67. Dua Orang, Dua Tangan

7.1K 1.2K 46
                                    

"Tamat sudah! Aku sudah tamat! Sekarang aku..."

"Tunggu, Renjun. Tenang dulu." kata Jaemin, padahal dirinya sendiri pun gugup dan takut. "Kau harus lepaskan itu."

Tubuh Renjun bergetar. Ia tidak mempedulikan perkataan Jaemin, "Sekarang aku..."

"Hentikan!" Jaemin memberanikan diri untuk meraih tangan Renjun, "Sekarang kau sedang sangat syok, jadi—"

"Lepaskan aku!" Renjun meronta.

"Kau benar-benar baik-baik saja! Aku serius! Tenang dulu sedikit!"

"Diam!" sentak Renjun, "Memangnya kau siapa?! Tamat! Sudah tamat! Kumohon! Biarkan aku mati!"

"Tenang dulu! Tenang dan lihatlah! Kau tidak apa-apa!" Jaemin membuka kamera depan di ponselnya dan menunjukkannya pada Renjun. Begitu melihat itu, Renjun langsung memegangi wajahnya dan merengek. Nafasnya tersengal-sengal.

"Tidak apa-apa." Jaemin mencoba menenangkan Renjun. Ia menuangkan air ke wajah lelaki mungil itu sebagai pertolongan pertama, "Pokoknya seperti ini dulu. Kau pasti takut. Sekarang sudah tidak apa-apa. Kita ke rumah sakit sekarang."

"Diam." kata Renjun lirih, "Jangan berpura-pura baik padaku."

"Sekarang bukan waktunya berbicara seperti itu."

"Kubilang pergi!" Renjun menampar Jaemin dengan keras, "Mengapa kau?! Mengapa harus kau?! Mengapa harus orang sepertimu yang membantuku?! Siapa juga yang meminta bantuan dari orang sepertimu?! Mengapa?! Mengapa yang sepertimu?!"

Jaemin terkejut ketika Renjun mendorongnya dengan sebelah tangan yang memegang beling. Lelaki mungil itu terus saja berteriak sembari memukuli tubuh Jaemin, "Selalu berpura-pura ingin menolongku! Mengapa selalu bersikap seolah kau berada di atasku?! Mengapa selalu bersikap seolah kau lebih bahagia daripada aku?! Padahal kau tidak lebih cantik dariku. Kau tidak cantik!"

"Sudah cukup!" bentak Jaemin. Renjun terdiam dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Jaemin benar-benar marah sekarang.

 Jaemin benar-benar marah sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku juga benci sekali padamu. Kau sangat menyebalkan! Kau tahu?! Aku seperti berbicara dengan tembok setiap berbicara padamu! Memang aku tidak cantik! Aku melakukan operasi plastik! Aku monster operasi plastik! Seperti katamu, dulu aku tidak bahagia karena aku tidak cantik! Lalu, bagaimana denganmu?! Memangnya kau bahagia karena kau cantik?! Mengapa?! Mengapa kita harus seperti itu?! Mengapa kita harus melakukan diet padahal sudah kurus?! Mengapa kita harus memuntahkan makanan, berusaha menjadi cantik hingga menggunakan pisau, dan membedakan orang dari wajah?! Dan sekarang kita bertengkar satu sama lain! Mengapa kita harus seperti itu?!"

Renjun menatap Jaemin yang kini juga menangis.

"Mengapa juga kita harus menjadi cantik? Itu bukan salah kita. Aneh jika kita tidak bisa berbahagia karena hidup dengan menyulitkan diri seperti itu. Sekarang aku akan memikirkan bagaimana cara agar aku bisa benar-benar bahagia. Aku akan seperti itu!" kata Jaemin setelah agak tenang.

Di sisi lain, Jeno sudah berhasil menangkap Jisung dan menyerahkannya pada polisi yang datang.

"Jika sudah mengerti, sekarang kita ke rumah sakit." Jaemin mengambil beling yang ada di tangan Renjun.

👐

Dimasukkan ke tempat sampah, ditolak oleh ibunya, Lee Donghyuck yang meremehkannya, Wong Kunhang yang memaksa untuk menjadi kekasihnya, dan Renjun terbangun setelah mimpi-mimpi itu datang padanya. Wajahnya ditempeli plester dan cahaya matahari pagi masuk melalui jendela rumah sakit. Lelaki mungil itu berusaha duduk dan menemukan Jaemin yang tertidur dengan meletakkan kepala di sisinya. Tangan lelaki manis itu berada tepat di atas tangannya.

Jaemin tampak benar-benar kelelahan.

👐

🦄nanapoo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominOn viuen les histories. Descobreix ara