GIZLI

By Yyuni19

34.3K 2.6K 488

FOLLOW AUTHOR DULU, JIKA BERKENAN😉 [BELUM REVISI ] ✅ Ini kisah antara aku dan dia yang berubah menjadi kita... More

INFO PENTING!
PROLOG
Gizli | 01
Gizli | 02
Gizli | 03
Gizli | 04
Gizli | 05
Gizli | 06
Gizli | 07
Gizli | 08
Gizli | 09
Gizli |10
Gizli | 11
Gizli | 12
Gizli | 13
Gizli | 14
Gizli | 15
Gizli | 16
Gizli | 17
Gizli | 18
Gizli | 19
Gizli | 20
Gizli | 21
Gizli | 22
Gizli | 23
Gizli | 24
Gizli | 25
Gizli | 27
Gizli | 28
Gizli | 29
Gizli | 30
Gizli | 31
Gizli | 32
Gizli | 33

Gizli | 26

807 31 0
By Yyuni19

Sebuah foto dimana menunjukkan anak laki-laki dan perempuan tengah tersenyum menghadap kamera.

Dibaliknya foto itu, bertuliskan 'RA yang giginya ompong.'

"Apa maksudnya?" Alta bertanya-tanya. Kemudian dilihatnya lagi kotak itu, terkahir ada sepucuk surat disana.

Rara sayang Pororo
Pororo juga harus sayang Rara ya!
Gak mau tau pokoknya harus!
Kata Pororo, kalo sahabatan berarti saling sayang kan?
Kita sahabatan kan Ro, hehehe

Dibawah tulisan itu ada dua tanda tangan, bertuliskan Pororo nya Rara.

"Pororo?Ada kali ya nama selucu ini. Mana nih tulisan kayak ceker kambing lagi, masih bagusan juga tulisannya si Gibran." Alta terkekeh kecil.

Ditatapnya lekat foto dua sejoli itu. Tunggu. Tunggu dulu. Rasanya aneh, seperti deja vu.

Kepala Alta pusing bukan kepalang. Rasanya semua berputar.

'Pororo jangan jauh-jauhhhh Rara takuttt.'  Bocah laki-laki itu mengajak Rara berkeliling komplek.

'Hahaha Rara jangan takut kan ada aku.'

'Tapi nanti Mama aku nyariin,Pororo ih!'

'Ra, aku mau pindah. Kamu baik-baik ya.' Bocah itu menepuk kepala Rara dengan halus dan penuh perasaan.

'Hiksss....terus kalau Pororo pergi Rara sama siapa?'

'PORORO JAHATTT!'

BRAK...

Semuanya buram dan gelap. Alta jatuh pingsan karena terlalu memaksakan diri.

Tak lama setelahnya, Mama Alta datang. Awalnya dia ingin mengajak Alta makan bersama.

"ALTA AYO MAK-" Mata Mama Alta membelalak seketika.

"ALTA YAAMPUN!" Dia menghampiri Alta dan menepuk pipinya.

"Bangun Alta, suka heran deh gak bapak gak anak sama-sama pengen dibikin pepes kayaknya. Hobi banget bikin orang jantungan," keluh Mama Alta.

🍂🍂🍂

"Yah Fi, masa gak bisa sih?" tanya Zeta.

Sebenarnya kalau boleh jujur, Fio tidak tega melihat Zeta seperti itu.

Ya habis gimana, nanti kalau kesana yang ada malah ketemu sama Dafrel deh.

"Sorryyyy banget Ta, gue bener-bener gak bisa. Udah ya gue dipanggil nyokap nih, bye!"

Zeta menghela nafasnya lelah. Dafrel tidak ada, Darel? Tidak tidak, jangan tanyakan dia.

Sudah bisa ditebak jawaban Darel apa, bahkan sebelum bertanya. Akhirnya,
Zeta memutuskan untuk pergi sendiri.

"Bingung banget mau beli yang mana, rasanya pengen borong semua ih. Tapi duit gue gak cukup pastinya," Zeta menghela napas gusar.

Dilihatnya satu buku yang menurutnya menarik. "Cinta gak cinta, teori gak teori. Bagus nih." Dengan tergesa dia berjalan ke arah kasir untuk membayar.

"Ke supermarket enak kali ya beli yang adem-adem, mumpung duit masih cukup hihi." Zeta tertawa geli.

Di sisi lain ada seseorang yang dari tadi mengikuti Zeta namun Zeta tidak sadar. "Kebiasaan, lo masih sama ternyata Ta," ucap orang itu.

Setiap Zeta melangkah, orang itu salalu mengintai dari jauh. Kini Zeta sedang duduk di salah satu tempat duduk depan supermarket.

Dirinya sungguh merasa risih, seperti ada yang menatap tapi tak tahu siapa.

