US - Beautiful Liar

By TitisariPrabawati

117K 12.3K 2.8K

PENGUMUMAN BUAT PEMBACA Untuk US Series Next Gen ini sebenarnya adalah BONUS BOOK dari ketujuh series sebelum... More

Beautiful Liar
Pengenalan Tokoh
~ Prologue ~
~ Part 1 * Seine ~
~ Part 2 - Esperer ~
~ Part 3 - Le Coeur ~
~ Part 4 - Enfin ~
~ Part 6 - Eternite ~
~ Part 7 - Folie ~
~ Part 8 - Aimer ~
~ Part 9 - Enemble ~
~ Part 10 - Sacrifier ~
~ Part 11 - Davantage ~
~ Part 12 - Nocturne ~
~ Part 13 - Belle ~
~ Part 14 - Bleues ~
~ Part 15 - Epigram ~
~ Part 16 - L'amour ~
~ Part 17 - Terre ~
~ Part 18 - Heurte ~
~ Part 19 - D'esprit ~
~ Part 20 - Choix ~
~ Part 21 - Sentir ~
~ Part 22 - Traverse ~
~ Part 23 - Sommeille ~
~ Part 24 - Historie ~
~ Part 25 - Noire ~
~ Part 26 - Mystere ~
~ Part 27 - Blanc ~
~ Part 28 - Mourant ~
~ Part 29 - Tienne ~
~ Part 30 - Descente ~
Pengmuman Giveaway US Series
~ Epilogue ~

~ Part 5 - Fleur ~

3K 308 124
By TitisariPrabawati

La vie est une fleur dont l'amour est le miel.

C'est la colombe unie à l'aigle dans le ciel,

C'est la grâce tremblante à la force appuyée,

C'est ta main dans ma main doucement oubliée (Victor Hugo)

Hidup adalah bunga, cinta adalah madu.

Itu adalah burung merpati dan rajawali yang bersatu di langit.

Rahmat gemetar karena kekuatan yang mendesak,

Itu tanganmu yang dilupakan dengan manis di tanganku

---

"Gelang yang bagus," Ardan meraih pergelangan tangan Isabelle dan mengamati bebatuan berwarna pink cerah yang menghiasinya. Tampak familer. Seolah dia melihat sebuah visual ingatan, tentang seorang lelaki yang tengah menimang perhiasan, membandingkan kemilaunya dengan sinar matahari, dengan bebatuan berwarna sama.

"Tuan Wisnu yang memberikannya, selama ini aku hanya menyukai berlian, tetapi perak yang sederhana ini mengingatkanku pada dirimu."

"Kenapa?"

Isabelle membatin. "Kau terlihat sederhana, seperti perak ini, tetapi kesederhanaan sekalipun, akan memiliki makna lebih dari seluruh berlian di dunia jika diisi dengan kenangan. Aku akan meletakkan gelang ini, di nisanmu nanti, untuk menghormatimu."

"Seperti perumpamaan 'silver bullet' membuatku mengingat sebuah puisi kuno di pemakaman, seolah Tuhan akan selalu mengawasimu dengan mata besarNya, jika kau terbuat dari perak...begitulah dirimu. Sehingga aku ingin bermain dengan Tuhan, menyembunyikanmu dalam kegelapan...supaya matahari tak lagi bersinar."

Bibir Ardan menyunggingkan senyum. "Itu terdengar cukup menyedihkan. Saat kau menyembunyikanku dan matahari tak lagi bersinar, kau tak menyadari, kaupun terkurung dalam kegelapan."

Setelah berganti pakaian, keduanya keluar dari kompleks pemakaman dan Isabelle menggandeng tangan Ardan dengan antusias, melihat berbagai makanan unik yang dijajakan di pasar menjelang petang.

"Satay..." Isabelle bertepuk tangan. "Setelah rendang, aku baca dari artikel online, kalau Satay juga enak. Ayo kita coba..."

Mereka berdua duduk pada tikar pandan yang dibentangkan sang penjual di trotoar dan menunggu sate tersebut dibakar dengan arang. Bau yang lezat tak lama tercium dan penjualnya menanyai Ardan apakah akan melengkapi dengan wedang ronde. Ardan hanya mengangguk pelan.

