Cinta Selow

By shepenulish

59.3K 4.2K 643

sebuah kisah cinta yang didasari jalani saja. More

Cast
Tawaran
Sepakat
Action
Take #1
Take #2
Take #3
Take #4
Take #5
Take #6
Take #7
Take #8
Take #9
Take #10
Take #11
Take #12
Take #13
Take #14
Take #15
Take #16
Take #17
Take #19
Take #20
Take #21
Take #22
Take #23
Take #24
Take #25
TAKE #26
Take #27
Take #28
Take #29
TAKE #30
TAKE 31
Take 32
Take 33

Take #18

1.6K 126 24
By shepenulish

Hari demi hari berlalu. Jika seminggu terakhir Omar dan Syifa selalu menantikan hari kunjungan pertama ke rumah orang tua mereka. Kini rasanya tidak ada lagi yang benar-benar mereka tunggu. Karena berkunjung pun bisa kapanpun. Kini mereka benar-benar hanya melewati setiap hari setiap waktu dengan Menjalaninya saja seperti seharusnya.

Namun semua hal yang mereka lalui membuat mereka semakin terbiasa bersama, terbiasa saling membutuhkan, saling memperhatikan, saling menolong, dan saling melengkapi satu sama lainnya.
Bahkan Omar dan Syifa juga menjadi saling terbiasa iseng karena mau tidak mau terkadang jiwa jailnya kumat. Dan apa boleh buat hanya bisa menjadikan satu sama lain sebagai mangsa kejailannya.

Seperti ketika di suatu pagi yang sibuk dan bersiap melakukan aktivitas, Syifa yang sedang makeup di depan cermin, walaupun hanya makeup dasar seperti memoleskan pelembab wajah, bedak, dan lipstik, tapi otomatis Syifa pasti focus dong. Eh, tiba-tiba saja Omar mencuil pinggang Syifa hingga Syifa terperanjat, kebetulan pas Syifa lagi pake lipstik. Mencoeng lah tuh lipstik sampe ke pipi.

Dan entah kenapa wajah grampy Omar yang khas itu juga menjadi nular ke Syifa. Saat kena jail Omar otomatis Syifa pun memasang wajah grampy nya dan hanya menatap Omar tajam tanpa kata yang justru malah membuat dirinya terlihat menggemaskan.

Sedangkan Omar hanya bisa tertawa puas karenanya. Meski begitu Omar tetap tanggung jawab atas kejailannya walau sambil tertawa-tawa tapi Omar segera membantu Syifa membersihkan lipstik yang mencoeng pipinya itu dengan tangannya. Sambil tidak lupa minta maaf walau tanpa merasa bersalah.

Tentu saja dengan kerendahan hati Syifa pasti memaafkannya. Tapi Syifa pun sudah pasti akan membalasnya tanpa ragu jika ada kesempatan hhmmm.

Begitulah kelakuan Omar dan Syifa kapanpun ada kesempatan keduanya akan saling menyerang. Jadi waspadalah, waspadalah.
Tapi serangnya versi Omar Syifa. Bukan versi bang Dito dan bang Aldo. Pokoknya banyak Hal-hal sederhana yang mereka lalui, mereka lakukan, yang membuat mereka semakin terbiasa dekat.

***

Rossi dan Ochi juga tetap menjadi tetangga yang baik. Dan teman lama yang baik bagi Omar. Dan Tara pun menjadi orang baru yang kadang-kadang mereka temui di saat-saat tertentu.

Siang ini di hari Sabtu yang membuat diri malas. Omar sedang tiduran di kasur dalam kamar sedangkan Syifa sedang duduk-duduk santai sambil ngotak ngatik hape di sofa di ruang keluarga.

Tiba-tiba saja Ochi membuka pintu sambil memanggil Syifa riang. Ochi memang sudah terbiasa keluar masuk sesuka hati ke rumah Marfa. Syifa dan Omar juga terbiasa membiarkan pintu tanpa kunci soalnya.

