70. Sekarang

8.3K 1.3K 23
                                    

"Aku mulai memelihara kucing liar yang kuberi makan beberapa kali. Ia sangat penurut, jadi tanpa sadar kubawa pulang. Saat dibawa ke dokter hewan, dokter mengatakan bahwa ia sehat, tetapi harus diberikan beberapa vaksinasi." Renjun meletakkan kedua tangannya di atas meja, "Aku butuh uang untuk memeliharanya, jadi aku harus bekerja sambilan. Aku ingin kucing itu sehat."

"Renjun terlihat senang. Kau sangat menyukai kucing? Apakah kau masih belum bertemu dengan seseorang?"

"Orang... Hanya kadang-kadang, teman perempuan di apartemen yang sama." Renjun mengalihkan pandangannya dari sang psikiater, "Sebenarnya kami tidak terlalu dekat, tetapi ia perhatian sekali. Aku jadi tidak enak menolaknya."

"Berarti kau punya teman baru."

"Aku tidak mengerti apa itu teman." kata Renjun lesu.

"Jika kalian berdua saling menganggap bahwa kalian adalah teman, bukankah artinya kalian berteman?"

Dan Renjun tidak menjawab. Ia keluar dari ruangan terapi beberapa menit setelahnya. Entah mengapa, ia ingin berjalan-jalan sedikit. Ketika matanya berhenti di kafe yang pernah dikunjunginya bersama Jaemin dan Jeno, ia langsung mengingat kejadian saat itu.

"Apa-apaan kau? Jika memang tahu seperti itu—"

"Tidak! Jangan salah paham!" Jaemin memotong ucapan Jeno, "Kita tidak ingin makan berdua dengan nyaman atau bagaimana pun!"

Renjun tersenyum sambil menopang wajahnya dengan sebelah tangan. Jaemin berdiri dan bergegas meninggalkan mereka, "Aku benar-benar minta maaf! Bersenang-senanglah!"

"Apa?!" Jeno ikut bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan Renjun sendiri.

Renjun berjalan lagi dan kini pandangannya terpaku pada restoran ayam yang pernah ia kunjungi bersama Yootae.

"Kau pikir ini bercanda?!"

"Aku sudah menjelaskannya!" Yootae mencengkeram tangan Renjun.

"Hentikan!" teriak Jaemin, lalu muntah.

"Padahal aku sudah tidak mempedulikanmu, tetapi kau tetap mendekatiku."

Renjun merasa dirinya memikirkan hal-hal yang tidak berguna hingga pandangannya jatuh pada sebuah toko parfum dengan nama Pandora.

"Aku tidak memakai parfum. Aroma buatan seperti itu tidak cocok untukku. Aku lebih suka keharuman yang alami. Orang paling cantik jika natural, bukan? Entah dalam keharuman atau pun hal lainnya."

Lelaki mungil itu tidak tahu mengapa ia memutuskan untuk masuk. Dirinya langsung disambut oleh seorang wanita begitu memasuki toko itu.

"Selamat datang. Sekarang pemilik toko ini sedang tidak ada di tempat. Apakah ada yang Anda cari?"

Renjun terkejut, lalu menjawab cepat, "Tidak ada

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Renjun terkejut, lalu menjawab cepat, "Tidak ada. Sepertinya aku salah memasuki toko. Maaf."

Yoona menatap punggung Renjun begitu lelaki mungil itu berbalik hendak pergi, "Karena terlanjur salah masuk, lebih baik lihat-lihat saja. Mencoba mencium parfumnya saja juga boleh. Apakah biasanya Anda memakai parfum?"

"Tidak. Tidak pernah." jawab Renjun sambil melihat parfum yang berjejer di meja.

"Ini yang paling populer di kalangan mahasiswa sepertimu. Lalu yang ini juga banyak yang suka." Yoona menjelaskan satu per satu.

"Semua nama parfumnya..."

"Diawali dengan kata wanita? Ya, itu memang konsepnya." Yoona menatap Renjun yang sedang mencium aroma salah satu parfum, "Bagaimana aromanya?"

"Aku tidak tahu. Aku tidak begitu tahu sisi bagus dari parfum. Orang lain menyukainya, tetapi sepertinya aku tidak cocok dengan parfum."

"Mungkin saja kau belum menemukan parfummu sendiri." jawab Yoona.

"Parfumku sendiri?"

"Iya. Karena aroma setiap orang berbeda-beda."

Renjun tidak tahu harus menjawab apa. Ia kembali melihat-lihat parfum yang lain, "Ini..."

"Banyak sekali yang memperhatikan parfum ini karena namanya cantik. Banyak juga yang membelinya untuk hadiah. Aromanya sangat cocok dengan namanya ; lovely and romantic. Ingin mencoba mencium aromanya?"

"Iya." Dan Renjun memutuskan untuk membeli parfum itu. Ia juga tidak tahu mengapa ia membelinya. Lelaki mungil itu juga memotong rambutnya untuk memulai perubahan di dalam hidupnya. Renjun berjalan tak tentu arah hingga tidak sadar jika ia sempat berpapasan dengan Lee Donghyuck.

"Ada apa, Donghyuck?"

Donghyuck memandang ke arah Renjung pergi, "Tidak. Sepertinya mirip dengan teman lamaku."

🌇

"Hei."

Jeno yang sedang memainkan ponsel dan meminum minuman ringan di minimarket menoleh ketika mendengar suara Renjun, "Iya. Kau sudah lebih baik?"

Renjun tertawa, "Tidak perlu berpura-pura mengkhawatirkanku

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Renjun tertawa, "Tidak perlu berpura-pura mengkhawatirkanku."

"Jadi, apa maumu?" tanya Jeno tajam.

"Tidak ada. Memangnya aku tidak boleh menyapamu? Aku tidak tahu kapan akan kembali kuliah, jadi sepertinya sekarang kita tidak akan memiliki alasan untuk bertemu lagi. Padahal biasanya kau tidak menyapaku saat kita berpapasan. Mungkin sekarang kau merasa iba denganku." Renjun tertawa getir, "Aku pergi dulu. Sampai jumpa. Oh ya, ada yang ingin kukatakan untuk terakhir kalinya. Kau tahu? Sedetik pun aku tidak pernah suka padamu, jadi jangan salah paham. Aku mengatakan ini demi kebaikanmu."

Dan Jeno menggerutu ketika Renjun sudah melangkah pergi, "Sifatnya itu..."

🌇

🦄nanapoo

[✓] my id is gangnam beauty | nominDonde viven las historias. Descúbrelo ahora