Sebelum ke cerita, aku akan mengingatkan.
• Cerita berisi KONTEN DEWASA. Adegan ranjang, bahasa kasar, dll. Jadi harap bijak untuk pembaca BEAUTY VENUS.
• Tiap chapter hanya akan berisi 1000 kata. Pendek, tapi aku usahakan rajin update.
• Happy reading.
• Backsound yang sesuai untuk chapter pertama menurut kamu?
♔ ♔ ♔
Hera memasuki kantor dengan kacamata gelapnya. Ia memakai blouse berwarna pastel dan rok ketat 10 senti di bawah lutut dengan belahan tinggi di belakangnya.
"Ms. Vourou."
"Morning, Ma'am."
"Good morning, Ma'am."
Hera mengangguk ramah lalu mendekati pria muda berumur 23 tahun yang sedang menunggu kedatangannya di depan lift. Brian Scott, asisten barunya sekitar 2 bulan.
"Ms. Vourou." Brian menundukkan kepalanya sekilas setelah menekan tombol lift.
"Apa jadwalku hari ini."
"Rapat pagi bersama tim desain. Siangnya Minum teh bersama Mr. Maxwell. Lalu dilanjutkan bertemu dengan Mr. Petter Vourou."
"Maxwell, Maxwell, Maxwell..." Hera mengerutkan dahinya seraya bergumam.
"Maxwell Walford. Anak ketiga Craig Walford."
"Ah... Walford."
Lift terbuka dan Hera masuk yang di susul Brian. Brian melirik Hera tiap lima detik sekali membuat Hera menghela nafas dalam. Ia tahu jika kelakuan Brian seperti itu, pasti ada yang ingin pria itu katakan.
"Katakan cepat, Brian. Sebelum aku menarik kata-kataku," ujarnya seraya melepaskan kacamatanya.
"Um, Mr. Maxwell ingin mengajak Anda kencan siang ini."
Hera melirik Brian sekilas. "Kencan? Aku kira hanya minum teh bersama dan membahas masalah akuisisi."
"Dan malamnya juga." Brian menambahkan.
"..."
"Dan... Dan..."
"Brian Scott!"
"Dan ia bertanya apakah Anda mau menghabiskan malam indah Colorado bersamanya. Dia akan menyiapkan api unggun dan kembang api." Brian berujar cepat bertepatan dengan lift terbuka.
"I hate Colorado. I hate Maxwell too. Katakan padanya jika aku tidak akan membuka kakiku untuknya supaya ia menandatangani proposal itu. Aku rasa lebih baik bicara bersama Craig daripada anaknya yang hanya memiliki pikiran tentang payudara dan selangkangan." Hera berceloteh seraya keluar dari lift dan masuk ke ruangannya.
"Ada lagi, Brian?" Hera meletakkan tasnya lalu duduk di kursi kebesarannya. Bolpoin yang ada di ujung meja terjatuh membuat Hera menunduk dan mencoba mengambilnya.
Brian mengecek ponselnya. "Mr. William akan tiba di sini sekitar tiga menit lagi."
Dengan masih menunduk, Hera membulatkan matanya dan terdiam beberapa saat. Hera meletakkan bolpoin tadi di atas meja sedikit keras lalu menatap Brian dengan marah.
"Apa kau baru saja menjadi asistenku kemarin? Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu di saat terakhir seperti ini, Scott?!"
"Tidak mungkin aku mengatakannya di lantai dasar tadi. Anda pasti akan lari seperti telah melihat hantu Thailand."
Ya. Hera pasti akan melakukannya. Jika saat mereka berada di pintu kantor dan Brian mengatakannya, Hera pasti akan berlari menuju ruang kerjanya tanpa peduli dengan image anggun dan kharismatiknya.
Hera berdiri di samping meja. "Bagaimana penampilanku?"
"Baju Anda sedikit tembus pandang. Dan—"
"Rokku sangat panjang hari ini." Hera memamerkan kaki lurusnya.
"Tapi belahannya terlalu tinggi di belakang. Dan sepertinya Mr. William akan menyadarinya."
"Oh fuck! Sekarang halangi dia 10 menit bagaimanapun caranya." Hera mengambil kantong belanjaan di bawah mejanya.
Hera selalu menyiapkan pakaian ganti jika Nick atau Will berkunjung ke kantornya. Mereka selalu merawat Hera seperti calon biarawati. Tidak boleh menggunakan pakaian terbuka atau tembus pandang. Pulang pukul 11 malam tepat. Tidak boleh minum alkohol lebih dari satu gelas. Dan masih banyak kata tidak boleh dari mereka.
Tapi satu hal yang Hera suka dari pelajaran mereka. Yaitu, boxing. Semenjak Hera berumur 16, Nick dan Will mengajarkannya cara melindungi diri. Olahraga marathon sudah merupakan kehidupan Hera hingga sekarang.
Saat Hera meletakkan kantong belanjaannya di atas meja, Brian masih berdiri di sana. "Jesus, apalagi yang kau tunggu, my beloved Brian?"
"Ada satu hal lagi—"
"Persetan dengan itu, Scott! Keluar dari ruanganku dan buat Will tidak masuk ke ruanganku dalam waktu 10 menit dari sekarang!"