"Tante, kata mamah nanti malam makan di rumah aku ya. Mamah ulang tahun jadi mau makan-makan di rumah. Om sama Tante harus ikut. Gak boleh nolak. Ochi sekarang mau belanja sama mamah, dadah Tante."

Ochi bahkan tidak memperdulikan tanggapan dari Syifa. Dia langsung saja pergi dengan semangatnya setelah menyampaikan niatnya. Dan dari dalam mobilnya Rossi yang sedang menunggu Ochi pun berteriak keras.

"Jangan lupa ya, Syif!"

Syifa pun hanya bisa tersenyum menanggapi mereka. Lalu beranjak naik ke lantai atas untuk menghampiri Omar dan menyampaikan informasi dari Ochi barusan.

Sesampainya di kamar Omar sedang tiduran dan malas-malasan.

"Kak, barusan Ochi datang." Syifa langsung bicara menyapa suaminya itu sambil duduk di pinggiran kasur tepat di sisi Omar.

"Udah biasa kan." Sahut Omar langsung tertuju pada Syifa.

"Dia ngasih tau, katanya mbak Rossi ultah. Mereka ngundang kita makan malam bersama malam ini di rumah mereka." Syifa menjelaskan dengan santai.

"Hah? Rossi ultah?"

"Kak Omar gak tahu?"

"Tahu sih, tapi udah gak pernah ngingetin."

"Wajar sih." Syifa tersenyum menanggapi jawaban Omar.

"Kok, Wajar?" Omar malah heran.

"Kalau kak Omar inget, itu baru gak wajar."

"Iya juga ya. Secara aku udah lama banget gak bareng Rossi."

Omar dan Syifa pun lanjut mengobrol. Dan berdiskusi setidaknya mereka harus menyiapkan kado untuk Rossi.

Sejujurnya dalam hatinya Syifa merasa cukup senang karena dengan ini rasanya Syifa merasa mendapat penjelasan secara tidak langsung bahwa Rossi memang tidak memiliki arti lebih dari sahabat lama bagi Omar. Pokoknya ini tuh mood booster yang gak disangka-sangka deh bagi Syifa.

***

Ketika waktu malam tiba, Omar dan Syifa pun datang ke rumah Rossi dan Ochi memenuhi undangan mereka. Ternyata Tara dan kedua orang tua Rossi juga hadir dalam acara itu.

Omar dan Syifa juga tidak lupa memberi kado sederhana yang dengan sengaja mereka sempatkan cari sore tadi.

Makan malam bersama inipun berlangsung ramai, hangat dan penuh kekeluargaan. Semua makan dengan lahap dan banyak saling berbagi cerita.

Omar juga terlihat begitu akrab dengan kedua orang tua Rossi. Tapi wajar juga karena mereka memang saling mengenal dulu banget. Makannya sekarang mereka bernostalgia.

Tidak begitu lama mereka pun selesai makan. Lalu karena kedua orang tua Rossi jarang berkunjung ke sini, dan sangat menyukai lingkungan ini maka mereka memutuskan menikmati gajebo di taman samping rumah mereka. Dan lanjut mengobrol disana. Sementara di rumah membiarkan para embaknya beberes dengan leluasa.

Di taman pun Omar dan kedua orang tua Rossi beserta Rossi melanjutkan keseruan obrolan mereka tentang banyak hal yang mereka lalui, masa lalu yang kembali diungkit dan terasa menyenangkan, serta saling bercerita tentang pencapaian masa kini. Dan tak terasa pujian demi pujian pun mengalir menyertai setiap cerita mereka.

Tapi sesekali Omar harus melirik kesal ke arah Syifa. Karena dia juga begitu seru bermain dan bercanda bersama Ochi dan juga Tara.

Sebenarnya bukan Syifa terlihat seru yang membuat Omar kesal. Tapi Tara yang membuat Syifa tergelak tertawa riang karena banyolannya. Itulah yang membuat Omar merasa kesal. Pokoknya sungguh menyebalkan rasanya.

