For You, I am.

By j-statham

468K 33.1K 2.5K

-Book 1- Katya Maguire awalnya mengira Zayn Malik yang ia temui itu orang yang dingin, suka membentak, dan te... More

Prologue
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Epilog
Author's Note
Hello

Part 55

4.7K 383 40
By j-statham

“Mr. Malik,” kata Dr. Flynn. “May I speak with you? Alone?”

Zayn memberi isyarat kepada Katya untuk menunggu diluar sementara Zayn masuk ke dalam ruangan Dr. Flynn sendirian. Katya masih berdiri mematung di depan pintu putih itu selama beberapa saat, lalu akhirnya memutuskan untuk duduk.

Katya menatap lorong rumah sakit yang sepi. Saat itu masih jam 11 pagi, tetapi entah kenapa rumah sakit sepi sekali hari ini. Hanya ada beberapa orang suster yang mendorong pasien berkursi roda yang berlalu-lalang di koridor ini.

Tadi Katya sudah memeriksakan kandungannya. Dr. Flynn bilang janinnya sehat, tetapi karena Katya susah makan jadi ada gangguan pencernaan dan semacamnya deh. Dr. Flynn menyarankan Katya untuk minum vitamin dan susu seandainya Katya tidak mau makan.

Tetapi sekarang Dr. Flynn malah meminta untuk mengobrol berdua saja dengan Zayn seolah ada sesuatu yang disembunyikan dari Katya. Katya benci saat ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Membuat penasaran saja.

Dari arah kanan, Katya dapat melihat seorang perempuan berambut cokelat dengan mata biru kehijauan sedang berjalan terburu-buru menyusuri koridor. Ketika Katya memperhatikan lebih detail, Katya baru sadar kalau itu Cassie.

“Cass!” panggil Katya.

Yang dipanggil langsung berlari kecil ke arah Katya dengan senyum lebar tersungging dibibibrnya. Ah, tipikal Cassie.

“Hai, Kat!” sapa Cassie riang. “Sedang apa disini?”

“Memeriksakan, kau taulah. Kandunganku. Bersama Zayn. Tetapi sekarang Zayn sedang, entahlah, sepeti memiliki obrolan rahasia dengan Dr. Flynn dan aku harus menunggu disini,” Katya mengangkat bahu. “Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan?”

“Menjenguk adikku.”

Katya mengerutkan keningnya. “Kau punya adik?”

“Memangnya aku lupa memberitahumu?”

“Sepertinya kau tidak pernah bilang.”

“Oh, maaf,” Cassie menyeringai. “Sebenarnya bukan adik kandung, sih. Ayahku kan meninggal, lalu ibuku menikah lagi. Dia adalah anak hasil pernikahan ibuku dengan ayah tiriku. Namanya Harry.”

Katya mengangguk-angguk. “Dia sakit apa?”

“Keracunan makanan.”

“Bolehkan aku menjenguknya?”

Cassie tersenyum. “Tentu. Ayo, kamarnya ada di lantai 3,” kata Cassie. Cassie bangkit, kemudian menawarkan sebelah tangannya kepada Katya. Katya ikut bangkit, lalu mengikuti Cassie yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju lift.

***

“She’s sick.”

Zayn menatap jari-jari tangannya yang berada di atas meja kaca Dr. Flynn, sementara kedua kakinya bergerak-gerak gelisah. Ia mendongak untuk menatap mata hijau Dr. Flynn, kemudian mengangguk muram. “I know.”

“At the end of the day, you may have to choose.”

Kali ini Zayn tidak dapat menahan erangannya. Zayn meletakkan kedua telapak tangannya di wajahnya, kemudian mengacak-acak rambut hitam pekatnya sampai berantakan.

“Is there something you can do?”

“Alot of things,” Dr. Flynn tersenyum.

Akhirnya. Akhirnya.

“Such as?”

“We’ll figure this out, Mr. Malik,” kata Dr. Flynn. “Aku hanya mengingatkan agar kau bersiap-siap, seandainya....seandainya....”

Zayn mendengus. “Aku tidak akan pernah siap untuk itu.”

“You’re a strong man.”

“Not in that kind of way.”

Dr. Flynn tersenyum. Ia berdiri, lalu memberi isyarat kepada Zayn untuk berdiri, jadi Zayn berdiri. Dr. Flynn memberikan secarik kertas berisi tulisan tangannya yang sama sekali tidak terbaca saat mereka sudah berada di depan pintu ruangan Dr. Flynn.