Walau hari telah petang, banyak sepeda tua masih berseliweran di jalan.

"Sejak tadi saya tidak melihat kendaraan bermotor..." tanya Ardan kepada penjual sate.

"Oh, sudah bertahun-tahun Sinuhun membuat kebijakan, untuk wilayah Heritage tidak diperkenankan ada kendaraan bermotor lewat. Pengunjung dapat memarkir kendaraan mereka sampai di gerbang Ansor Silver kemudian untuk menuju kesini, bisa menggunakan becak ataupun menyewa sepeda. Komunitas sepeda tua yang dibentuk Pangeran Herjuno semakin banyak anggotanya, bahkan para pegawai negeri di seluruh kota mulai menggunakan sepeda onthel tua untuk berangkat kerja. Begitulah cara Sinuhun mengendalikan polusi. Trem telah lama aktif menggantikan bus. Tanaman menjalar yang menghiasi halte juga cukup memulihkan lingkungan kami, yang semula gersang kembali sejuk. Sepanjang jalan tentu anda melihat, pohon-pohon kersen mulai berbuah. Saya takjub, semakin tua dan modern, kota ini kembali pulih seperti saat saya masih kanak-kanak. Walau dulu sempat terasa panas dan gersang karena pembangunan mall dan modernisasi, setelah Merapi sedikit memberi peringatan, pada akhirnya kami menyadari, jika kami menjaga alam, maka alam akan menjaga kami."

"Sepertinya turis juga banyak berkunjung..."

"Tentu saja, setelah kami menyadari, yang membawa turis mengunjungi Kotagede bukan karena modernisasi, tetapi karena kekunoan dan pesan-pesan masa lalu yang terpelihara. Industri perak juga mulai menggeliat, makanan tradisional dan kerajinan tangan khas Kotagede kembali dimunculkan. Ini semua karena ketelatenan bimbingan dari keluarga Dewangga dan Sinuhun Majesty. Kami semua sama-sama bergerak dari yang kecil hingga yang besar, yang besar membantu yang kecil sehingga tercipta laras harmoni yang memberikan aura damai di Kotagede kami yang kecil."

Ardan mendengarkan cerita si bapak penjual sate sembari memperhatikan Isabelle. "Lidahmu bisa menerima makanan itu?"

Gadis itu tersenyum. "Aku bukan turis pemilih, Ardan. Aku hanya anak yatim piatu yang bisa menerima apapun, selama makanan itu bisa dimakan."

Sinar lembayung senja membuat suasana sore yang temaram terasa mendamaikan, Ardan menyukai cara Isabelle berbicara dan bercerita. Sepertinya gadis itu mendapatkan banyak objek menarik yang diabadikannya dengan kamera kesayangannya.

"Nyaris seperti beberapa sudut kota kecil di Italia yang pernah kukunjungi, aku melihat gerbang-gerbang kayu yang bertuliskan tahun yang menandai abad ke tujuhbelas dan delapanbelas, pintu itu masihlah kokoh dan tanaman-tanaman yang menjulur memenuhi tembok membuat seolah waktu terhenti untuk kota ini. Aku akan merindukan kota ini ..." Isabelle memeriksa foto-foto di kameranya. "Di kolam tua tadi, ada kura-kura berusia ratusan tahun, bagaimana dia bisa melewati kehidupan selama itu di sebuah tempat yang begitu membatasi gerakannya? Padahal sebagai manusia, aku selalu berharap bisa menjelajah dunia yang luas...kau tahu, aku merasa diriku seperti siput kecil yang memiliki mimpi besar. Mataku selalu jauh memandang langit nan lapang sementara aku melata di rerumputan dengan beban cangkang yang besar..."

Ardan tersenyum. "Ah, baiklah nyonya, sepertinya kau belum puas melihat langit yang luas, bukan? Habiskan makananmu dan kita akan berkeliling kota, melihat langit malam..."