Mana Omar tidak bisa mencegah, karena tidak mungkin juga Omar meninggalkan kedua orang tua Rossi yang memang sangat jarang ditemuinya. Jadi, mau tidak mau Omar hanya bisa menyebarkan diri.

Sedangkan Syifa juga merasa sebel sebenarnya lihat Omar begitu akrab dengan Rossi dan kedua orang tuanya. Tapi ya, mau gimana lagi?
Tapi Syifa merasa sangat bersyukur dengan adanya Tara dan Ochi karena mereka bisa membuatnya melupakan perasaan tidak menyenangkannya akibat Omar dan mereka.

Menit-menit berlalu dan malam pun semakin malam dan udara pun semakin dingin. Ochi juga sudah mulai kelelahan dan bosan bermain.

"Udah ah, mainnya aku capek." Keluh Ochi dengan gaya anak-anak yang khas. Lalu dia menghampiri mamahnya dan mengadu " mah, aku mau ke rumah, mau bobo capek."

"Ya, udah masuk yuk. Udah malam juga." Sambut Rossi penuh sayang.

"Tapi malam ini tidurnya sama nenek dan kakek ya." Bujuk neneknya Ochi yang didukung si kakek yang memang sudah sangat merindukan cucunya itu.

"Boleh." Dengan senang hati Ochi pun menyambut keinginan kakek dan neneknya. Dan pada akhirnya mereka masuk rumah dan mengakhiri acara kebersamaan malam ini.

Kini tinggal hanya tersisa Syifa,Omar,dan Tara di gajebo taman tersebut.

"Lo gak balik?" Tanya Omar dengan nada mengusir kepada Tara.

"Gampang lah, nanti aja. Rumah gue juga kan deket di sono doang." Jawab Tara yang santai-santai saja tidak peduli dengan perangai tidak bersahabat Omar.

"Terus, Lo mau jadi nyamuk diantara kita? Gitu?" Omar makin sinis akhirnya.

"Oh, iya. Gue lupa. Gue belum masukin rumah ke motor. Gue balik deh." Akhirnya Tara pun mengambil sepeda yang memang dia kendarai ke sini tadi. Gimanapun juga Tara sadar kalau Omar dan Syifa mungkin memang ingin berduaan.
Tara tidak lupa juga berteriak pamit ke Rossi di depan rumahnya.

Sedangkan Syifa hanya bisa tertawa ringan melihat kelakuan Tara yang nyeleneh santai itu.

"Sejak kapan rumah masuk motor?" Syifa nyadar dengan banyolan Tara yang memang lucu baginya. Atau mungkin dia memang beneran kebalik ngomongnya.

"Au, ah. Biarin aja yang penting dia pulang. Kamu kayaknya suka banget sama Tara? " Sahut Omar males dan ketus.

"Ya, aku sih, biasa aja. Kak Omar tuh, yang kelihatan banget gak suka sama mas Tara."

"Emang, tapi udah sih, ngapain bahas dia? Kamu kayak bocah ya, udah malam gini main sampe keringetan." Omar pun mengalihkan perhatian dengan tanpa ragu mengelap sebutir keringat yang menetes diantara pipi dan batasan rambut Syifa yang memang terikat kebelakang. Omar dan Syifa juga duduk bersisian di gajebo itu.

Membuat Syifa tersenyum sepersekian detik karena tersentuh dengan perhatian Omar. Lalu gerasak grusuk setelahnya menyentuh sekujur rambutnya untuk memastikan tidak ada keringat lain yang meluncur sambil berdalih.

"Iya, abis Ochi maunya main kejar-kejaran. Walaupun gak kepanasan tapi tetap saja keringat bercucuran ya, kalau banyak gerak." Syifa nyengir setelahnya.

Ya, ampun bisa sesalting itu padahal cuman di lapin keringat doang. Tapi jujur lebih dari apapun Syifa takut bau acem kalau keringetan gini. Semoga saja tidak.

