Comeback [SasuSaku Fanfiction...

By MandaNawa_

225K 22K 2K

Sepuluh tahun setelah kegagalannya dalam menjalin rumah tangga dengan Uchiha Sasuke, Sakura akhirnya dapat me... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30 (End)

Epilog

11.7K 845 100
By MandaNawa_

"Dari mana saja?" Bentak Sakura dengan suara halus. Dia terlalu kesal pada suaminya yang tiba-tiba menghilang, pagi tadi dia terbangun dan Sasuke sudah tidak ada di sampingnya. Lalu baru muncul siang ini. 

"Hanya jalan-jalan." Jawab lelaki itu santai, menghampiri istrinya yang sedang membaca laporan pasien-pasiennya. Lalu dia mencium pipi Sakura. "Halo jagoan" Lanjutnya sambil mengusap lembut perut besar Sakura. Detik berikutnya terasa tendangan kuat dari dalam perut Sakura, membuat mereka saling menatap dan tertawa bersamaan. "Kau benar-benar jagoan." 

Butuh waktu berbulan-bulan untuk meyakinkan Sakura mau menikah dengannya. Dan butuh dua tahun lamanya untuk membujuk Sakura mau mempunyai anak lagi. Perjuangan Sasuke tidak bisa diremehkan, dia membujuk Sakura setiap hari dengan rayuan dan janji-janji. Akhirnya Sakura mau mengandung lagi, itupun karena dia mulai kesepian semenjak Sarada sekolah di luar negeri, kesempatan itu digunakan Sasuke untuk membujuk Sakura. Sasuke juga harus berjanji kalau akan terus ada di samping Sakura, tidak boleh ke luar negeri, tidak boleh keluar kota. Jika terpaksa Sakura akan ikut bersamanya, apa lagi sejak wanita itu hamil, dia sangat lengket pada Sasuke. Suka sekali berlama-lama dalam pelukan Sasuke. Sakura juga sangat manja, lebih cengeng, dan kadang Sasuke tidak mengerti apa masalah yang membuat Sakura tiba-tiba menangis. 

Seperti hari itu, Sakura sangat kesal karena Sasuke pergi tidak mengajaknya, bahkan tidak berpamitan padanya. 

"Aku tanya kau dari mana?"

"Jalan-jalan sayang."

"Kau sudah berjanji kalau akan selalu di sampingku kan?"

"Iya aku butuh udara segar, jadi aku jalan-jalan dengan teman-temanku."

"Kemana?"

"emmm hanya sarapan bersama." Bohong Sasuke, dia tidak mau Sakura sampai tau kalau dia motoran bersama teman-temannya. 

"Kan bisa mengajakku."

"Ini waktu bersama teman-teman saja Sakura, mereka juga tidak mengajak pasangan masing-masing."

Sakura berpikir sejenak, tadi pagi Izumi berkunjung sambil mengantar makanan dari Mikoto. Dan dia tidak bersama Itachi, berarti Sasuke tidak bohong. 

"Kenapa aku merasa kalau kau berbohong ya.." Sasuke menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mengering "Aku tanya sekali lagi, kau kemana?"

"Ke bukit dekat rumah Mommy." Akhirnya Sasuke mengaku. Setelah menikah Sasuke membeli rumah yang letaknya dekat dengan rumah sakit, hanya rumah sederhana.

"Sasuke, kau ini tidak kapok ya pernah hampir mati karena itu?" Sasuke sama sekali tidak takut, justru Sakura yang trauma, dia selalu berusaha melarang Sasuke untuk bermotor lagi. 

"Treknya tidak bahaya kok, sumpah!"

"Apa kalian balapan?"

"Ya, tapi bukan aku yang menang, aku sengaja mengalah karena memilih berhati-hati."

Sakura menatap Sasuke tajam, lalu sebuah ketukan pintu seolah menjadi penyelamat bagi Sasuke. 

"Ya masuk." Jawab Sakura. Pengetuk pintu itupun masuk. Karin,sekarang dia sama mempunyai perut buncit, tidak sebesar milik Sakura. Tapi wanita itu memang sedang hamil. 

"Oh maaf kalau aku mengganggu."

"Tidak apa-apa Karin ada apa?" Tanya Sakura. 

"Saya hanya mau mengingatkkan kalau nanti sore ada pertemuan dengan seluruh kepala departemen." Kini Sakuralah yang menjadi direktur rumah sakit sedangkan Sasuke sedang membangun resort baru di daerah pegunungan, sepertinya memang Sasuke tidak cocok dengan pekerjaan yang berhubungan dengan medis seperti itu. Tapi setahun ini dia sedang meninggalkan pekerjaannya itu, sekali lagi karena kehamilan itu, istrinya menjadi sangat rewel. 

"Oke, oh ya Karin siapa yang menang dari pertandingan tadi?" Ucap Sakura tiba-tiba, membuat Sasuke kaget. 