Isabelle tak tahu apa yang mereka berdua lakukan. Bagai pemburu dan buruan yang mengambil satu hari perdamaian. Dia menikmati membonceng Ardan menggunakan sepeda tua yang banyak disediakan di dekat halte. Walaupun duduk di bagian palangbesi depan terasa tidak nyaman dan dia harus berpegangan pada tubuh Ardan, tetapi setiap tikungan dan polisi tidur justru membuatnya memekik girang.

"Kau sengaja ya?" Isabelle memukul bahu Ardan.

"Pegangan yang erat Isabelle, aku baru mengetahui fungsi lorong-lorong sempit di Kotagede, ternyata untuk dinikmati dengan cara seperti ini..." lelaki itu melirik lengan-lengan ramping yang mengalungi lehernya.

"Apa yang kau lihat?" gumam Isabelle dalam tatapan tajam Ardan.

"Selalu dirimu dan hanya kamu...apakah aku pernah bilang kalau kau sangat cantik?"

"Ya, cantik tetapi mematikan..."

Lelaki itu tertawa. "Kalau begitu, aku bersedia mati dalam pelukanmu, peri! Nah, lihat lorong batu bata itu, kau mau berjalan atau tetap seperti ini melewatinya?"

Isabelle melepas pelukannya dan turun dari sepeda.

"Kurasa kita akan sedikit berjalan-jalan dan mengabadikan keindahannya, sebelum kembali ke dunia nyata."

---

Arjuna Adhibrata menelusuri sumur gumuling dan meraba sebuah celah yang berisi tombol rahasia yang mengkonfirmasi sidik jarinya. Sebuah sepeda listrik menanti dan perlahan dikayuhnya sepeda tersebut menuju arah lorong yang menghubungkan dengan markas rahasia di Vre De Burg. Sesampainya di lokasi, ternyata beberapa personil sudah berkumpul dan cengiran jahil menyambutnya.

"Ah, ternyata Gusti yang menggantikan Kartikeya?"

"Panggil aku Leviathan saat di sini, Ragnarok!"

"Baik, Sir Leviathan..."

Leviathan adalah putra Lucifer dan Ragnarok adalah putra Loki.

Sementara putra Ezra Michaelis memilih nama Ciel Phantomhive untuk julukannya, Wisnu menggunakan salah satu nama alias Krisna Awatara : Acyuta untuk alter miliknya.

"Kecuali Kartike, yang lain kemana?"

"Dalam penugasan khusus, Sir. Jadi tersisa kita berempat untuk menyelesaikan masalah aneh ini. Kenapa kita tidak membenturkan kepala Kartike sekali lagi supaya dia mengingat jatidirinya? " lapor Ragnarok.

"Dokter Deucalion, maksudku Dokter Lion sudah memberikan berkas kesehatan Kartikeya yang diretasnya dari St. Anne sebelum dia pergi, kau bisa membacanya, Sir Levi!"

Leviathan melihat gambaran tiga dimensi di hadapannya, tulisan apik yang meluncur mengarah ke visual tiga dimensi Kartikeya, cedera tubuh dan cedera otaknya, juga dokter yang terlibat menanganinya.

"Jadi, salah satu dokter yang menanganinya, dicurigai terlibat dengan konspirasi ini?"

"Lion sedang menyelidikinya dan dia secara khusus datang ke Paris bersama Luca, maksudku, Logos...karena bagaimanapun ada beberapa hal yang harus Logos selesaikan disana, dalam pengawalan Lion, tanpa Lion, anak itu nyaris tak terkendali."

Levi menatap Ragnarok dengan seksama. "Sepertinya kau sangat senang Logos menjauh?"

"Tentu saja, jadi aku bebas mengintip eh maksudku...mengunjungi Arsylla, ah, dia semakin cantik saja, kupikir tak apa menculiknya dan ..."

"Logos akan menebas lehermu..."

"Tak apa, asalkan aku mati di pangkuan gadisku, Logos tidak berarti apa-apa..."

Leviathan mengeluh, "Kisah cinta segitiga kalian memang menyebalkan, tapi seharusnya tidak mempengaruhi pekerjaan, bukan? Ditambah lagi cinta segiempat yang baru ini, kalian benar-benar membuatku pening!!"

