidak ingin. Karena dia tahu hanya pertengkaran yang akan terjadi, jadi dia memutuskan untuk pergi. Aku bahkan belum sempat berkata apapun, dia sudah memilih untuk pergi." Dominick memotong ucapan Raiki untuk menjelaskan apa yang tadi terjadi.

Raiki kemudian membuang mukanya ke arah kanan. Sambil terus mencoba mengendalikan dadanya yang sudah seperti di hantam benda keras. Sakit.

Sesak.

Raiki benci rasa sesak ini.

Ia benci dirinya sendiri, karena tidak tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan rasa sesak ini.

Berulang kali Raiki memejamkan matanya, mengacak rambut depannya. Atau hanya sekedar membuang nafas berat. Apapun dia lakukan. Membuatnya terlihat menyedihkan.

"Apa ini akhirnya, Al?" Bisik Raiki pilu. "Tidak ada kesempatan kedua?"

Dominick melangkah ke arah Raiki, dia memegang pundak kirinya. Dia sudah berniat untuk membuka mulutnya, namun tertahan saat dia melihat air mata Raiki yang sudah meleleh melewati pipinya.

Untuk pertama kalinya Dominick melihat Raiki menangis. Demi seorang wanita. Karena selama ini tidak pernah sekalipun Raiki menangis hanya karena masalah wanita.

Tapi kali ini berbeda, dia melihat air mata tulus itu mengalir keluar. Yang menandakan bahwa Raiki benar-benar mencintai Elina. Walaupun Dominick tidak tahu sejak kapan, Elina berhasil membuat Raiki jatuh cinta begitu dalam padanya.

Akhirnya Dominick memilih untuk diam tak menjawab. Ia kini hanya diam menemani Raiki yang kesakitan.

Menyakitkan bukan? Dan Tuhan sedang membuatmu merasakan apa yang selama ini Elina rasakan.

Itu yang dinamakan karma.

******

Lagit masih memiliki birunya.

Awanpun masih putih.

Tak ada yang berubah, tapi entah kenapa di mata Raiki semua tampak tak memiliki warna.

Dimatanya kini hanya ada warna abu-abu saja. Tatapan matanyapun ke arah luar mobil kosong, siapapun yang melihatnya pasti akan merasa kasihan padanya karena dia terlihat seperti mayat hidup.

Tak ada gairah sedikitpun.

Dia memang masih bernafas, tapi hatinya sudah tak berbentuk lagi sekarang.

Ibaratnya seperti remahan biskuit di dasar kaleng. Remah-remahan.

"Sebentar lagi kita sampai." Ucap Dominick merusak lamunan Raiki.

Iapun menoleh. "Iya."

Sekarang Raiki menuju ke tempat acara pernikahan Elina, setelah berjuang beberapa bulan untuk menerima semuanya.

Waktu itu Raiki langsung menelpon Elina tapi nomornya tidak aktif, dia pun pergi ke rumahnya dan kosong. Bahkan Raiki juga ke Rumah Sakit tempat Elina bekerja, hasilnyapun nihil.

Elina lenyap begitu saja, tanpa jejak.

Raiki meminta bantuan Dominick, tentu saja pria itu menyanggupinya tapi tetap saja tidak membuahkan hasil. Wanita itu pandai bersembunyi, dan menghilang dari dunia Raiki.

Dengan sisa kekuatannya dia memberanikan diri untuk datang, dan melihat acara pernikahan wanit yang dicintainya.

Alika sudah terlebih dahulu berangkat bersama Atha, satu hari lebih cepat karena acara berada di Amerika. Entah kenapa Elina memilih negara sejauh itu, mungkin itu alasan kenapa Elina tidak dapat di temukan karena dia berada di benua yang berbeda dengan Raiki.

Sedangkan Raiki berangkat sehari kemudian bersama Dominick, Alean dan Tristan.

Mobil hitam milik Tristan telah berhenti, sang supir yang tak lain Tristan sendiri menoleh kebelakang. Dia melihat ke arah Raiki yang masih saja diam. Setelah itu dia melirik ke samping dimana Alean duduk. Kemudian ke arah Dominick yang bersebelahan dengan Raiki.

"Em.. Ayo turun." Kata Tristan memecah keheningan.

