The Last Recipe (Tamat)

By ayufitri_s

401K 34.2K 1.7K

[SUDAH TERBIT] Shalu Yoris Bijani, seorang dokter hewan yang gak suka masak terpaksa harus mempraktikkan 25 r... More

Intro
Bab 1: Shopaholic | 1
Bab 1: Shopaholic | 2
Bab 2: Speechless | 1
Bab 2: Speechless | 2
Bab 3: The Chef | 1
Bab 3: The Chef | 2
Bab 4: Cook for Fun | 2
Bab 5: Fairy Tale | 1
Bab 5: Fairy Tale | 2
Bab 6: Panna Cotta | 1
Bab 6: Panna Cotta | 2
Bab 7: Carpaccio | 1
Bab 7: Carpaccio | 2
Bab 8: Gelato | 1
Bab 8: Gelato | 2
Bab 9: The Past | 1
Bab 9: The Past | 2
Bab 10: Coto Makassar | 1
Bab 10: Coto Makassar | 2
Bab 11: Kitty Clinic and Shop | 1
Bab 11: Kitty Clinic and Shop | 2
Bab 12: Sahlab | 1
Bab 12: Sahlab | 2
Bab 13: Beef Bulgogi Bowl | 1
Bab 13: Beef Bulgogi Bowl | 2
Bab 14: Tarta de Santiago | 1
Bab 14: Tarta de Santiago | 2
Bab 15: Ayam Taliwang
Bab 16: Schwarzwälder Kirschtorte
Bab 17: Ratatouille | 1
Bab 17: Ratatouille | 2
Bab 18: Surprise | 1
Bab 18: Surprise | 2
Bab 19: Engagement Day | 1
Bab 19: Engagement Day | 2
Bab 20: Foie Gras | 1
Bab 20: Foie Gras | 2
Bab 21: Rawon | 1
Bab 21: Rawon | 2
Bab 22: Soup A L'oignon
Bab 23: Mazagran
Bab 24: Rendang
Bab 25: Tacos
Bab 26: Wedding Invitation
Bab 27: Pho
Bab 28: I Miss U, Babe
Bab 29: Candle Light Dinner
Bab 30: Wedding Dress | 1
Bab 30: Wedding Dress | 2
Bab 31: The Truth
Bab 32: Fleur De Lys | 1
Bab 32: Fleur De Lys | 2
Bab 33: Deep Hurt
Bab 34: Final Decision | 1
Bab 34: Final Decision | 2
Bab 35: Where Are You, Chef? | 1
Bab 35: Where Are You, Chef?| 2
Bab 36: How Are You, Shalu? | 1
Bab 36: How Are You, Shalu? | 2
Bab 37: Not A Fairy Tale
PENGUMUMAN!
Gaes, Siap-siap!
OPEN PO!
PO Diperpanjang!

Bab 4 : Cook for Fun | 1

8.5K 737 19
By ayufitri_s

Minggu sore yang cerah. Brahma mengendarai motor sport-nya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dalam hati dia berharap semoga gadis mata panda yang baru kemarin dikenalnya, Shalu, belum terlalu lama menunggu.

Dia sudah berusaha mengondisikan seluruh persiapan di dapur hotel bintang lima milik Tante Mira secepat dan seefisien mungkin, tapi apa mau dikata. Ini hari Minggu, yang mana restoran tak pernah ada jeda dari ramainya pengunjung.

Tante Mira memberinya keringanan supaya Brahma bisa mengajari Shalu memasak setiap weekend. Jam kerja yang biasanya sampai dua belas jam, terpangkas menjadi sepuluh jam saja. Seperti kesepakatan yang kemarin telah dibuatnya bersama Shalu, setiap Sabtu dan Minggu mereka akan bertemu untuk melakukan kursus masak. Cook for fun kalau meminjam istilah Tante Mira.

Awalnya Shalu hanya bergeming seperti patung mendengar ide Brahma yang menurutnya sinting itu. Sabtu Minggu, astaga! Waktu weekend-nya benar-benar akan tersita habis di dapur Tante Mira yang mengkilat! Namun, mau bagaimana lagi, dua puluh lima resep dalam waktu tiga bulan itu tidak memberikan jalan lain.