"Apa maksudnya cinta segi empat?" Acyuta menatap Levi.

"Kau, Kartikeya dan istri-istri kalian, selama ini kita hanya mengatasi masalah pekerjaan dan kita bisa bersatu karenanya. Tetapi saat ini, kau dan Kartike juga Ragnarok dan Logos terpilin dengan benang merah cinta yang mengikat tak beraturan. Ini akan menghabisi kita dari dalam, kau paham? Tidak bisakah kau menerima istrimu dan membuat anak dengannya? Itu akan menyelesaikan satu simpulan benang sehingga kita bisa fokus dengan Kartike."

"Jika ingatan Kartike kembali, dan mendapatiku menikahi calon istrinya, gadis yang pernah dicintainya mati-matian, apakah itu akan menyelesaikan masalah?"

Levi tampak berpikir.

"Begini, jika kita bisa membuat Kartike membuat anak dengan istrinya, itu akan menyelesaikan masalah selanjutnya, jadi intinya bagaimana kita membuat Kartike dan Acyuta membuat anak, bukankah begitu? Ragnarok tersenyum licik. "Kalau masalah seperti itu, gampang diatur!"

"Masalahnya, Isabelle Celestiel bukan wanita yang mudah dihadapi, aku yakin Mutiara Mahendradatta rela menyerahkan diri pada Acyuta, tetapi Isabelle tak mudah dibuat jatuh hati dengan Kartike, terlebih tujuan hidupnya adalah kematian Kartike."

Levi menghela napas panjang. "Garis besarnya aku sudah mengetahui, tetapi masih banyak hal yang harus diselidiki. Di belakang Isabelle tentu sebuah organisasi besar tengah bermain, Isabelle hanya boneka 'marionette' mereka saja. Jika Isabelle mati di tangan kita, itu akan menghancurkan Kartike, itu yang kutakutkan."

"Tapi, jika ingatan Kartike kembali, mungkin kematian wanita itu takkan mempengaruhinya..." Ciel yang sejak tadi terdiam, kini angkat bicara. "Baiklah, kita akan membuat skenario makan malam yang romantis untuk mereka, supaya kita bisa menggali lebih dalam informasi tentang gadis itu, Acyuta, aku akan memberikan undangan makan malam ke restoranku, kita akan lihat apa yang bisa kita lakukan di sana."

Setelah setiap orang keluar ruangan, tinggal Ragnarok dan Leviathan duduk santai sembari mempelajari informasi dari Lion.

"Hebar, Sir! Kau memberi nasehat untuk Acyuta, tetapi kau sendiri memiliki masalah yang sama..."

Levi mengangkat alis. "Apa maksudmu?"

"Jika kau memasuki dunia Anastasia, maka kau bisa-bisa takkan kembali pulang. kau harus memilih antara takhta dan wanita, bisakah? Gadis Rusia itu tidak akan diterima oleh Royal Family. Jika saja kau memiliki saudara laki-laki, maka kau bisa membebaskan diri seperti Harry. Tetapi kau memiliki tanggung jawab sebagai calon raja dan nasib rakyatmu tak bisa dibandingkan dengan cinta."

Ragnarok tersenyum jahil "Lagipula, Bendoro Raden Ayu Padma Puspitaningdya juga tidak jelek-jelek amat, Anastasia bisa menjadi selir setelahnya..."

Levi menggepak kepala Ragnarok. "Tahu apa kau masalah seperti ini! menempatkan Padma Puspita di ranjangku sama saja menempatkan Isabelle di samping Kartike. Lebih baik menikahi gadis asing tetapi wanita biasa daripada gadis menyebalkan itu...dia..."

Ragnarok tertawa. "Duh, Gusti! Hamba tak pernah melihat kemarahan memancar dari Gusti, tetapi hanya dengan menyebut nama Padma Puspita, wajah anda langsung berubah, baiklah...sepertinya anggota Unnamed Shadow tak ada yang waras!"

---

Keluar dari Sumur gumuling kemudian berjalan ke arah istana, Arjuna menyelinap melompati tembok dan menuju ke arah bangsal Ksatryan. Seorang lelaki muda mendesah lega melihat kedatangan Arjuna.

