BEAUTY VENUS [#4 VENUS SERIES]

By RiriLidya

659K 49.7K 7.1K

The fourth book of Venus Series. [21+] This story about Hera Louiza Vourou (The mother of Venus) More

Beauty Venus (#4 Venus Series)
BEAUTY VENUS
Beauty Venus - Chapter 1
Beauty Venus - Chapter 2
Beauty Venus - Chapter 3
Beauty Venus - Chapter 4
Beauty Venus - Chapter 5
Introducing Characters
Beauty Venus - Chapter 6
Beauty Venus - Chapter 7
Beauty Venus - Chapter 8
OPEN PO VENUS SERIES BOOK 1 & 2
Beauty Venus - Chapter 9
Beauty Venus - Chapter 10
Beauty Venus - Chapter 11
Beauty Venus - Chapter 12
Beauty Venus - Chapter 13
Beauty Venus - Chapter 15
Beauty Venus - Chapter 16
Beauty Venus - Chapter 17
Beauty Venus - Chapter 18
Beauty Venus - Chapter 19
Beauty Venus - Chapter 20
Beauty Venus - Chapter 21
Beauty Venus - Chapter 22
Beauty Venus - Chapter 23
Beauty Venus - Chapter 24
Beauty Venus - Chapter 25
Beauty Venus -Chapter 26
Beauty Venus - Chapter 27
Beauty Venus - Chapter 28
Beauty Venus - Chapter 29
Beauty Venus - Chapter 30
Beauty Venus - Chapter 31
Beauty Venus - Chapter 32
Beauty Venus - Chapter 33
Beauty Venus - Chapter 34
Beauty Venus - Chapter 35
Beauty Venus - Chapter 36
Beauty Venus - Chapter 37
Beauty Venus - Chapter 38
Beauty Venus - Chapter 39
Beauty Venus - Chapter 40
Beauty Venus - Chapter 41
Beauty Venus - Chapter 42
Beauty Venus - Chapter 43
Beauty Venus - Chapter 44
Beauty Venus - Chapter 45
Beauty Venus - Chapter 46
Beauty Venus - Chapter 47
Beauty Venus - Chapter 48
Beauty Venus - Chapter 49
Beauty Venus - Chapter 50
Beauty Venus - Chapter 51
Beauty Venus - Chapter 52
Beauty Venus - Chapter 53
Beauty Venus - Chapter 54
Beauty Venus - Chapter 55
Beauty Venus
C H A P T E R 5 7
C H A P T E R 5 8
C H A P T E R 5 9
THE LAST CHAPTER
RIRI'S NOTE
E P I L O G
NEW STORY!
OPEN PO
OPEN PO BEAUTY VENUS

Beauty Venus - Chapter 14

8.3K 788 46
By RiriLidya

Hera kembali memikirkan malam-malamnya. Satu bulan terakhir Hera bersumpah ia tidak tidur sembarangan. Setelah malam ia bertemu pria beristri di bar, setiap kali Hera mencari sesosok pria untuk menemaninya entah kenapa selalu tidak selesai. Entah itu Hera mendapatkan panggilan mendadak dari Brian atau keluarganya, tapi alasan paling banyak adalah semua teman tidurnya yang tiba-tiba menghilang begitu saja.

Tiba-tiba Hera mengingat kembali pria terakhir yang tidur dengannya. Hera mengingat bagaimana matanya membakar Hera, lengan kekarnya yang kuat dan besar, dan juga brewoknya yang menggelitik daerah intim Hera...

Oh sial... Hera terengah-engah hanya karena memikirkan itu sampai harus merapatkan kedua kakinya.

"Hera, kau baik-baik saja?"

Hera terkejut dan kembali sadar. Ia menoleh dan menggelengkan kepalanya sedikit linglung.

"Kau tidak memiliki niat ingin menggugurkannya, benar?" Dr. Lauren menjadi khawatir.

"Aku tidak akan... Entahlah, Lauren. Kabar ini membuatku bingung... Dan aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan dengan sesuatu di sini." Hera kembali menunjuk perut ratanya dengan gugup.

"Kau bisa menghubungiku jika kau butuh teman."

Hera menghela nafasnya. Ia lalu melirik Dr. Lauren dengan tidak yakin. "Um, Lauren... Aku harap kau tidak mengatakan hal ini kepada keluargaku terlebih dahulu."