Paling tidak satu bulannya mereka harus mengeksekusi delapan resep. Entah kebetulan macam apa namanya, dalam satu bulan ada empat minggu dan masing-masing minggu ada dua hari weekend. Jadi, dalam tiga bulan ada dua puluh empat resep yang akan dipraktikkan. Yah, itu pun kalau berhasil.

Brahma segera bergegas begitu melihat Honda Jazz Shalu sudah terparkir di halaman rumah Tante Mira. Awal yang buruk, Brahma! Batinnya.

"Bi Nah, yang tadi saya minta udah disiapin semua, kan?" Sebelum beranjak masuk, Brahma menyapa Bi Nah yang sedang asik menyirami bunga.

Perempuan paruh baya yang sudah mengabdi puluhan tahun pada keluarga sang tante itu mengangguk. "Sudah, Den," jawabnya.

Brahma lalu teringat pada bingkisan yang dia bawa dalam tas ransel. Dikeluarkannya bingkisan tersebut, dan dia minta tolong pada Bi Nah untuk memasukkannya ke dalam kulkas.

"Bi, sudah datang dari tadi?" Sekarang Brahma berbisik-bisik pada Bi Nah, sambil matanya mengerling ke arah Honda Jazz Shalu.

"Non Shalu? Sudah, Den. Dari tadi duduk saja, ditawari apa-apa nggak mau." Bi Nah menjawab sambil berbisik juga. "Eh, cantik ya, Den? Cocok sama Den Brahma," sambungnya.

Brahma tergelak dan hampir melupakan bahwa ada panda marah yang sedang menunggunya di dalam, saat mendengar perkataan Bi Nah barusan. "Hush! Dia calon mantunya Tante, bakal istri Evans, Bi," tutur Brahma sembari berlalu.

Sempat dia dengar di belakangnya, Bi Nah menepuk dahinya yang sudah penuh keriput sambil berucap, "Alamak!"

*

"Gue kira yang namanya chef nggak pernah dan nggak boleh telat." Shalu menyambut Brahma dengan raut wajah kusut masai.

Cowok itu cuma bisa nyengir, dia yakin penampilannya juga tak kalah kusut dari wajah Shalu. Seragam chef-nya masih melekat di tubuh, dan rambutnya pasti awut-awutan. Bukannya itu sudah menunjukkan kesungguhan Brahma untuk sekilat mungkin sampai di sini?

"Sorry, deh. Restoran lagi ramai banget, Shal. Gue udah prepare semuanya dari siang, tapi tetap nggak bisa cabut tepat waktu juga," ujarnya memelas.

Shalu melengoskan wajahnya sambil mendengus 'huh' keras-keras, membuat Brahma kelimpungan dan tak tahu harus berbuat apa. Kursus masak mereka, sesuai kesepakatan, dimulai pukul empat sore. Sekarang?

"O-oke. Kalau gitu kita langsung mulai aja, yuk. Gue nggak usah duduk atau minum dulu. Nggak perlu."

Mendengar perkataan cowok jangkung itu, Shalu semakin merengut. Enak aja dia mau minum atau duduk dulu! Gue nih, udah bangkotan nungguin dari sejam lalu!

Tak tahu saja Shalu bahwa Brahma memang berniat menggodanya, supaya gadis itu bertambah kesal. Makin cantik kalau lagi kesal gitu. Brahma cekikikan sendiri dan berusaha mengenyahkan pikirannya barusan jauh-jauh. Shalu milik Evans!

"Oke. Pertemuan kita pertama ini nggak langsung masak ya, Shal. Ada pelajaran dasar yang wajib lo kuasai buat jadi chef yang handal."

Sekarang mereka sudah berada di dapur. Shalu yang masih tidak mau bicara pada Brahma, hanya duduk di mini bar yang merupakan bagian dari pantry dapur. Saat pertama menjejakkan kaki di dapur ini, Shalu benar-benar terpesona. Dindingnya bernuansa putih bersih, berpadu dengan perlengkapan yang serba metal. Kompor ala dapur restoran, microwave mengkilat, pantry yang elegan, rak-rak gantung yang penuh peralatan masak grade A, sempurna!

Tak ketinggalan sebuah island tempat Tante melakukan step terakhirnya dalam memasak, food plating. Di atas island itu tergantung tiga buah lampu dengan penerangan yang pas untuk kegiatan cook for fun. Pendeknya, dapur Tante Mira adalah tempat yang nyaman dan hangat untuk menghabiskan waktu, seandainya saja Shalu tidak benci memasak.