“She’ll be okay,” gumam pria itu.

Zayn hanya tersenyum.

Saat Dr. Flynn menutup pintu, Zayn berbalik untuk mengajak Katya ke meja kasir untuk membayar serta menebus vitamin, tetapi Katya tidak ada. Zayn baru sadar hanya ada ia sendirian di koridor panjang itu.

Dimana Katya, gumam Zayn.

Zayn merogoh saku celana jinsnya, kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Katya. Setelah beberapa detik menunggu, Katya akhirnya mengangkat teleponnya.

“Kat, kau dimana?” tanya Zayn to the point.

“Sedang di lantai 3, menjenguk adik Cassie yang sedang sakit,” jawab Katya dari sebrang. “Kau sudah selesai berbicara dengan Dr. Flynn?”

Zayn mengangguk walaupun Katya tidak dapat melihatnya. “Sudah,” jawab Zayn. “Aku harus membayar ini dan menebus vitamin, jadi kutunggu di kasir, oke?”

“Oke.”

Zayn mematikan telepon.

Setelah puas menatap dinding rumah sakit yang diberi wallpaper abu-abu pucat, Zayn memutuskan sebaiknya ia pergi ke kasir sekarang, takut-takut Katya sudah menunggunya disana.

***

Semenjak hamil, makan adalah hal yang paling Katya benci. Bukannya apa-apa. Katya hanya capek kalau harus muntah setiap selesai makan, karena itu benar-benar menguras tenaganya yang tidak seberapa.

Banyak atau sedikitnya makanan yang Katya makan tidak mempengaruhi apa-apa. Katya tetap saja muntah, dan tenaganya terkuras. Karena itulah Katya lebih suka minum susu dan minum vitamin. Setidaknya, itu tidak menguras tenaganya.

Sekarang sudah memasuki pertengahan Maret.

Katya senang karena sekarang musim semi. Ia sangat menyukai musim semi. Buatnya, musim semi adalah musim yang paling tepat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan. Piknik, contohnya. Atau nge-date.

Tetapi sayangnya, Zayn selalu sibuk. Ia selalu sibuk latihan fisik, latihan pra-pertandingan, shooting iklan, atau sekedar main-main ke rumah Jose Mourinho. Walaupun Zayn pasti memiliki waktu untuk Katya, tetap saja Katya sering merasa sendirian.

Sekarang Aaron lebih sering menemaninya. Aaron pernah berkata ia akan mengambil misi perdamaian dunia lagi selama kira-kira satu tahun, tetapi tentu saja Katya tidak menyetujuinya, jadi Aaron mengurungkan niatnya.

Hari ini Aaron sedang menemani Cassie jalan-jalan, jadi kakaknya itu tidak bisa datang ke rumah untuk menemani Katya. Zayn sedang latihan pra-pertandingan untuk melawan Liverpool Sabtu nanti. Katya benar-benar bosan.

Kemarin, Katya membeli beberapa buku tentang kehamilan dan cara menjadi ibu yang baik, jadi Katya memutuskan untuk menghabiskan sisa hari itu dengan membaca buku-buku tersebut. Katya tidak tahu apakah anaknya ini laki-laki atau perempuan, jadi ia belum menyiapkan nama untuk anaknya.

Tetapi kalau anaknya adalah laki-laki, Katya mungkin akan menamainya Percy, dari kata Perseus. Perseus adalah satu-satunya pahlawan setengah dewa di cerita mitologi yunani yang memiliki akhir bahagia.

Seandainya anaknya perempuan...

Entah.

Sekitar jam 4 sore itu, Katya mendengar suara mesin mobil Zayn di depan pagar. Dengan senyum mengembang, Katya meletakkan buku yang tengah dibacanya di atas kasur, kemudian berjalan cepat untuk menghampiri Zayn.

***

“Mom?”

Zayn dapat merasakan sudut bibirnya mengangkat menjadi senyuman tipis saat mendengar suara ibunya disebrang sana. Sudah cukup lama ia tidak menelpon ibunya, dan Zayn agak-agak merasa bersalah.

Ia ternyata cukup merindukan ibunya juga.

“Ada apa?” tanya ibunya.

“Hanya ingin mendengar suaramu,” Zayn mengangkat bahu. “Dan meminta solusi dari beberapa masalahku, mungkin.”

