AMETHYST : Kekasih Drucless

By ucu_irna_marhamah

36.3K 1.9K 39

AMETHYST : Kekasih Drucless *Blurb* Vita adalah gadis remaja yang kurang perhatian dari kedua orang tuanya d... More

AMETHYST : Kekasih Drucless
⚠️ PETUNJUK MEMBACA ⚠️
⚠️ PERHATIAN ⚠️
AKD - PROLOGUE
AKD - 1 - AQUAMARINE
AKD - 3
AKD - 4
AKD - 5
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 6 - BLACK CLOAK
AKD - 7
AKD - 8
AKD - 9
AKD - 10
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 11 - MELLIFLUOUS, DATE, FAKE
AKD - 12
AKD - 13
AKD - 14
AKD - 15
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 16 - GIGAREZ, VIGOUR, RANKLE
AKD - 17
AKD - 18
AKD - 19
AKD - 20
AKD - 21
AKD - 22
AKD - 23
AKD - 24
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 25 - POMEGRANATE, HYPNOTIZED, FELINE
AKD - 26
AKD - 27
AKD - 28
AKD - 29
AKD - 30
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 31
AKD - 32
AKD - 33
AKD - 34
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 35 - LOSS, REINCARNATION, PROGNOSIS
⚠️ PRIVAT ⚠️
AKD - 36
AKD - 37
AKD - 38
AKD - 39
AKD - 40
AKD - 41
AKD - EPILOGUE
TERIMA KASIH
CETAK ULANG?
🍂 NOVEL BARU 🍂
∘☽ NOVEL TERBARU ☾∘

AKD - 2

1.2K 85 3
By ucu_irna_marhamah

Perlahan aku membuka kedua mataku. Iris mataku bergerak mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Aku mencari seseorang yang mungkin saja sedang bersembunyi.

Aku bangkit duduk sembari menyentuh bibirku.

Tangan dingin itu, ciuman itu. Rasanya nyata. Aku tidak sedang bermimpi.

Aku yakin, yang semalam itu adalah seseorang. Mungkin dia masuk lewat balkon dan menyusup ke kamarku.

Tapi, untuk apa dia ke kamarku?

Aku jadi takut sekarang.

Apa mungkin dia pencuri? Jika iya, pasti ada benda yang hilang. Tampaknya semua benda dikamarku masih di tempat semula.

Lupakan saja, Vita. Yang penting kau baik-baik saja. Tidak terjadi sesuatu yang buruk padamu. 

Aku pun menjalani keseharian di Sabtu pagi yang cerah ini. Ketika menuruni tangga, terdengar suara bel pintu berbunyi.

Seperti biasa, akan ada pengantar makanan untuk sarapan setiap pagi. Dengan langkah gegas, aku menuju ke pintu utama.

Setelah mendapatkan pesananku dari pengantar makanan, aku langsung mengajak omma sarapan.

"Omma mau jalan-jalan? Aku akan menemani," ucapku.

"Boleh."

Selesai sarapan, aku mendorong kursi roda omma dan berjalan-jalan di sekitar kompleks.

"Pagi ini rasanya segar sekali," ucap Omma.

"Iya."

"Hai, Vita." Aku menoleh saat mendengar suara seseorang yang memanggil namaku.

Laki-laki yang mengenakan singlet dan boxer shorts berwarna hitam itu tersenyum padaku. Aku juga tersenyum padanya.

Ah, tampan sekali.

Dia adalah Ashlan, teman sekolahku. Meskipun kami berbeda kelas, kami saling mengenal cukup baik. Itu karena rumahnya tidak jauh dari rumah omma.

Ashlan menyapa omma dengan sopan, "Halo, Nenek."

"Siapa kamu?" Tanya omma dengan ketus.

Kulihat ekspresi Ashlan tidak menunjukkan kaget dengan sikap omma. Tapi, aku tetap merasa canggung.

Aku mengusap bahu omma agar tidak marah. "Omma, Ashlan ini temanku."

"Oh." Hanya dua huruf itu yang diucapkan omma.

Aku hanya tersenyum sambil mengusap lenganku lalu bertanya pada Ashlan, "Kau sedang lari pagi?"

"Iya, baru saja aku mau pulang ke rumah dan melihatmu bersama nenek di sini," jawabnya.

Omma menepuk tanganku yang berada di bahunya. "Vita, ayo pulang. Omma lupa tidak memberikan Illis pupuk."

Illis yang dimaksud oleh omma adalah bunga amaryllis jingga kesayangannya. Beliau sangat menyukai bunga tersebut dan merawatnya dengan baik.

Ashlan bersuara, "Ah? Buru-buru sekali."

"Sampai jumpa," kataku.

Ashlan tersenyum sambil melambaikan tangannya mengiringi langkahku. "Sampai jumpa."

Kami pun sudah kembali ke rumah. Aku membawakan pot berukuran sedang yang berisikan bunga amaryllis kecil. Tangan omma menggapainya.

Aku memperhatikan omma yang sedang menyemprot bunga tersebut. Tidak tega melihatnya terlalu lama, aku memutuskan mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Semalam papamu menelepon."

Mendengar ucapan omma, aku terkejut dan serta merta menatapnya kembali.

"Besok dia akan datang kemari dan membawa mobil baru untukmu."

Benarkah?

Aku sangat merindukan papa. Jika besok papa benar-benar datang, aku merasa senang.

"Meskipun kepalanya sekeras batu karang, dia masih menyayangimu, Vita."

Iya, aku tahu. Papa hanya sedikit sibuk dan memperhatikanku di kejauhan.