"Iya, kita tidak mungkin terus disini kan?" Tambah Alean.

Masih tidak ada sahutan dari Raiki. Ia baru tersadar saat Dominick menepuk pundak kirinya.

"Ah, sudah sampai ya. Ayo keluar, kenapa masih disini." Ucap Raiki yang baru tersadar.

Dia bahkan mengucapkan kata yang keluar dari mulut Alean dan Tristan.

Klek!

Raiki memutuskan untuk keluar terlebih dahulu. Dia tidak ingin memperlihatkan rasa sesaknya. Walaupun para sahabatnya tahu bahwa dia kini kesakitan.

Mereka bertigapun juga ikut keluar, disana sudah ramai berisi berbagai mobil yang berjejeran. Para tamu sepertinya sudah datang dan mereka agak terlambat.

Akhirnya pria berempat itupun masuk ke dalam sebuah gedung, berjalan berjajar. Tanpa sadar membuat orang-orang yang ada di sana memandangi mereka. Karena ketampanan mereka tentu saja.

Bahkan hingga mereka sampai di tampan tempat acarapun, mata orang-orang tak pernah lelah untuk menatap mereka. Sepertinya julukan 'Prince Cassanova' tidak hilang walau usia mereka sudah berada di kepala tiga.

"Papa!" Sapa riang seorang gadis kecil yang kini berlari ke arah Raiki.

Hup!

Tak butuh lama Raikipun langsung mengendong putri kecilnya itu.

"Hallo, tuan putri." Balas Raiki sambil mencium pipi kiri putrinya.

"Papa lihat, aunti Atha membuatkan bando ini untuk Ayika." Terang Alika  menunjuk bando yang terbuat dari bunga di kepalanya.

"Benarkah?"

"Huum! Cantik kan, Papa?"

"Tentu saja, tuan putri Alika." Balas Raiki sambil kembali menghujani pipi Alika dengan ciuman.

Membuat Alika terkikik geli.

Interaksi antara anak dan ayah itu membuat orang-orang disekitarnya menjadi tersenyum. Setidaknya Alika bisa membuat Raiki tersenyum walau hanya sebentar.

"Kau sudah datang, Raiki?" Suara seorang pria menghentikan kegiatan Raiki.

Raipun menoleh ke arah kanan dan mendapati seorang pria berjas hitam yang tak lain adalah Kris. Calon suami Elina.

"Tentu saja, Elina kan mengundangku." Balas Raiki dingin.

"Benar juga."

Suasana hangat yang baru saja tercipta harus kembali tak enak karena kehadiran Kris.

"Sepertinya aku tidak ingin berbasa-basi." Kris langsung memandang serius ke arah raiki.

"Aku ingin kau melakukan satu hal untukku, jika kau tidak keberatan."

"Apa?"

"Kau tahu bukan jika Elina sudah lama tidak berhubungan dengan keluarganya. Jadi tidak ada yang mengantarnya ke altar nanti."

Ketiga sahabat Raiki langsung menoleh cepat ke arah Kris, karena tahu apa maksud dari ucapannya barusan. Alean bersiap untuk maju, namun di tahan oleh Tristan.

"Lalu, apa yang ingin kau minta?" Tanya Raiki menahan amarah.

"Aku ingin kau yang  menemani Elina untuk menuju ke Altar Pernikahan."

.
.
.
.
.

And cut!!!

Astaga! Astaga tangan nistaku 😂😂😂

Jahat baget kau kris, teganya menyuruh Raiki melakukan itu :'v

*biarpun aku seneng siy sebenernya XD wkwkwkw

Okeee
Jadi gimana ? ..

Raiki mau gak nih? Atau malah bawa Elina kabur 😏😏😏

Seee you in next part 😘😘😘

Love you all 💞💞

12 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

739K 2.9K 8
Kocok terus sampe muncrat!!..
1.2M 50.2K 44
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...
154K 9.3K 36
Diyah (30th) terkejut saat Galil (24th) menyatakan cinta padanya. Padahal setahu Diyah, Galil punya hubungan spesial dengan Embun (24th)-adiknya. Mak...
STRANGER By yanjah

General Fiction

276K 31.4K 36
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...