Cinta Selow

By shepenulish

59.3K 4.2K 643

sebuah kisah cinta yang didasari jalani saja. More

Cast
Tawaran
Sepakat
Action
Take #1
Take #2
Take #3
Take #4
Take #6
Take #7
Take #8
Take #9
Take #10
Take #11
Take #12
Take #13
Take #14
Take #15
Take #16
Take #17
Take #18
Take #19
Take #20
Take #21
Take #22
Take #23
Take #24
Take #25
TAKE #26
Take #27
Take #28
Take #29
TAKE #30
TAKE 31
Take 32
Take 33

Take #5

1.5K 123 20
By shepenulish

"Alex masih cinta sama kamu?" Tiba-tiba saja Omar bertanya pada Syifa setelah diam-diaman sepanjang jalan pulang dari pesta Adul. Sebelum Syifa turun dari mobil untuk masuk ke rumahnya.

Karena sekarang mereka sudah sampai di depan rumah Syifa. Rupanya pertemuan Syifa dan Alex cukup mengganggu.

Sebenarnya di pesta, ketika Eva balik ke meja tanpa Syifa membuat Omar merasa perlu menyusulnya. Maka Omar pergi ke toilet tapi dilihatnya Alex sedang berdiri gusar di ambang pintu bilik toilet.

Saat itu Alex memang sedang menunggu Syifa keluar. Alex tahu Syifa didalam karena sebelumnya sudah sempat menguping obrolan Eva dan Syifa sebelum Syifa masuk ke bilik toilet itu.

Akhirnya tanpa Alex maupun Syifa sadari Omar menguping obrolan mereka.

Dan setelahnya Omar merasa tidak nyaman dengan Syifa. Dan di pesta pun Omar malah menyibukkan diri dengan teman-temannya. Untung Syifa di sambut baik oleh Eva dan Mila jadi Syifa bisa tetap santai di pesta itu meskipun dicuekin Omar yang membawanya ke situ. Bahkan selama perjalanan menuju pulang dua-duanya malahan sama-sama diam, sama sekali tidak ada obrolan apalagi candaan seperti biasanya.

Sejujurnya Omar ingin bertanya sedari tadi tapi ragu. Apalagi Syifa juga diam melulu seperti sedang memikirkan sesuatu. Omar penasaran dengan perasaan Syifa, apakah Syifa juga masih memiliki perasaan yang sama untuk Alex? Karena Omar tidak menguping dengan tuntas tadi. Jadi, Omar terus kepikiran apakah dirinya dan perjodohan ini akan menjadi penghalang untuk Syifa dan Alex balikan? Karena itu Omar terus diam karena mikir enaknya memulai obrolan ini gimana?

Dan bukan Omar namanya kalau membiarkan suasana canggung sampai akhir. Karena Omar paling gak suka memendam perasaan. Karena itu sebelum Syifa pergi Omar memutuskan untuk bertanya.

"Kak Omar kok nanya gitu?" Syifa malah gak ngerti samasekali dengan maksud pertanyaan Omar.

"Aku denger obrolan kamu sama Alex pas di toilet. Aku cuma mau memastikan aja. Kalau aku gak bakalan jadi penghalang antara kamu dan Alex!"

"Aku tuh, gak mau jadi bintang paling terang di antara banyak bintang di langit nya Alex." Sumpah Syifa brigidik geli mengatakan perumpamaan itu. Tapi kemudian Syifa melanjutkan bicaranya "aku tahu rasanya berada disisi dia, dan aku gak mau ngulangin lagi, samasekali." Sambil senyum-senyum santai. Entah kenapa rasanya memalukan, dan menggelikan mengingat dulu dirinya selalu merasa cemburu dan sesak selama menjadi kekasihnya Alex.

"Kamu yakin?"

"Yakin dong. Atau Jangan-jangan kak Omar lagi yang gak yakin dengan perjodohan ini." Bukan tanpa alasan juga Syifa mengatakan ini.

Sejujurnya Syifa merasakan perubahan sikap Omar sejak dirinya kembali dari toilet. Tapi Syifa samasekali gak mengira kalau itu semua karena Alex.

Syifa justru malah kepikiran tentang Eva, kata-kata yang Eva ucapkan kepadanya, membuat Syifa merasa, betapa pentingnya Omar bagi Eva. Syifa khawatir jika dirinya akan kembali mengulang kisahnya bersama Alex. Dimana dirinya menjadi orang ketiga di antara friend zone laki-laki dan perempuan. Karena inilah Syifa pun membisu seiring Omar membisu.