Mendapat tatapan serius Hera membuat Dr. Lauren tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Hera mendengus. "Kau pembohong yang buruk, kau tahu?"

"Aku tidak akan mengatakannya kepada Ayahmu dan Kedua kakak tampanmu—" Hera menatap Dr. Lauren tajam. "Tapi ini sudah memasuki akhir bulan yang berarti bulan depan aku akan memberikan kabar ini bertepatan dengan kesehatan kalian sekeluarga."

"Kau tidak perlu, mengerti? Maksudku... Aku yang akan mengatakannya."

Dr. Lauren tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi putihnya. "Dengar, Hera... Jika kau mengalami kesulitan, hubungi aku. Aku akan mendukungmu."

Hera menghela nafas dalam. Ia memejamkan matanya lalu mengangguk. "Thank you, Doctor."

Beberapa menit kemudian Hera pergi bersama Brian yang mengantarnya pulang. Dan Dr. Lauren langsung menghubungi nomor yang sudah ia hapal. Setelah sambungan ketiga, seseorang yang ia telpon akhirnya menjawab.

"Justin, it's me Lauren..."

***

Sabtu adalah hari Venus. Sesibuk apapun Hera selalu menyempatkan waktunya di hari Sabtu siang. Seperti saat ini, ia sudah duduk dengan frustasi di hadapan sahabat-sahabatnya, Venus. Dan ini pertama kalinya Hera datang paling akhir.

Helena, Diana dan Inanna menatap Hera dengan bingung. Tidak biasanya Hera merokok di siang hari dengan wajah kusut. Mereka sangat tahu jika Hera menghisap batang candunya artinya sesuatu sedang terjadi dan wanita itu sedang frustasi.

"Beauty, kau baik-baik saja?" Inanna bertanya. "Apakah seseorang membuatmu marah?"

"Apakah ini tentang perusahaanmu?" Helena ikut bertanya. "Atau apakah Lesley membuatmu kesal?"

"Kau bisa menceritakannya..." Diana tersenyum layaknya malaikat suci.

Hera bahkan tidak memikirkan Lesley lagi disaat Dr. Lauren memberikan bom kepadanya kemarin. Ia kembali menghisap rokoknya. lalu berkata dengan jelas, "I'm pregnant."

Venus terdiam. Mereka menatap lekat Hera cukup lama lalu tertawa terbahak-bahak. Dan Helena yang tawanya paling nyaring. Well, itu merupakan candaan yang lucu bagi Venus. Tidak seharusnya Hera membuat alasan hamil supaya bisa merokok di depan mereka.

"Ya, tertawa lah. Karena aku juga seperti kalian saat mendengar berita sialan ini," gerutu Hera membuat Inanna seketika berhenti tertawa dan disusul Helena dan Diana.

Inanna melirik Hera dengan kaku. "Katakan jika kau sedang bercanda. Karena aku ingin kembali tertawa—"

Hera mengeluarkan satu testpack dari dalam tasnya dan melemparkannya ke meja bundar yang mereka kelilingi. Kemudian Venus mencondongkan tubuh mereka lalu menatap Hera horor.

"Holy shit. Bagaimana ini bisa terjadi?!""

"Oh crap! Ini mustahil."

"What the hell, Beauty!"

Hera kembali menghisap rokoknya lalu berbicara dengan santai. "Aku baru tahu RED sudah berganti menjadi makian."

RED adalah kata kunci disaat mereka akan penuh perhatian membahas tentang sesuatu.

Saat Hera ingin menghisap kembali, Inanna sudah lebih dulu merampas dan membuangnya di dalam gelas Hera. "Apa kau bodoh! Kau sedang mengandung dan kau baru saja merokok?!"

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Karena aku belum paham mengenai ini semua!" Hera ikut berteriak. Entah kenapa setelah berteriak mampu membuat Hera sedikit lega. Kembali ia menormalkan nafasnya yang memburu, mengusap wajahnya lalu menatap Venus bergantian. "Dr. Lauren juga mengatakan hal yang sama untuk berhenti merokok. Tapi aku tidak bisa... Seolah sesuatu di sini yang menginginkannya."

Venus bergidik bersamaan saat bagaimana Hera menunjuk perut ratanya dan menyebutnya 'sesuatu', tidak seperti kebanyakan orang tua.

