Renjun's POV
Aku sudah menjadi anak SMA.
"Halo. Namaku Renjun. Semoga tahun ini aku bisa dekat dengan teman-teman semua."
Semua anak menatapku dengan kagum. Aku terus menjadi cantik dan harus terus menjadi cantik. Apakah di sini aku juga yang paling cantik?
"Halo. Namaku Lee Donghyuck."
"Kau satu SMP dengan Renjun?"
"Iya."
"Apakah kalian dekat?"
"Aku menganggapnya teman."
Kupikir ia sudah gila. Padahal kita hanya pernah berbicara beberapa kali.
"Renjun kurus. Aku suka."
"Tidak. Dejun juga langsing."
"Aku saja perlu menurunkan sepuluh kilogram. Apakah kau pernah diet?"
"Ti, tidak."
"Benar. Anak sepertimu pasti kurus sejak lahir. Enak sekali. Kau pasti tidak perlu menghitung kalori sebelum makan."
Dan aku hanya tertawa.
"Makan siang hari ini menunya ayam!"
"Baguslah! Aku ingin menambah dua kali!"
"Memangnya kau anak sekolah dasar?"
"Renjun tidak makan ayam? Sedang dietkah? Bagaimana jika aku yang makan?"
"Apa? Jangan! Tidak boleh. Aku suka sekali ayam, jadi makannya disayang-sayang."
Lalu setelahnya aku pergi ke toilet untuk memuntahkan makanan yang telah kumakan, tetapi ketika aku selesai melakukan hal itu, Donghyuck ternyata sedang berdiri di depan pintu toilet. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa ia tidak tahu. Pasti ia hanya mengira bahwa aku muntah karena sakit perut.
Lee Donghyuck itu benar-benar menyebalkan. Ia seperti meremehkanku. Memangnya aku terlihat mudah diremehkan?! Aku ini cantik! Paling cantik!
"Dasar anak brengsek! Rambut ini! Rambutmu ini! Jika memang tidak ingin keramas, potong habis saja semua! Kasihan sekali kau mirip dengan ibumu yang jelek!"
Dan hari itu aku berani melawan nenekku yang lagi-lagi menarik rambutku dengan kasar. Kupukul tangannya dengan keras dan meneriakinya.
"Brengsek! Yang jelek itu kau! Tua bangka! Aku akan mati sebelum menjadi tua sepertimu! Dasar brengsek!"
Walaupun pada akhirnya aku mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari ayahku.
"Ruang yang dipakai untuk gudang sudah dibersihkan. Kekasih ayah pergi karena kau. Harusnya kau merasa bersalah!"
Tidak peduli. Pokoknya aku akan terus menjadi cantik. Dengan begitu orang-orang tidak akan meninggalkanku.
👶
Aku ingat saat itu liburan musim panas baru saja berakhir.
"Hai, Renjun."
"Eh?"
"Renjun saja tidak mengenalimu."
"Renjun, ini Dejun. Hebat, bukan?"
Dejun tersenyum, "Aku melakukan operasi mata saat liburan."
"Benar-benar hebat. Aku baru pertama kali melihat yang secantik dirimu."
Dan aku hanya mampu terdiam.
"Sudah lihat Dejun?"
"Yang berubah hanya matanya, tetapi langsung cantik seperti itu."
"Gila. Cantik sekali. Keputusan bagus membuat lipatan mata."
"Apakah aku juga harus?"
"Dejun..."
"Dejun..."
Dejun, Dejun, Dejun, Dejun. Aku takut. Bukankah ini tidak adil? Jika menjadi cantik semudah itu, lalu aku? Aku harus bagaimana? Hanya ini yang kumiliki. Bagaimana dengan aku yang hanya beruntung karena lahir dengan wajah cantik? Mana bisa kau mengambil milikku dengan licik seperti itu!
"Aku berpacaran dengan Kunhang."
"Akhir-akhir ini kau populer, Dejun."
"Kunhang harus pintar menjaga kekasihnya!"
Padahal sebenarnya Kunhang adalah anak laki-laki yang menyukaiku.
Dan sekarang peringkatku telah tergeser oleh Dejun.
Aku takut.
Takut.
Takut.
Takut, takut, takut.
"Kunhang meminta untuk putus." kata Dejun sambil menangis.
"Jadi, Kunhang sekarang dengan Renjun?"
"Langsung setelah putus dengan Dejun?"
"Apa-apaan orang itu?"
Kukatakan pada orang-orang bahwa aku tidak bersalah.
"Aku awalanya tidak ingin memberitahu karena takut Dejun terluka, tetapi gosipnya... Padahal aku sudah menolaknya dengan tegas. Aku benar-benar merasa bersalah."
"Itu bukan salahmu."
Memang aku lebih cantik.
"Dejun, kau tidak apa-apa?"
"Apakah hanya aku yang berpikir bahwa Renjun sengaja?"
"Sebenarnya aku juga."
"Benar. Bukan hanya aku yang merasa bahwa ia terus mendekati Kunhang."
Dan aku langsung dijauhi.
"Akhir-akhir ini aku merasa dijauhi anak-anak perempuan dan submisif."
"Kau? Mengapa?"
"Tidak tahu. Mungkin karena masalah Kunhang."
"Bukankah mereka sirik?"
Tiba-tiba saja, Lee Donghyuck itu menghampiriku.
"Kau tidak butuh teman?"
"Apa maksudmu? Aku memiliki banyak teman. Omonganmu selalu aneh."
"Jadi, kau puas?"
"Kau juga ingin mencaci aku? Jika iya, langsung saja."
"Padahal aku menganggapmu sebagai teman, tetapi sepertinya aku tidak pernah sekali pun melihat dirimu yang sebenarnya. Jika kau seperti ini terus, ke depannya kau juga tidak akan pernah memiliki teman."
Lalu, Kunhang terus saja mendekatiku.
"Kau mengerti, bukan? Dejun itu temanku, jadi maaf."
"Tetapi, bukankah aku masih memiliki harapan? Aku bisa menunggu sebentar lagi, bukan?" Kunhang menarik lenganku dan pikiranku langsung mengarah pada perkataan ibu.
"Kau pasti tidak tahu anakmu yang tampan itu seperti apa! Jika bukan karenanya-"
"Lepas!" Kuhentakkan tangan lelaki itu sehingga ia kebingungan. Aku melarikan diri dari hadapannya yang terus saja memanggil namaku.
Tidak masalah. Aku hanya akan selalu menjadi cantik. Jika aku menjadi cantik, pasti orang-orang akan selalu ada di sekitarku. Aku tidak akan dibuang.
👶
🦄nanapoo