"Ta-da!" Brahma masih berusaha keras membuat Shalu mau berbicara dengannya. Dia mengeluarkan kain hitam dari saku baju chef-nya, berlagak seperti badut sulap di acara ulang tahun anak-anak.

"Lo harus pakai kain ini buat tutup mata," ucapnya kemudian sembari menyodorkan kain hitam itu pada Shalu.

Shalu termangu-mangu sejenak. "Gue kira kita bakal belajar masak. Atau lo mau main hide and seek?" jawabnya ketus.

Brahma tertawa renyah mendengar gadis di depannya mau angkat bicara. "Kosong satu! Lo mau bicara juga, kan?"

Shalu semakin sebal dan merebut kain hitam itu dari tangan Brahma. Tergesa, dia memakainya sebagai penutup mata seperti yang dikatakan cowok tersebut.

"Cepat selesaiin, Mister Chef yang nggak bisa ngehargain waktu orang! Satu jam gue terbuang sia-sia gara-gara lo!"

Eh? Cewek ini beneran marah? Brahma tersenyum kecut. Penyesalan yang tidak bisa dijabarkan mendadak meliputi hatinya. Dia lalu segera mengeluarkan beraneka bumbu yang sudah disiapkan Bi Nah dalam mangkuk-mangkuk kecil dari lemari kabinet.

"Tugas lo kali ini adalah harus nebak nama dari bumbu-bumbu yang bakal lo cium aromanya. Pastinya nggak boleh ngintip." Brahma menerangkan sambil menyodorkan mangkuk pertama.

Cuping hidung Shalu kembang kempis, mencoba menghirup aroma yang terasa sangat dekat dengan indra olfaktorinya.

"Garlic," ucap gadis itu cepat.

"Right. And this?" Brahma menyodorkan mangkuk kedua.

"Chili of course."

"Then?" Mangkuk ketiga membuat Shalu sedikit mengernyit. Bau harum, segar, bercampur manis menyergap hidungnya.

"Hmm ... come on, Shalu." Brahma menggoda.

Pelipis Shalu semakin berkerut, pertanda dia sedang berpikir keras.

"Oh! Kayu manis!" pekiknya kemudian.

"Pintar! Let's try again!" Brahma menyodorkan mangkuk keempat. Shalu terdiam lama sekali.

"Kapulaga, Shalu."

Mangkuk kelima.

"Ini cengkih, masa kamu nggak tahu?"

Mangkuk keenam.

"Kunyit, Shalu."

Mangkuk ketujuh.

"Come on, ini lada!"

Mangkuk kedelapan.

"Shalu, masa yang ini nggak ketebak juga?"

Shalu menggelengkan kepala. Di luar dugaan Brahma, gadis itu kemudian melepas penutup matanya. "Enough! Lo ngerjain gue, kan? Lo pikir gue tikus pengerat yang bisa seenaknya lo suruh ngendus-ngendus kaya gini! Gue ke sini buat belajar masak, Brahma! Cuma buat nuntasin dua puluh lima resep sialan itu biar gue diterima jadi menantunya Tante Mira! Bukan buat jadi chef! Shit!" Mata Shalu berkaca-kaca, butiran airmata sudah tampak menggenang di pelupuknya. Gadis itu tampak sangat frustasi.

Mendapati Shalu yang tiba-tiba ngamuk, Brahma bergeming. Hanya satu hal yang terbersit di benaknya: kasihan Shalu.

Lo juga yang goblok! Akhirnya Brahma mengumpati dirinya sendiri, meski hanya dalam hati. Baru hari pertama, tapi semuanya sudah berantakan.

===&===

Duh, Brahma belum tahu strategi ngadepin cewek yang lagi PMS nih, kayanya. Hmm, emang Shalu lagi PMS? Kita lihat besok, ya. Kalian ngarepin mereka baikan nggak? Hehe 😅

Kasih komen dan bintang biar aku semangat terus, ya! Maacih! 😍

Salam Spatula,

Ayu 😘

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 476K 49
Deva, cowok dengan segabrek reputasi buruk di kampus. Namanya mengudara seantreo Fakultas Ekonomi sampai Fakultas tetangga. Entah siapa yang mengawal...
1.1M 52.7K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
1.5M 116K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
470K 69.1K 33
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...