"Tunggu, kau bilang Dr. Lauren... Bukankah dia adalah dokter keluargamu? Dan aku masih ingat jika dia juga yang mengatakan bahwa kau tidak akan bisa memiliki anak lagi setelah..." Inanna melirik Hera. "Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu?"

Hera mengedikkan bahunya. "I have no idea. Aku sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh hingga malam dan tetap saja kabar ini yang aku dapatkan. Well, God bless me. Dia memberikanku hadiah sebelum waktunya."

Entah itu benar-benar bersyukur atau sindiran dari Hera. Tapi karena mereka sudah terbiasa dengan cara bicara Hera, Venus tidak terlalu keras padanya.

"Bagaimana perasaanmu mengenai ini?" Diana bertanya.

"Aku senang," jawab Hera dengan tenang. Tidak menunjukkan raut bahagia sama sekali.

Oke... Itu tidak terlihat senang. Batin Venus.

Setiap orang-orang disekitarnya hamil dan melahirkan bayi yang sehat, Hera selalu iri dengan mereka karena ia tidak bisa melahirkan anak. Hera sering berandai-andai disaat sendirian, bagaimana jika dia memiliki anak. Apakah dia tidak akan sesedih ini? Apakah Hera akan bahagia setiap harinya? Mengantar anaknya ke sekolah, bermain bersamanya, menyuapinya makanan, bahkan memeluknya jika dia menangis. Andaikan...

Hera juga seorang wanita. Siapa yang tidak ingin memiliki anak di umur seperti ini? Dia sudah berusia 30 tahun. Sudah waktunya menikah dan memiliki 2 anak. Hera menginginkan itu semua.

Jadi, jika ditanya apakah dia senang atau tidak dengan berita ini? Tentu saja ya! Tapi sedikit takut. Bagaimana jika dia mengalami keguguran lagi?

"Dan bagaimana dengan ayah biologisnya?" Pertanyaan hati-hati Diana membuat Helena dengan cepat menyambar testpack.

"Tenang, Beauty... Kita sudah memegang barang bukti, pria itu tidak akan lari begitu saja setelah melakukan hal yang tidak senonoh kepadamu." Helena hendak memasukkan 'barang bukti' tersebut ke dalam tas, namun Hera dengan cepat mengambilnya kembali.

"Tidak ada barang bukti. Tidak ada pertanggungjawaban. Tidak ada pria. Sejujurnya aku lebih memilih membuang barang bukti ini dan mengurus masalah ini sendiri."

Hera pernah mengalaminya saat masih sekolah. Dia hamil, pria itu tidak bertanggungjawab, malah mengatakan bahwa Hera berbohong dan hanya ingin kembali dengannya. Pertengkaran pun terjadi demi memaksakan si pria untuk bertanggung jawab namun hasilnya ia di dorong dan jatuh, si pria tanpa menoleh sedikitpun pergi meninggalkan Hera yang pendarahan.

Cukup dengan itu saja bisa membuat Hera berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak bergantung pada pria. Juga, ia lebih dari berkecukupan. Jika dia ingin menuntaskan kebutuhannya, Hera bisa mencari pria acak di bar. Well, dia memang tidak butuh pria untuk masa tuanya.

"Aku kaya, aku bisa menghidupi kami berdua. Jadi aku tidak akan meminta pertanggung-jawabannya. Lagipula aku saja tidak tahu dimana Miguel tinggal."

"Miguel?" Venus serempak bertanya dengan bingung.

Hera terdiam. Sial, dia keceplosan.

Continue Reading

You'll Also Like

48K 4.1K 21
[BXB] [M] [Ft. DongMark] "It's not the stab in the back that kills you, it's when you turn around and see whose holding knife." Inspired by manhwa 'T...
162K 8.3K 54
Sequel 'After You-came and changed my life' series kedua novel keluarga Anderson. Dianjurkan untuk membaca 'After You-came and changed my life' terle...
1.6M 76.3K 41
Tidak lagi... pikirku seketika setelah menyadari siapa yang ada dihadapanku. Bagaimana mungkin aku terjebak di lubang yang sama, bahkan kali ini luba...
259K 11.1K 49
Note : Sebagian Chapter di private. Harap follow akun ini sebelum membaca karyanya. **** Evelyn Ainsley Crawford seorang wartawan yang sangat mendam...