Saat itu sudah jam 12 malam, dan Katya sudah tidur. Sebenarnya Zayn yakin ibunya juga sudah tidur tetapi pasti ia terbangun karena telepon dari Zayn. Lagi-lagi, Zayn merasa bersalah.

“Cerita saja, Zayn.”

“Apa aku mengganggu tidurmu?”

Zayn bisa mendengar ibunya memaksakan sedikit tawa dari sebrang. “Tentu tidak,” katanya lembut. “Ceritakan saja masalahmu.”

Lalu, Zayn menceritakan semuanya.

Mulai dari liburannya bersama Katya, hamilnya Katya, latihan dan pertandingan-pertandingannya yang berat, saat Katya sakit, semuanya. Zayn bercerita kalau Katya jarang makan dan sebagainya, tetapi ia tidak bercerita kalau mungkin, akhirnya, ia harus memilih.

“Hmm,” ibunya bergumam. “Hal seperti itu wajar, Zayn. Orang-orang hamil memang rata-rata begitu. Kau harus sabar menghadapinya, ya? Terus bujuk dia untuk makan. Berikan kejutan-kejutan yang bisa membuatnya senang.”

Zayn tertawa kecil. “Apa dad memberikan kejutan-kejutan kecil untuk mom sewaktu mom hamil?” tanyanya.

“Ya, beberapa.”

Ah, romantis. Ayahnya memang tipikal orang yang romantis, sih. Jauh berbeda dengannya. Pantas saja ibunya tahan dengan segala sifat kekanakkan ayahnya pada saat-saat tertentu. Walaupun ayahnya sedikit kekanakkan, tetapi pria itu cukup romantis juga.

“Ya sudah, mom. Kembali tidur saja. Maaf menganggu,” kata Zayn pada akhirnya. “Dan jangan berkata kalau aku tidak mengganggu.”

Ibunya tertawa. “Oh, Zayn, you don’t know how much I miss you,” kata ibunya. “The last time I remember you were just a 6 year old Zayn, but now you’re married.”

“But I’m still your Zayn, mom.”

“Zayn...”

Zayn terkekeh. “Sudah, ah, jangan bahas yang sedih-sedih. Aku akan pulang entah bulan ini atau bulan depan, oke? Jangan mendramatisir semuanya.”

“Cepat pulang, Zayn.”

“Iya, mom, iya.”

“Ya sudah. Sampai ketemu nanti. Aku menyayangimu.”

“Aku menyayangimu juga.”

Setelah telepon terputus, Zayn meletakkan ponselnya di atas meja kaca ruang tamu, lalu ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa yang empuk. Semakin hari, semuanya terasa semakin berat saja.

Zayn masih memiliki sebungkus rokok di celana trainingnya, tetapi ia ragu-ragu apakah ia harus menghisap benda itu lagi atau tidak. Berhubung Katya sudah tidur dan Zayn benar-benar harus merokok, ia memutuskan untuk merokok.

Zayn bangkit dari duduknya. Ia pergi ke kamar mandi untuk mengambil rokok di celana trainingnya, lalu pergi ke halaman belakang untuk merokok. Udara terasa membeku malam itu, tetapi Zayn tidak peduli.

Benda yang mematikan ini selalu jadi alternatifnya saat semuanya berantakan. Padahal, merokok tidak bisa membantu Zayn merapikan semuanya. Tetapi, tidak merokok juga belum tenti bisa, kan? Jadi, sama saja.

Begitu Zayn sudah menghabiskan batang pertamanya, Zayn mengambil sebatang lagi kemudian menyalakannya. Zayn memang sudah jarang merokok, tetapi bukan berarti ia sudah tidak kuat merokok dua batang berturut-turut.

Zayn sedang asyik merokok ketika ia merasa seseorang memanggil namanya dari dalam rumah. Saat Zayn menoleh, tentu saja itu Katya.

Oh, gawat.

***

Lagi males ngetik author's note jadi nikmati saja~~~

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 176K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2M 96.1K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _š‡šžš„šžš§šš š€ššžš„ššš¢ššž
990K 13.7K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
519K 16.9K 21
Namaku Bening Citra, nama yang indah yang menggambarkan kepolosan. Namun sayang, aku tidak sepolos itu. Pangeranku bukan lelaki gagah berwajah tampan...