Brian menunduk sekilas sebelum keluar dan menutup pintu ruangan Hera rapat. Detik berikutnya ia terkejut karena Will telah berdiri di hadapannya dengan senyum menyebalkannya.
"Um, Sir..."
"Apa yang kau lakukan di dalam ruangan adikku tercinta, Scott? Kenapa kalian hanya berduaan di dalam?"
"Saya—"
"Kau tidak berniat menelanjangi adikku di dalam ruangannya, bukan?" William menatap tajam Brian, masih tersenyum.
Dengan cepat Brian menggeleng. "No, Sir. Aku sudah memiliki kekasih."
William tersenyum. "Aku masih ingat. Si manis pelayan minimarket itu bukan?"
"Ya, benar."
William menepuk tangannya sekali membuat Brian kaget. "Well, basa-basi yang menyenangkan, Scott. Semoga harimu menyenangkan."
Saat William hendak memegang handle pintu, Brian dengan cepat merentangkan tangannya. "Ms. Vourou meminta saya untuk mengantar Anda di ruang tunggu. Beliau sedang rapat dengan bagian desain di ruangannya. Beliau meminta untuk tidak mengganggu—"
Terlambat. William sudah membuka pintunya. "Morning, Sunshine!" Ia masuk dengan wajah berseri-seri dan sekotak coklat besar.
Fuck Will. Hera memasang kancing celananya lalu berbalik. Menumpukan satu tangannya di samping meja, dan satu lagi di pinggang, tersenyum. Ia sudah mengenakan jas biru dan celana panjang biru.
Brian yang posisinya berada di belakang William hanya memasang raut bersalah. Hera mengusirnya dengan jemarinya lalu fokus pada William. Masih dengan senyum buatannya.
"Hai, Will. Aku tidak tahu kau sudah dipecat Daddy hingga bisa berjalan santai ke kantor orang lain."
William tertawa. Ia mengambil tempat duduk di sofa dengan kedua kaki di meja. "Daddy menyayangiku. Dia tidak akan memecatku. Dan ini masih anak perusahaan Daddy, sayang."
"Demi Tuhan, Will. Ini sangat pagi untuk kau datang kemari. Apa kau tidak memiliki pekerjaan di hari rabu?!"
"Berbicara mengenai pekerjaan, aku memiliki urusan penting di Australia 4 hari—"
"What? No..." Wajah Hera seketika pucat. jangan lagi...
"Kau tahu bukan Barbara tengah hamil besar dan aku sangat khawatir jika meninggalkannya sendiri—"
"No, Will." Hera menggeleng cepat.
"Maka dari itu aku menitipkan Barbara padamu—"
"OH HELL, NO!"
"Kau mau menolongku, bukan?"
"Kau sudah mendengar jawabanku. TIDAK."
William tersenyum lebar hingga menampakkan gigi-giginya. Ia berdiri dan bertepuk tangan sekali. "Thank God! Kau memang yang terbaik, beautiful!"
"What— Aku bilang—"
"Dia akan mulai menginap malam ini. Tenang saja dia tidak akan membuatmu susah. Baiklah, kembali bekerja, Beauty. Semoga harimu menyenangkan!" William memeluk gemas adik kesayangannya, mengacak rambut Hera, lalu berjalan keluar ruangan seraya menunjuk kotak coklat di meja. "Aku rasa kau perlu itu jika berhadapan dengan Barbara."
William sialan. William bajingan. William brengsek!
Belum sempat semua umpatan yang Hera punya terngiang-ngiang di otaknya, William memunculkan kepalanya di balik pintu. Ia tersenyum mengerikan dan menunjuk di bawah kaki Hera.
"Jika aku melihatnya lagi, aku akan memukul kakimu dengan rotan. I mean it, little sister."
Hera menunduk dan roknya masih teronggok di lantai.
"Fuck you, Will." Hera mendesis seraya melemparkan bolpoin ke pintu yang telah tertutup dengan geram.
Hera memejamkan matanya dan mencoba menetralkan emosinya. Bagaimana bisa selama 4 hari ia akan satu atap bersama Barbara?! Perlu diketahui, wanita murahan itu adalah musuhnya saat masa sekolah. Dan dengan cepatnya wanita itu mengambil hati William. Atau William yang memiliki otak kecil hingga tidak bisa memilih yang mana yang baik atau tidak untuk dirinya sendiri. Sudah dipastikan Hera tidak akan betah jika harus satu rumah bersama Barbara.
Detik berikutnya Brian mengetuk pintu dan masuk.
"APA LAGI?!" berang Hera membuat Brian tersentak.
"Um, Ma'am. Ini ada undangan untukmu." Dengan sedikit gemetar Brian meletakkan kertas undangan berwarna hitam ungu di atas meja kerja Hera. Ia menunduk lalu keluar dari sana.
Hera menatap undangan tersebut dengan datar. Dia benci warna ungu. Oh Tuhan... Berapa kesialan lagi yang harus ia dapatkan hari ini?!
*TBC*
Aku menunggu bintang dan spam komen kalian:"
Oh iya, SEXY VENUS juga aku update satu chapter terakhir:v go ke lapak satunya.