"Dari mana saja Pangeran? Bukankah jadwal anda telah berada di meja jauh hari sebelumnya? Pertemuan dengan keluarga Purbawinata akan segera dimulai dan anda bahkan belum bersiap diri!" Adinata, abdi dalem yang melayani segala keperluannya mendekat.

Pertemuan keluarga, berarti bertemu dengan gadis menyebalkan itu! walaupun mereka belum pernah bertemu secara langsung, tetapi dari surat-surat yang dikirimkan Puspita, Arjuna menyadari kekesalan gadis itu.

"Saya telah memiliki sosok lelaki yang menempati hati saya, bisakah kita dengan sekuat tenaga membatalkan pertunangan ini? Jika kita menikah, saya akan memastikan kita tidak akan pernah bahagia karena hati saya telah menentukan lelaki lain. Mohon maaf jika saya lancang, tetapi kebenaran jauh lebih baik jika Pangeran ketahui sekarang!"

Belum bertemu saja gadis itu telah menolaknya mentah-mentah, ya, Arjuna akui Puspita sangatlah cantik, anggun, itu yang tampak dari fotonya. Tetapi bisa juga keluarganya telah mengedit sedemikian rupa, karena mana mungkin gadis secantik dan seanggun itu memiliki sikap yang begitu buruk? Setiap orang yang dikenalnya juga mengatakan Puspita dikenal memiliki karakter yang begitu baik, karena itu dia mengira surat lontar yang ditulis Puspita berisi puisi atau semacamnya, tak disangka gadis itu justru mengisinya dengan kata-kata yang begitu vulgar dan kasar. Apa pantas Puspita menjadi seorang ratu?

Adinata merapikan surjan Arjuna dan mempersilahkan emban memberikan blangkon untuk sang pangeran kemudian menyelipkan keris di pinggang pada sentuhan akhir.

"Ini pertemuan pertama kami, tetapi sepertinya gadis menyebalkan itu harus diberi sedikit pelajaran tata krama, ayo kita menuju Siti Hinggil, Adi..."

"Sendiko, Pangeran..."

Sesampainya di Bangsal, Arjuna melihat para tamu telah bersiap menanti kedatangannya, begitupun dengan kedua orangtuanya. Sesi perkenalan dan perbincangan yang dianggap Arjuna bertele-tele pada akhirnya berlangsung dan tak berapa lama, pranatacara mempersilahkan Putri Padma Puspitaningdya untuk mendampingi Arjuna, bersimpuh di depan Singgasana Sultan.

"Memperkenalkan Gusti Kanjeng Ratu Padma Puspitaningdya dari Trah Purbawinata yang telah terpilih seleksi untuk menempatkan diri sebagai Putri Mahkota."

Gadis itu berjalan jongkok dan memberi penghormatan kepada Sultan lalu menempatkan diri duduk di samping Arjuna.

"Jika kau tak menginginkan posisi ini, bagaimana bisa kau lulus seleksi?"

Puspita menjawab sembari tetap menunduk. Dia tahu, lelaki di sampingnya ini luarbiasa tampan, dilihat dari setiap foto yang pernah ditampilkan di laman resmi kerajaan. Tetapi, hati Puspita tidak di sini, hatinya berada di luar tembok istana, jauh dari kemewahan dan tata krama kerajaan. Hatinya justru telah tertawan oleh seorang lelaki sederhana...

"Hamba sudah berusaha tampil seburuk mungkin, tetapi persekongkolan antar keluarga membawa hamba tetap menempati posisi ini, karena itulah, hamba memperingatkan Pangeran. Batalkan sesi ini bagaimanapun caranya, atau pada akhirnya politik akan membawa tangan hamba mengarahkan belati ke jantung Pangeran..." walaupun terdengar halus dan lembut, Arjuna merasakan ketajaman kata-kata Puspita. Gadis ini, telah benar-benar jatuh cinta dengan entah siapa lelaki di luar sana. Bahkan seorang Pangeran Mahkota tidak lagi berarti di matanya.