"Suami saya bilang kalau mengalahkan Sasuke adalah kemustahilan." Jawab Karin dengan enteng dia tidak tau kalau setelah ini, Sahabatnya itu akan mati. 

"Ya,,,, memang dia tidak terkalahkan ya,,, tenang saja setelah ini aku akan membuatnya tidak bisa naik motor lagi."

Karin tertawa saat Sasuke melotot padanya. "Maaf aku tidak tau kalau itu rahasia, saya permisi dulu" Lanjut Karin lalu pergi dari ruangan Sakura. 

"Oh iya, kapan kau akan cuti, bukannya sebentar lagi kau melahirkan?" Sasuke berusaha mengalihkan pembicaraan, dia menjauh memilih untuk duduk di sofa. Tidak mempedulikan Sakura yang sudah mengeluarkan tanduk iblisnya. 

"Sasuke jangan mengalihkan pembicaraan."

"Kenapa sih? toh aku selamat kan? masih sehat tidak kurang apapun." 

Sakura berjalan ke arah Sasuke dengan perasaan dongkol. "Andai kau tau betapa takutnya aku saat itu. Apa susahnya sih tidak melakukan itu lagi." Sakura mulai mewek, air matanya sudah hampir jatuh. 

"Oke lain kali aku akan meminta izin, janji juga kalau aku tidak akan balapan lagi."

"Aku tidak mau jadi janda untuk kedua kalinya. Aku juga tidak mau melahirkan sendiri lagi, kau mengerti kan?" 

"Iya iya maaf, maaf." Sasuke menarik Sakura untuk duduk di sampingnya, agar dia bisa memeluk istrinya. "Ya ampun kau manja sekali ya..."

"Aku tidak mau kehilanganmu Sasuke, jadi jangan melakukan hal-hal berbahaya seperti itu. Kau juga sudah berjanji tidak meninggalkan kami kan?"

"Iya." Sasuke menatap lekat wajah Sakura, yang semakin hari semakin terlihat cantik, walau tubuhnya tidak langsing lagi, tapi justru itu membuatnya selalu bergairah. Lalu Sasuke mengecup bibir Sakura lembut, menghapus air mata Sakura dengan ibu jarinya. "Sakura apa kau tau? Semakin besar perutmu kau terlihat semakin cantik." 

"Aku tau, aku bisa melihatnya dari matamu." Sakura mendekatkan wajahnya, mencentuhkan hidungnya ke hidung Sasuke, lalu mengecup bibir Sasuke, melumatnya dengan penuh gairah. Sekarang dia bisa mengimbangi Sasuke meski lelaki itu tidak sengaja memberinya kesempatan untuk mengimbangi. 

"Sakura bolehkah aku um.." Ucap Sasuke sembari tangannya menelusup ke balik baju terusan Sakura. "Apa aku tidak akan menyakitinya?" 

Sakura tersenyum, "Justru bagus, untuk sedikit membantu saat persalinan nanti." Bisik Sakura. 

Tidak menunggu lagi, tidak peduli kalau mereka bercinta di siang bolong seperti itu. 

"Tunggu!" Ucap Sakura saat Sasuke akan membuka baju Sakura. "Bukankah kau harus menjemput Sarada di bandara?"

"Ya ampun Sakura, kau menyuruhku berhenti di saat-saat seperti ini?"

"Maaf aku juga sangat ingin, tapi kau harus menjemputnya."

"Sarada tidak mau dijemput, katanya dia sudah dijemput Boruto dan Mitsuki dan katanya mereka ada acara bertiga." Sakura menatap Sasuke tidak percaya. "Sungguh aku tidak bohong, kau bisa meneleponya. Tapi tidak sekarang, nanti saja, aku tidak bisa menunggu lagi. " 

Sakura pasrah, dan menerima cumbuan Sasuke yang memang sulit untuk ditolak. Dia bersumpah tidak akan membiarkan cumbuan itu dinikmati wanita lain, walau Sasuke tidak akan seperti itu. Sasuke terlalu memuja Sakura, dia merasa bahwa mendapatkan Sakura itu sulit jadi dia tidak akan pernah mau berpaling pada wanita lain, lagi pula apa yang dia cari semuanya ada pada diri Sakura. Sakura saja sudah cukup untuknya. 

Malam itu Sasuke dan Sakura menonton siaran berita malam sambil menunggu anaknya pulang. Tadi Sakura sudah meneleponnya berkali-kali menyuruh Sarada segera pulang, anak itu semakin besar semakin tidak tau diri. Dia tidak memikirkan orang tuanya yang sudah sangat merindukannya. 

"Sarada pulang." Sarada masuk dan langsung berlari memeluk dari belakang mama dan papanya yang sedang duduk santai di sofa. 