"Kita disini dulu aja ya." Tiba-tiba ucap Omar mengalihkan Syifa dari ketidak karuan perasaannya. Dan hanya tertuju pada Omar akhirnya "langitnya bagus lho." Ucap Omar lagi.

Yang pada akhirnya mereka keluar dari gajebo dan memilih duduk di undakan tangga taman ini.

Syifa yang sangat menyukai langit pun langsung terpukau dengan indahnya langit gelap malam ini dengan cahaya bulan yang lembut, dan beberapa bintang yang menemani rembulan di atas sana. Syifa terlalu asyik bermain sampai tidak memperhatikan langit.

Sedangkan Omar memang sengaja ingin berduaan dengan Syifa di taman ini. Dan Omar yang memang sudah menyadari keindahan langit dari semula keluar rumah memang sudah punya niat ingin menikmati keindahan taman di malam yang tenang ini sambari menatap langit indah berdua saja dengan Syifa. Karena Omar tahu betapa Syifa suka keindahan langit.
Allhamdulliah kesapean akhirnya. Walaupun harus melewati perasaan jengkel cukup lama.
Kesabaran memang selalu berbuah manis.

***

Kini malam sudah semakin larut. Syifa sudah terlelap dalam tidurnya. Sementara Omar yang juga tertidur di sisi Syifa terlihat begitu tidak nyaman. Dia terus berguling mencari kenyamanan. Hingga akhirnya Syifa terjaga dan seketika bangkit dari tidurnya lalu memanggil Omar dengan penuh perhatian dan perasaan khawatir.

"Kak Omar Kenapa? Gak bisa tidur ya?"

"Punggung aku kaku banget rasanya." Jawab Omar dengan nada suara yang tertahan. Sambil telentang berusaha menyamankan punggungnya itu.

"Sesak juga ya?" Syifa langsung menanggapi nada suara Omar yang terdengar tidak biasa.

Omar pun mengangguk lemah sambil mengubah posisi tidurnya dan mengeratkan pelukan pada guling kali ini.

"Kayaknya kakak masuk angin deh, mungkin gegara terlalu lama duduk di taman tadi pasti." Syifa menyimpulkan sambil beranjak dari tempat tidur lalu mematikan AC kamar.

"Kerok ya?" Tawar Syifa sebagai caranya untuk membantu Omar mengatasi rasa sakitnya.

"Enggak, gak mau. Aku gak sanggup di kerok. Sakit Syif, gak ada cara lain apa?" Rengek Omar menunjukkan ketidak berdayaannya.

Akhirnya Syifa pun pergi dan meminta Omar bersabar sebentar.
Lalu tidak lama kemudian Syifa kembali dengan membawa segelas teh panas dan sebuah ember kosong. Lalu menaruh teh panasnya di atas nakas. Dan tanpa banyak bicara langsung mengurusi Omar.

Syifa meminta Omar duduk membelakanginya, dan meminta Omar memegangi ember kosong yang tadi dibawanya.

"Aku mau urut punggung kakak, ember itu buat kakak kalau-kalau kakak mau ngeludah atau muntah."

Omar yang lemas dan lemah pun hanya menurut saja.

Syifa juga mengoleskan minyak angin ke seluruh punggung Omar dan meminta Omar mengolesi seluruh tubuh bagian depannya. Setelah di olesi minyak angin. Syifa mulai menekan-nekan punggung Omar dan Omar pun bersendawa terus menerus dan terus-terusan akibat Syifa pijat-pijat punggungnya itu. Dan bener saja Saliva Omar seperti mencair akibat bersendawa yang terus menerus itu dan ember yang tadi dipeganginya memang berguna untuk itu.

Bahkan di satu titik tertentu begitu Syifa menekan punggung Omar. Omar pun muntah sekuat-kuatnya tapi tidak ada sedikit pun isi perutnya yang keluar. Omar hanya meludah begitu banyak setelahnya karena ludahnya yang terasa semakin mengalir dan mencair.