"Baiklah kalau itu maumu..." Arjuna mendengkus kecil. "Aku akan..." lelaki itu menoleh, ingin menatap calon istrinya untuk terakhir kali sebelum mengajukan banding penolakan.

Tetapi, selain mata bening dan wajah jelita Puspita, Arjuna melihat benda yang tak semestinya berada di helai rambut indah gadis itu.

Bagaimana mungkin?

Ingatan Arjuna melayang pada peristiwa beberapa hari sebelumnya. Saat dia tengah bersepeda di sekitaran Kotagede dan melihat seorang lelaki manis tengah berjongkok di hadapan seorang bocah lelaki yang tengah menangis.

"Maaf, aku tidak sengaja melakukannya..." lelaki kurus berkaos putih dengan topi jerami itu menatap si bocah.

"Ayamku mati, kau yang menabraknya..." bocah itu menunjuk ayam kecil dalam genggamannya.

"Maaf, beneran, tidak sengaja..."

Arjuna turun dari sepedanya dan menengahi. "Kakak ini memang salah karena menyebabkan anak ayammu mati, tetapi seharusnya ayam-ayam ini memang tidak berkeliaran di jalan seperti ini..." Arjuna melihat ke sekelilingnya.

"Baiklah, Mas dan kakak ini akan membuatkan kandang ayam untuk ayam-ayam milikmu itu, untuk menebus kesalahannya, bagaimana?"

Bocah lelaki itu mengangguk antusias.

"Kenapa tidak kuberikan uang saja untuk membeli kandang, di pasar kan banyak?" lelaki kurus itu menatap Arjuna dan Arjuna baru menyadari...

"Arum, ternyata ini kau?"

Gadis itu tertawa dan memperlihatkan gigi putihnya. "Kau tidak mengenaliku, Dewo?"

"Huh, dengan penampilan seperti itu, kau seperti bocah lelaki kerempeng, lagipula kenapa kau berada di sini?"

"Sedang ada pertemuan Trah keluarga, tetapi karena kupikir duduk manis saja membosankan, aku kabur dan memutuskan untuk bersepeda di sekitar sini, tak kusangka aku malah menjadi seorang pembunuh..." Arum tertunduk sedih.

Arjuna bertemu Arum di Sayiddan saat melihat pertunjukan anak jalanan, gadis tomboi yang selalu membawa tas slempang lusuh itu mengaku sebagai mahasiswi miskin yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya, kala pening menghampiri, dia menenangkan diri di Jalanan Sayiddan dan Malioboro untuk mendengarkan pertunjukan jalanan. Pembicaraan Dewo dengan Arum tentang masalah politik selalu menarik, terlebih gadis itu membeberkan beberapa keputusan Sultan yang dirasanya cukup merugikan.

"Tentu Sultan telah mempertimbangkan banyak hal sebelum membuat keputusan."

"Tetapi penggusuran yang dialami rakyat kecil seharusnya tidka terjadi berulang kali..."

"Pemerintah Provinsi mengganti tanah tersebut, bukan? Terlebih pembangunan beberapa infrastruktur tersebut memang diperlukan untuk tahun-tahun di masa datang..."

Banyak hal dilalui Dewo dengan Arum di beberapa kesempatan dan terakhir kali mereka bertemu adalah di Kotagede.

"Kalau kau memberikan uang kepadanya untuk membeli kandang ayam, itu tidak akan berjalan sesuai rencanamu. Orangtuanya akan memakai uang itu untuk keperluan lain. Beli saja setengah kilo paku dan sebuah martil, aku melihat beberapa papan tak terpakai di sana, aku akan membuatkannya untuk anak ini..."

"Paku? Dimana?" tanya Arum.

"Ah, sudahlah, aku saja yang membelinya daripada mengurangi uang skripsimu!" Dewo mengetuk dahi Arum. Setelah menggergaji beberapa papan dan semuanya cukup siap, Dewo meraih sepedanya.

"Tunggu aku di sini, aku akan membeli beberapa paku..."

Di halaman sempit anak lelaki bernama Purnomo itu, Dewo memberikan tanda mata untuk Arum setelah mereka selesai membuat kandang ayam.