"Apaan sih, Syif? Enggak gitu lah. Aku yakin kok mau nikah sama kamu."

"Aciyeee." Ya, ampun Syifa kebiasaan deh. Ciyein orang lagi ngomong serius.
Syifa pun membungkam mulutnya refleks, karena nyadar kelakuannya konyol, lalu nyengir kuda seolah mengibarkan bendera damai.

Sedangkan Omar cukup merasa malu diciyein Syifa gitu. Mana pas keceplosan jujur lagi. Jangan sampe Syifa mikir Omar niat banget menikahinya. Walaupun iya, sih!

"Serius Syif, jangan bercanda. Aku beneran mau mastiin kalo kamu gak akan menyesali keputusan mu ini. Kalau nanti Alex beneran berubah demi bisa bersamamu karena gak rela kamu nikah sama aku gimana? Aku gak mau jadi penghalang diantara kalian. Terlebih Alex itu temanku juga."

Sumpah Omar merasa menyesal mengatakan semua itu. Karena Syifa beneran jadi serius dan tatapannya berubah sendu, suasana pun jadi cangung. Kalau tahu bakalan gini padahal biarin aja tadi Syifa bercanda. Gengsi itu emang malapetaka.
Bukankah sebelumnya mereka juga udah sepakat, kalau misalnya mereka berubah hati maka mereka hanya akan jujur satu sama lain.

Kenapa sekarang malah menuntut kepastian gini? Kenapa malah bersikap seperti calon suami yang cemburu dan khawatir pernikahannya akan terganggu oleh masa lalu? Omar jadi gak ngerti dirinya sendiri.

"Kak, ketika aku memutuskan menerima perjodohan ini, aku yakin akan menjalaninya. Begitu juga ketika aku memutuskan untuk tidak lagi bersama Kak Alex, itu juga karena aku tahu aku gak mau lagi bersama dengannya. Dan seandainya kak Alex berubah pun. Sekarang sudah terlambat untuk aku. Biarlah kak Alex berubah untuk perempuan yang layak mendapatkan perubahan itu. Lagian aku dan kak Alex itu udah lama selesai. Perasaan aku juga sudah tidak seperti dulu lagi kak." Jelas Syifa yakin.

Dan Omar pun tersenyum lega mendengar penjelasan Syifa. Merasa bersyukur juga karena Syifa memahami maksud dirinya mempertanyakan semua ini. Tanpa peduli apa alasan Omar sepeduli itu tentang masa lalu Syifa dan Alex.

Tapi pernyataan Syifa tentang Eva menghapus kembali senyuman yang mulai mengembang itu.

"Tapi kak, aku penasaran dengan hubungan kak Omar dan kak Eva."

"Lho, aku? Sama Eva? kenapa emang?" Sambil mengerutkan keningnya serius dan heran."

"Ya, aku juga mau memastikan aja kalau aku gak bakalan jadi Tina diantara Anjali dan Rahul."

Hahaha......
Omar pun malah ngakak ngetawain omongan Syifa lalu bilang.

"Tua banget Syif filmnya! Ketahuan umur Syif." Sambil masih mengkondisikan tawannya.

"Ih, ngeselin ya!" Syifa pun kesel beneran dan bergegas bergerak membuka pintu.

Dan Omar pun refleks mengikuti pergerakan Syifa untuk menahan pintu agar Syifa tidak keluar.

Yah, Syifa kena kekep dong!

"M m maaf Syif." Ucap Omar sedikit terbata-bata setelah sejenak terpaku ketika menyadari tidak ada jarak antara dirinya dan Syifa. "Aku mau nahan kamu biar gak pergi dulu, biar aku jelasin dulu, agar kamu tidak kepikiran dengan urusan ini. Aku gak mau kita pisah malam ini dengan perasaan yang mengganjal." Sambil kembali membenarkan posisinya di bangku kemudi dan serius untuk membahas kekhawatiran Syifa tentang friend zone.

Syifa yang tidak bisa memungkiri agak gugup karena tetiba sedemikian dekat dengan Omar pun berusaha merilekskan diri, dan beberapa kali berdehem lalu mempersilahkan Omar kembali menjelaskan.

"Y, ya, udah. Silahkan jelaskan."

"Ok. Syif, aku sama Eva temenan biasa aja, sama seperti aku dengan Baim, Mila, Daniel dan yang lainnya. Aku dan Eva pure temenan. Eva itu temen yang seru dan gila, ya, walaupun aku juga suka mendadak gila kalau bareng dia dan mereka. Tapi aku sama sekali gak pernah berniat untuk gila selamanya bareng dia. Aku sama Eva gak punya perasaan lebih, Eva itu baik banget udah kuanggap ibuku sendiri. Jangan samain sama ibu deh, kasian ketuaan, kakak sendiri maksudnya" ngenye dikit biar gak terlalu tegang, dan Syifa pun berhasil menyungingkan senyuman karenanya. Lanjut "aku juga yakin Eva gak punya perasaan lebih sama aku."