Tapi setelahnya Omar benar-benar merasa lega. Nafasnya tidak lagi tersekat. Punggungnya yang semula kaku pun mulai terasa lentur lagi. Namun masih ada beberapa titik yang terasa sakit. Dan saat Omar memberi tahu Syifa bagian yang sakit itu maka Syifa akan langsung menekannya dan seketika Omar pun bersendawa lagi.

Setelah sekitar lima belas menit Syifa memijat dan menelan-nekan punggung Omar. Dan Omar A O A O U WUOOO akhirnya Omar merasa benar-benar kembali segar.

Badan yang semula terasa lemah kini baik-baik saja, punggung yang kaku kembali biasa lagi, nafas pun kembali lega. Omar benar-benar merasa ringan di tubuhnya dibandingkan tadi. Syifa memang luar biasa.

Setelah Omar menyatakan sudah baik-baik saja Syifa pun kembali menyimpan ember ke dapur dan tidak lupa memberikan teh panas yang kini sudah menghangat dan hal ini pun terasa begitu pas bagi Omar, membuat Omar semakin merasa baik.

Saat ditinggal Syifa ke dapur Omar tiba-tiba saja, teringat obrolannya dengan papah Kaisan dulu saat dirinya belum menikah, saat keluarga benar-benar berusaha membujuk Omar agar segera menikah. Katanya "menikah itu baik lho Mar. Istri itu adalah hal terbaik yang akan kita miliki. Ketika orang tua menua dan perlahan kehilangan dayanya, ketika anak-anak tumbuh dewasa dan memiliki kehidupannya. Istri akan tetap menjadi teman Paling sejati yang akan selalu menyertai. Istri juga seorang ibu Mar. Selain dia akan mengurusi anak-anaknya dia juga akan mengurusi kita suaminya. Saat kita terpuruk dia akan menjadi Sandaran terbaik untuk kita tetap bangkit. Saat kita sakit dia akan merawat kita seperti seorang ibu. Bahkan kepada ibu, kita bisa merasa tidak enak hati dan merasa tidak tega karena sudah tua harus mengurus kita. Tapi pada istri kita akan merasa nyaman, karena dengan istri kita akan menyadari bahwa kita saling membutuhkan."

Pada saat itu Omar hanya menanggapi sok tahu dan menyangkal dengan santai.

"Kalau Omar punya calon istri seperti itu pah, besok juga Omar siap nikah deh. Masalahnya gak ada gimana dong? Dan lagi tidak semua istri seperti yang papah bilang. Gak semua suami seperti papah yang punya istri mamah."

Jawaban Omar itu hanya membuat papah tidak ingin melanjutkan obrolan dan hanya menyeringai pasrah akhirnya.

Tapi saat ini Omar sungguh merasakan sendiri bahwa apa yang dikatakan papahnya waktu itu ternyata benar adanya.

Omar benar-benar bersyukur memiliki seorang istri. Dan lebih dari apapun Syifa lah yang menjadi istrinya.

Sambil menikmati teh hangatnya kini Omar semakin merasa lebih baik, ditambah lagi dengan hati penuh syukur seperti ini.

Setelah Syifa kembali ke kamar, Syifa pun menemani Omar mengobrol hingga menghabiskan teh hangatnya. Lalu mereka pun kembali tidur setelahnya karena memang waktu belum menunjukkan saatnya bangun.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 57.2K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.2K 305 26
Viota Larasati Jasmine (Yota) tumbuh dengan inner child-nya yang terluka. Dia menganggap bullshit ungkapan ayah adalah cinta pertama bagi anak peremp...
1K 104 9
Menceritakan tentang Anin yang menganggumi kakak kelasnya (Haidar) hingga bertahun-tahun. Meskipun sempat bertepuk sebelah tangan namun pada akhirnya...
1.1M 110K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...