"Bersahabat denganmu sangat menyenangkan, ini hadiah untukmu...mumpung kita masih bisa bertemu..."

Arum tertawa. "Jepit rambut? Untuk gadis sejelek aku Wo? Banyak orang bilang aku perempuan jadi-jadian..."

"Karena itulah, sesekali kau harus berdandan dan mencuci rambut jelekmu itu, pakai jepit rambut ini dan tatap wajahmu di cermin..."

"Untuk menyadari kecantikanku?"

"Tidak, tapi untuk menertawakan kehidupan dan skripsimu yang tak kelar-kelar itu, jangan terlalu banyak bermain. Fokuslah dengan kehidupan yang harus kau jalani, dengan menyelesaikan apa yang harus kau selesaikan..."

Arum terdiam sejenak sebelum menjawab. "Kau tahu, sangat sulit kabur dari tempat itu, tetapi anehnya, sekalinya aku berhasil kabur dan bersenang-senang di jalanan, aku selalu bertemu denganmu, apa kau tidak berfikir jika kita berjodoh?"

Dewo menatap Arum. "Apa kau mau menikah dengan pemuda jalanan yang bahkan tidak tahu siapa identitas dirinya yang sebenarnya? Aku tak memiliki nama seperti manusia pada umumnya, aku tidak memiliki pekerjaan tetap dan menjalani hidupku seperti air yang mengalir, aku bahkan tidak bisa menentukan sendiri siapa yang kelak menjadi istriku..." Dewo tertawa miris. "Hiduplah dengan bahagia, Arum Nurita..."

"Kapan kita bertemu lagi?"

Dewo tercenung.

"Entahlah, mungkin kita takkan pernah bertemu lagi..." mengingat acara perjodohan akan segera dimulai, kebebasannya takkan lagi seperti dulu, ayahnya tentu akan semakin ketat mengawasi pergerakannya di luar istana.

"Jaga dirimu baik-baik, gadis jelek..."

Tangan Arjuna terulur, sama seperti tangannya yang selalu menepuk puncak kepala Arum, tangan itu pula yang hendak meraih jepit rambut kupu-kupu yang terasa familier itu...tetapi, siapa tahu Wisnu memiliki beberapa persediaan dan mudah bagi gadis bangsawan seperti Puspita untuk memiliki jepit rambut yang sama.

"Apa yang Pangeran lakukan?!" Puspita menepis tangan Arjuna yang terulur. Ish! Apa-apaan sih lelaki ini, kenapa tetiba hendak menyentuh kepalanya?

"Jepit rambut yang indah..." komentar Arjuna.

"Tentu saja, ini calon suamiku yang memberikannya, karena itulah, ini waktunya Gusti bicara pada Sultan, untuk menolak perjodohan ini, segera!"

Arjuna tersenyum sinis. Baiklah kalau itu yang diinginkan Puspita, lagipula siapa gadis ini? Anastasia jauh lebih menarik dan baik, sejak pertemuan pertamanya dengan Anastasia, gadis Rusia itu telah berhasil memikat hati Arjuna dengan kepandaian dan kelembutannya. Tangan Anastasia yang lembut, yang sering menepuk wajah Arjuna sambil berkata.

"Oh, dear Arjuna..."

Sementara tangan Puspita, seperti yang dikatakan gadis itu, mungkin tak segan untuk menusukkan belati...

Tatapan Arjuna tertuju pada tangan Padma Puspitaningdya.

"Kau..." Arjuna tanpa sadar menarik tangan gadis itu dan mengamati jemarinya yang terbebat perban.

Gadis ceroboh itu juga melukai tangannya saat membelah bambu untuk kandang ayam, mungkinkah?

"Apa-apaan kau, lepaskan tanganku!" Puspita berusaha menarik tangannya dari cengkeraman Arjuna. Tata kramanya buyar sudah dengan menyebut kata 'kau' kepada Arjuna.

"Diamlah..." Arjuna menatap tajam Puspita dengan pandangan mengancam. "Sejak awal, kau telah ditentukan untuk menjadi milikku, Pangeran Arjuna Adhibrata. Kau pikir aku tidak mengetahui perilakumu di luar sana?"