"Tidak usah pulang saja sekalian." Ucap Sakura, tapi walau begitu dia mencium pipi Sarada yang ada di sampingnya. 

"Hehehe, maaf Sarada kangen sama Boruto dan Mitsuki."

"Oh begitu ya, dan kau sudah tidak merindukan mama?" 

"Juga dong." Sarada beranjak memutari sofa dan duduk di karpet lantai, dia memeluk kaki mamanya, sambil mengusap-usap adiknya. "Juga kangen jagoan ini,," Selama ini Sarada hanya melihatnya melalui foto-foto hasil USG, dia juga sering melihat perut mamanya yang semakin membesar saat vidio call. Tiba-tiba adiknya menendang-nendang aktif. Seolah ikut senang kakaknya datang. "Wahhhh " Ucap Sarada kagum. 

Sakura menatap anaknya itu semakin dewasa saja, rambutnya hitam legam memanjang lembut hingga ke pinggang. Kacamatanya masih berwarna merah tomat, seperti terakhir kali dia membelikannya. Sarada tumbuh begitu cantik, pasti banyak pemuda yang menyukainya. Tapi Sakura tau kalau anaknya tidak akan mengalihkan hatinya dari Boruto, ternyata diam-diam anaknya itu menyukai Boruto. 

"Bagaimana dengan Papa?"

"Papaku sayang,,, tentu saja Sarada rindu." Sarada memeluk Papanya erat, hampir satu tahun mereka tidak bertemu. 

"Bagaimana sekolahmu?" Tanya Sasuke.

"Papa Please, sekolahku baik-baik saja masih berdiri di tempatnya, berhenti menanyakan hal itu. Papa juga sudah sering menanyakan saat meneleponku."

"Kau tidak nakal kan? Tidak merepotkan Sasori kan?" Tanya Sakura. 

"Hehehe, Sarada tau mama pasti sudah dapat laporan dari Uncle." 

Sarada tinggal bersama dengan Sasori di Belanda, Sasori menjadi seorang guru di sana, sembari dia melanjutkan S3-nya. Sasori sendiri yang meminta pada Sasuke untuk menjaga Sarada di sana. 

"Oh ya Ma, sebentar lagi Uncle akan jadi profesor di universitas besar di sana. Mama tau, uncle benar-benar membuat frustasi Annelise." 

"Annelise kekasihnya? Kenapa?" 

"Annelise sudah meminta dinikahi, tapi Uncle selalu menolak. Sampai-sampai Annelise bilang mau menjebak Uncle, dengan melubangi pengamannya saat berhubungan. Kami sempat curiga kalau Uncle sebenarnya homo, tapi itu tidak mungkin kan? Aneh-aneh saja. Tapi diam-diam Uncle sedang menyiapkan lamaran untuk Annelise, aku tidak sengaja melihat Uncle memesan cincin dengan ukiran nama Annelise." Kini Sarada tersenyum dengan wajah yang merona. 

"Benarkah, aku harap dia segera menikah sebelum uzur." Jawab Sasuke. Ya Sasori sudah cukup tua untuk menunda-nunda menikah sebenarnya. 

"Hahaha benar, aku sudah sering menakut-nakuti Uncle kalau terlalu lama bisa-bisa kesempatan mendapatkan anak akan semakin kecil." Sahut Sarada. Sakura ikut tertawa. mendengar itu Sakura mulai lega, rasanya tugasnya menjaga Sasori sudah selesai jika lelaki itu menikah. Sebenarnya dia membiarkan Sarada bersama Sasori adalah untuk menemani lelaki itu, selain itu juga dia bisa sedikit tenang karena ada yang akan menjaga anaknya saat dia tidak ada di sampingnya. 

Sarada masih mengusap-usap lembut perut mamanya. "Adek sehat-sehat ya... " Sarada mencium lama perut mamanya. 

Kebahagiaan itu tidak pernah ada habisnya setiap hari, tidak ada lagi keegoisan, tidak ada lagi pertengkaran besar. Karena mereka berdua sudah mengerti kapan harus mengalah, dan kapan memang harus marah. Sasuke juga tidak selalu sabar kok pada Sakura, saat wanita itu salah dia juga pasti memarahi istrinya.  Sakura selalu mendengar dan menurut. Begitu juga sebaliknya. 

Untuk kesempatan kedua ini, mereka sama-sama berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakannya. 

****

Inilah Akhir cerita Comeback. 

Terimakasih ya yang sudah suport, selalu menyemangati aku untuk terus update. 

Terimakasih sekali, tanpa kalian aku tidak akan pernah bisa menyelesaikan cerita ini. 

Kalian semua yang membaca cerita ini adalah alat pemacu semangatku. Terimakasih buayak pokoknya.... 

Love you guys 🥰🥰🥰

Continue Reading

You'll Also Like

1M 85.8K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
485K 48.7K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
54.6K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya
183K 15.4K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...