"Kak Omar yakin banget kalau kak Eva gak punya perasaan lebih untuk kakak, kalau ternyata kak Omar salah gimana?"

"kalau bener Eva punya perasaan lebih untukku dan aku tahu maka itu berarti aku dan Eva gak bisa temenan lagi. Karena bagiku mencintai itu menyakitkan dan dicintai itu beban jika hanya sebelah pihak. Dan aku sendiri gak mau menyakiti ataupun terbebani." Tukas Omar tegas, lembut, dan tenang.

"Kalau kak Omar gak bisa temenan lagi sama kak Eva karena kak Eva punya perasaan lebih misalnya. Bukannya itu justru nyakitin dia ya?" Syifa pun malah dibuat mikir oleh pernyataan Omar satu itu.

"Menurut ku lebih baik dia tersakiti seperti itu karena aku tahu aku gak akan bisa membalas perasaannya. Dengan dia merasa tersakiti dan tidak lagi berteman denganku maka dia bisa menyembuhkan sakit itu. Sedangkan kalau dia menetap dan terus mencintai tanpa balas, itu malah menumbuhkan rasa sakit itu sendiri semakin dalam nanti."

Syifa pun mengangguk faham dan setuju akhirnya. Sungguh Omar itu lelaki yang bisa menentukan pilihan. Tidak seperti seseorang.
Syifa bahkan tersenyum kagum menyaksikan sendiri sikap dan pemikiran lelaki ini yang bakal menjadi suaminya.

"Ada yang masih mengganjal dan mau dipastikan lagi?" Tanya Omar mancing respon Syifa.

"Enggak kok, semuanya sudah jelas dan pasti!" Jawab Syifa sambil tersenyum merona menunjukan suasana hatinya yang benar-benar menjadi lega.

"Syif, aku mau kamu tahu. Aku itu paling gak suka menahan perasaan penasaran, dan suasana canggung, apalagi diam-diaman. Seandainya aku punya sesuatu yang mengganjal di hati biasanya aku akan langsung konfirmasi. Aku harap kamu juga begitu." Omar pun mengungkapkan semua itu sebagai pesan agar mereka bisa baik-baik saja kedepannya. Agar mereka bisa saling terbuka jika ada masalah.

Seperti saat ini ketika ada perasaan yang mengganjal di hati maka mereka harus mengkonfirmasi sehingga mereka bisa mendiskusikannya. Dengan begitu tidak akan ada masalah.

Syifa pun tersenyum dan mengangguk lagi. Sikap Omar, caranya berpikir, dan berbicara sangat dewasa Menurut Syifa. Omar benar-benar semakin membuat Syifa kagum.

Dan pada akhirnya Syifa keluar dari mobil dan mereka pun berpisah. Karena sudah malam Omar pun hanya menitipkan salam untuk calon mertuanya. Mungkin lain kali Omar akan menyempatkan sungkem dulu.

Daaaah......

Daah, Hati-hati dijalan......

***

Hubungan Syifa dan Omar pun semakin baik dan semakin dekat. Persiapan pernikahan terus dilakukan oleh para keluarga sedangkan Omar dan Syifa tetap dengan kesibukan mereka.

Omar sebagai direktur pemasaran dikantornya, sedangkan Syifa focus membuat gaun pengantin impiannya.

Syifa membuat gaunnya dengan detail, semuanya dia buat dengan kedua tangannya sendiri, dia mengerjakannya setiap hari di butiknya. Sementara urusan butik Syifa serahkan pada Wati dan Rita.

Meskipun demikian Omar dan Syifa sekarang rutin chatingan. Kalau ketemu agak susah soalnya. Ya, gara-gara kesibukan masing-masing itu. Walaupun chatting nya suka enggak tepat waktu.
Karena ketika Omar chat misalnya.

Hai, Syif apa kabar?

Maka Syifa akan membalasnya beberapa saat kemudian pas jam istirahat sehabis sholat.

Hai kak, maaf ya, aku tadi lagi fokus bikin gaun jadi gak pegang hape. Kak Omar lagi apa?