"Merinding amat buset, siapa sih yang ngelihatin gue." Zeta celingak-celinguk di tempat.

Saat menoleh ke sisi kanan, di balik tembok ada orang berjaket hitam sedang membalikkan badan.

"Itu orang mencurigakan banget sih, gue samperin ah," kata Zeta. Oke jangan salahkan sifat kekepoan Zeta yang sudah mendarah daging.

1...2...3!

"Kok gak ada orang sih!?" Tiba-tiba ada yang mendorongnya dari belakang. Alhasil Zeta tersungkur dengan gaya paling tidak efektif.

"Aduhh! Sakitttt, Gue sumpahin yang dorong gue—"

"APA HAH?!" sahut orang itu. Zeta menoleh ke belakang. Dia Jesy, orang yang sangat ingin dihindari Zeta.

"Maksud lo apaan hah!" sentak Zeta, baru saja berdiri dengan tertatih, Jesy kembali mendorongnya kembali hingga terjatuh.

Sebenarnya Zeta takut pada Jesy, namun ia juga tidak ingin ditindak terus menerus oleh nyai itu.

"Aww! Badan guee..." lirih Zeta.

"Heh cabe! Denger ya, gue ingetin sekali lagi sama lo. Jangan pernah deketin Dean ataupun Alta. Lo gak pantes buat mereka, ngaca!" sentak Jesy.

Zeta melongo, 'Jadi cuman gara-gara cowok?! Nih cewek agresif banget sih," batinnya.

"Heh monyet Afrika! Denger ya, gue gak deketin siapa-siapa. Merekanya aja tuh yang nyari masalah mulu sama gue. Labrak aja mereka, napa jadi gue yang disalahin sih?!" Zeta kesal sekesal-kesalnya.

"YA KARENA LO NYA KECENTILAN CABE!"

Zeta membelalakkan matanya. "Cabe kok teriak cabe," sengit Zeta.

"Apa lo bilang?!"

Zeta menatap Jesy malas, "Kuping lo bermasalah ya?"

"Lo—" Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyela perdebatan kedua cewek ini.

"Gak usah ribut di tengah jalan."

Zeta menoleh, dia ingat! Orang itu, orang yang sempat menolongnya saat diganggu preman.

"Apaan sih lo, dateng-dateng ganggu aja, pergi sana!" usir Jesy.

" Gue emang gak ada urusan sama kalian, tapi gue mewakili masyarakat yang keganggu gara-gara kalian berdua ribut."

"Halah sok iyes lo! Presiden aja gak ngelawan gue, lah lo?! Cuma rakyat biasa aja sok-sok an."

Zeta menyentak bahu Jesy. "Heh ngaca! Lo juga rakyat biasa rong," ucapnya.

"Yang rakyat jelatah diem! Gue ngomong sama dia bukan sama lo," kata Jesy sambil menunjuk satu per satu.

"Heh terong merah! Gak punya kaca hah?! Yang lebih jelatah tuh lo, cinta aja pakek ngemis segala. Ngotak mbak," sindir Zeta.

Jesy melongo. "LO-"

"GUE BILANG DIEM KALIAN!" Orang tadi membentak Jesy dan Zeta.

"LO YANG DIEM!! GAK LIAT KITA LAGI BERANTEM! " sentak dua cewek itu bersamaan.

Oke. Dua lawan satu. Mulut lawan mulut sudah pasti orang tadi kalah. Orang itu menarik tangan Zeta, sebelum perang dunia terjadi.

"EH EH MAU KEMANA LO!?" Teriak Jesy namun tak dihiraukan sama sekali.

Saat sudah sampai di depan motor orang itu, "Naik!" Perintahnya.

Zeta menggeleng. "Kita aja gak kenal gimana gue bisa percaya," ucap Zeta sembari menunduk.

Orang tadi mengusap pucuk kepala Zeta dan mendekap Zeta erat. "Gue kangen.." lirihnya.

Zeta terkejut. Dekapan orang ini sama persis seperti, Ah! Tidak mungkin.

Dekapan tadi terlepas paksa. "Apa-apaan lo meluk anak orang gitu aja?!" kesal Axel yang tiba-tiba datang.

Zeta mematung di tempat. Matanya menatap lurus ke arah orang tadi. "Gue gak ada urusan sama lo." Lantas melenggang pergi begitu saja.

"Dih tuh orang habis meluk pergi gitu aja, gak jelas. Lo gak papa kan Ta?" tanya Axel khawatir.

Zeta menggeleng. "Yuk pulang," ajak Axel.

'Kenapa rasanya sama?' batin Zeta.

*****

Hai!
Hayo kira-kira siapa orang jaket hitam tadi?
Next?
Aku akuin, ini part paling gak jelas haha. Tapi gimana setelah baca ini? Coment ya....

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.1M 219K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
912K 13K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1.7M 77.8K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...