"A..apa maksudmu?" Puspita melirik Arjuna tak mengerti.

Menguji hatinya sendiri, entah kenapa dari bibir Arjuna berucap, "Kau pikir, aku tidak memata-mataimu selama ini? Kalau kau ingin kekasihmu yang bernama Dewo Pratomo itu tetap hidup, turuti saja perkataanku..."

Mendengar kata-kata Arjuna, tampak titik-titik airmata membayang di mata Puspita.

"Bagaimana kau tahu...."

Arjuna merasa, permainan ini semakin menarik, tak disangka, Arum Nurita, alias Puspita lebih memilih lelaki kumuh dan tak jelas asal-usulnya macam Dewo Pratomo dibanding dengan seorang Pangeran Mahkota! Benar-benar gadis yang naif dan bodoh. Pandangan Arjuna terhadap Puspita menjadi berubah, menarik!

"Bisa dikatakan, nyawa Dewo berada dalam genggaman tanganku, jadi menurut sajalah Puspita, kita akan berjalan tenang menuju Singgasana Raja dan menerima perintah Sinuhun..."

Puspita menggeram kesal. "Kau! Tidak kusangka, kau memiliki sifat yang sama seperti para pangeran bangsawan lain, karena itulah aku bersumpah tidak akan memiliki suami dari kalangan yang tidak memiliki nurani seperti kalian! Kau tidak akan bisa memaksaku..."

"Oh ya? Bagaimana kalau setelah kebodohanmu menolak pertunangan ini, kau akan melihat mayat Dewo mengambang di Kali Gajah Wong?"

Arjuna menatap Puspita dan tak disangka, dia melihat aliran airmata mengaliri pipi mulus gadis itu. sebegitu berharganya Dewo bagi Puspita? Ah, kenapa justru terasa menyebalkan?

"Jangan lukai dia, akan kuturuti apapun kemauanmu, dasar brengsek! Kau menggunakan telik sandimu untuk mengawasiku dan kemudian mengancamku? Kau memang bukan pria sejati!!"

Mendengar kemarahan Puspita, Arjuna nyaris terbahak, tetapi mendengar pranatacara dan para abdi dalem telah siap dengan setiap prosesinya, digandengnya Puspita dan dengan jalan jongkok, mereka mendekat ke kaki Sultan untuk membasuhnya bersama, meminta restu untuk pernikahan yang akan diberkati.

Arjuna melihat airmata Puspita menetesi kelopak mawar di atas nampan.

Nah, apa sih hebatnya Dewo dibandingkan dengan Arjuna, hingga gadis bangsawan ini lebih memilih pemuda nggak jelas itu?

Sepertinya sedikit bermain dengan Padma Puspitaningdya akan menarik. Tetapi di satu sisi, bukankah ada sekuntum kembang Rusia yang juga telah menawan hatinya?

Arjuna mengernyit.

Kebimbangan hanya akan menjerumuskannya pada kebodohan. Dan satu-satunya hal bodoh yang pernah diputuskannya, kini baru dimulai.

---
Bonus : sekedar Intermezo  (╯3╰)


Arjuna, tanpa cambang dan brewok  →_→

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 548 30
NOVEL TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA Native Title : Loving You Is The Best Thing/ 爱你, 是我做过最好的事 Author: Sheng Li/ 笙离 Bab : 28 bab - Maret 2024 - Ada...
2.9K 172 8
NOVEL TERJEMAHAN BAHASA INDONESIA Native Title : 大乔小乔 / Da Qiao Xiao Qiao Author : 张悦然/ Zhang Yueran - JUNI 2024 - Qiao Lin adalah saudara perempuan...
3.1K 603 17
[HISTORICAL-ANGST-MELODRAMA] Sejak Dinasti Goryeo secara resmi menjadi negara bawahan Kekaisaran Mongol pada tahun 1259, calon penguasa Goryeo biasan...
40.1K 7.6K 25
Kisah Siera yang terpaksa menikah dengan River untuk menutupi rasa malu. Tidak ada yang tahu kalau di balik sikap River yang periang, tersembunyi rah...