Giliran Syifa bales, gantian Omar yang sibuk dan balesnya ya, beberapa waktu kemudian juga pas liat hape. Dan karena keseringan kayak gitu. Lama-lama Omar menyadari kapan saja saat-saat Syifa biasa pegang hapenya. Jadi, sekarang disaat itulah Omar chat Syifa. Dan langsung konek deh, enggak ada lagi yang namanya miss komunikasi.
Dan emang keseringan Omar yang chat duluan.

Omar emang paling bisa lah!

Tapi mulai dari kemarin setiap pagi Omar jemput Syifa biar berangkat bareng. Karena di suruh mamah itu.

Mau gak mau Syifa harus berangkat ke butik lebih pagi karena ngikutin jam kerja kantoran. Tapi gakpapa karena dengan begitu Syifa jadi memiliki lebih banyak waktu untuk membuat gaun pengantinnya.

Dan sejujurnya kurang efektif sih. karena untuk pulang Syifa harus nyari kendaraan umum. Secara pulang kantor Omar gak tentu, kadang dia harus lembur, kadang sore udah pulang. Sedangkan butik Syifa buka sampai jam sembilan malam.

Tapi demi membuat hati kedua orang tua lega karena bisa melihat anaknya semakin akrab dan dekat maka Syifa rela aja kok.

Lagian Syifa bukan perempuan manja yang ribetin hal-hal sepele.
Syifa cukup mandiri untuk melakukan hal-hal yang memang bisa dia lakukan sendiri. Termasuk pulang dengan kendaraan umum. Syifa mah selow anaknya.

Tapi kalau memang bisa, Omar bakalan nyamperin Syifa ke Butiknya abis itu anterin Syifa pulang.

Pokoknya rencana para mamah untuk mendekatkan mereka emang suskes.

***

Suatu malam H-7 pernikahan Omar dan Syifa.

Sekarang Syifa baru saja diantar pulang oleh Omar sehabis belanja bersama dengan keluarga Omar untuk hantaran pernikahan.

Omar pun mengobrol dengan Abang-abang Syifa yang kebetulan sedang berkunjung karena istri-istri mereka bantuin mamah Khadijah untuk persiapan tektekbengek pernikahan. Mereka di ruang keluarga tepatnya.

"Wah, tinggal seminggu nih, masa lajang. Siap-siap aja setelah menikah semuanya akan berubah." Ucap bang Dito Abang pertama Syifa, dengan nada menakuti.

"Emang nikah mengerikan ya, bang?" Omar malah penasaran.

"Udah, santai aja Mar, jangan dengerin bang Dito. Dia mah suka kelebihan orangnya." Bang Aldo si abang ke dua itu seketika menyalip jawab mendahului bang Dito.

"Gue santai kok bang, cuman jadi penasaran aja tentang gimana kehidupan pernikahan." Omar pun menyauti ucapan bang Aldo.

"Siapa yang mengurus undangan?"

Tetiba mamah Khadijah datang-datang langsung bertanya dengan nada panik.

Sedangkan Dito dan Aldo bahkan Omar hanya saling pandang bingung.

"Ada apa mah?" Syifa langsung bertanya melihat ketegangan di ruang tamu itu.

Syifa baru datang selesai berganti pakaian santai tapi tetap sopan terlihat segar sehabis mandi juga kayaknya.

"Besok seharusnya kita sebar undangan. Tapi mamah tanya siapa yang ngurus undangan pada gak tahu. Ini juga abang-abang malah pada bengong."

"Lo gak ngurus bang? Bukannya itu tugas Lo?" Bang Aldo langsung menodong abangnya.

"Apaan gak ada yang nugasin gue kok." Sahut bang Dito.

"Kayaknya di rumah juga gak ada yang bahas undangan." Omar ikut angkat bicara dengan polos dan bingung.

"Yang bener aja, masa bagian paling penting gini terlupakan sih! Mana waktunya mepet." Si mamah langsung stress seketika.

"Gimana dong?"

Baiklah sekarang semuanya mikir!
Cari solusi!

*****

Continue Reading

You'll Also Like

195K 2.1K 6
Menikah di usia 20th alias nikah muda bukanlah keinginanku, semua terjadi begitu saja. Apalagi harus menikah dengan lelaki yang baru ku kenal...arrrg...
6.9M 341K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
29.3K 5.5K 36
"Bagaimana jika ternyata kamu jatuh cinta padanya?" "Maka aku akan menjauhinya." "Kenapa?" "Aku ingin membuktikan ucapan Khalil Gibran tentang cinta...
1.9K 239 19
Permasalahan rumah tangga Azalea dan Raden sejauh ini hanya seputar komunikasi. Kurangnya komunikasi, dan suaminya yang terlalu pendiam. Akankah mer...