Sore harinya, aku menikmati coklat panas sambil nonton TV di ruang keluarga.

Tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada notifikasi yang masuk. Setelah dicek, ternyata ada chat dari seseorang. Ternyata orang itu adalah Ashlan.

Dari mana dia tahu nomorku?

Aku pun melupakan TV, karena keasyikan berbicara dengan Ashlan di balon percakapan.

Dia bilang, dia menyukaiku sejak lama. Namun, dia baru bisa mengatakannya sekarang.

Aku senang sekali.

Apakah ini pertanda, jika masa kejombloanku akan berakhir?

Sore harinya, aku menelepon papa. Namun, panggilan dariku tidak kunjung diangkat.

Apa papa masih sibuk di kantor?

Aku melihat omma yang sedang tidur. Tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi. Melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 10 pagi, aku merasa heran. Apa mungkin itu pengantar makanan? Ini bukan waktunya makan siang.

Atau mungkin itu tamu.

Aku pun berlalu ke pintu depan. Saat aku membuka pintu, aku terkejut melihat seekor kucing berwarna putih di depan.

Siapa yang meninggalkannya di sana?

"Hai, kucing manis." Aku menggendongnya.

"Apa kau yang barusan mengetuk pintu?" Tanyaku dengan konyolnya.

Kucing itu mengeong.

Aku mengecek ponselku yang berbunyi. Ternyata ada pesan dari Ashlan.

Ashl

Aku tahu, kau kesepian di rumah. Kebetulan kemarin mamaku membeli dua ekor kucing. Setelah mengingatmu, aku rasa kau membutuhkan salah satu dari kucingku. Semoga kucing ini bisa menjadi teman baikmu.

Oh iya, berikan dia nama yang bagus, yaaa.

Aku tersenyum ketika membacanya.

"Nama yang cocok untukmu apa ya?" Aku mengusap kepala kucing itu.

Twisy.

Nama itu muncul begitu saja di kepalaku. Mulai sekarang namanya adalah Twisy.

Keesokan harinya, aku bersiap-siap untuk menemui papa, begitu pun dengan omma.

Terlihat dua buah mobil memasuki pelataran rumah. Mobil yang belakang tampak mengkilap dan bagus. Sepertinya masih baru.

Dua orang pria berbadan tinggi dan besar keluar dari kursi kemudi masing-masing mobil. Mereka adalah orang kepercayaan papa. Keduanya menghampiriku dan omma lalu membungkuk hormat.

"Nyonya besar, Tuan mengirimkan mobil ini untuk Nona."

Aku pun bertanya, "Papa di mana? Tidak ikut bersama kalian kemari?"

Kedua pria itu saling pandang lalu menggelengkan kepalanya.

Aku sedih sekali. Kenapa papa tidak pernah ada waktu sedikit pun untuk bertemu denganku sejak berpisah dengan mama?

Begitupun dengan mama yang tidak pernah menghubungiku sama sekali setelah bercerai dengan papa.

Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Omma mengusap tanganku yang berada di bahunya. "Sayang, omma akan menelpon papamu."

Aku memeluk omma. "Tidak perlu, Omma. Papa pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya."

"Kalian berdua boleh pergi." Setelah omma mengatakan itu, mereka berdua memberikan kunci mobil baru padaku kemudian pergi.

Omma menelepon Papa. "Hei, anak durhaka."

Aku yang tadinya sedang sedih jadi ingin tertawa mendengar kekesalan omma ketika menelepon papa.

"Ada apa, Bu? Mobil pesanan Ibu sudah sampai, kan? Devitaa menyukainya, kan?" Aku mendengar suara papa dari seberang sana.

Omma langsung memberikan pidato berhalaman untuk papaku tercinta, "Sialan kau. Kau mengirimkan mobil itu tanpa dengan dirimu. Kenapa kau tidak datang kemari untuk menemuiku dan putrimu? Ibumu ini merindukanmu, apalagi Vita. Dia sangat senang ketika aku bilang, kau akan datang. Meskipun aku sudah tidak bisa melihat wajahnya, aku yakin, sekarang dia sedang sedih."

"Aku tadinya akan datang, tapi klien datang lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan. Aku bisa apa."

"Bicara sendiri pada putrimu." Omma menggapai tanyaku. Aku pun segera mengambil gagang telepon dari tangannya.

"Devitaa? Sayang?"

"Hemm."

"Jangan marah, cantik. Papa akan datang di lain waktu. Sekarang Devitaa mau apa? Nanti Papa belikan."

"Aku hanya ingin papa dan mama."

Aku tahu, ucapanku memang mustahil. Mereka tidak bisa menemuiku berbarengan. Apalagi bersama seperti dulu.

Sebelum mendengar jawaban dari papa, aku mendengar suara sekretarisnya yang memanggil dan mengatakan, jika klien sudah datang.

"Nanti Papa akan menelponmu lagi. Papa sayang Devitaa, sampai jumpa."

"Dia duluan mengakhiri panggilan?" Tanya omma dengan ekspresi kesal.

Aku menghela napas berat sambil melelapkan kepalaku ke panguan omma.

"Dia memang memiliki kepala seperti batu karang. Tahu begini, aku tidak akan memilih pantai untuk berbulan madu bersama opamu dulu," ketus omma.

Lagi-lagi aku tidak bisa menahan tawa mendengar ucapan ommaku ini.

-

15.00 : 1 Oktober 2019
Ucu Irna Marhamah

Continue Reading

You'll Also Like

312K 18.3K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
1M 102K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
548K 36.9K 44
menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan segala cara demi bisa di lirik oleh Duke Ar...
590K 49.7K 55
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...