The Most Beautiful Angel

By windywananda_

278K 19.5K 698

Ketika aku menganggap tidak ada lagi yang peduli dengan hidupku. Namun, seseorang datang membawa semangat yan... More

The Cast
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10 ( Part 1 )
Chapter 10 ( Part 2 )
Chapter 11 ( Part 1 )
Chapter 11 ( Part 2 )
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19 ( Part 1 )
Chapter 19 ( Part 2 )
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24 ( Part 1 )
Chapter
Chapter 24 ( Part 2 )
Chapter 25
Chapter 26 ( Part 1 )
Bukan Update
Chapter 26 ( Part 2 )
Chapter 27 ( Part 1 )
Chapter 27 ( Part 2 )
Chapter 28 ( Part 1 )
Chapter 28 ( Part 2 )
Chapter 29 ( Part 1 )
Chapter 29 ( Part 2 )
Chapter 30 ( Part 2 )

Chapter 30 ( Part 1 )

2.2K 192 21
By windywananda_

Prilly, Ricky, dan Razzi sekarang mereka bertiga sedang berada di sebuah rumah sakit tempat biasa Ali mengontrol penyakitnya. Prilly terus saja menangis karena melihat kondisi Ali yang Ia sendiri tidak tahu kenapa bisa sampai seperti itu. Razzi terus mencoba menenangkan Prilly mengatakan kepadanya bahwa Ali akan dalam keadaan baik-baik saja. Sedangkan Ricky, Ia sedang menelpon Carissa untuk menanyakan bagaimana keadaan disekolah. Ricky juga meminta tolong kepada kekasihnya itu agar Kepala sekolah ataupun Dewan guru tidak mengetahui kejadian tadi.

"Sebenarnya Kak Ali itu sakit apa sih, Kak.." Razzi hanya mampu terdiam. Karena bukan Dia-lah orang yang tepat untuk menceritakan semuanya kepada Prilly.

"Kak Razzi kok diam?? Jawab dong Kak.. Jangan diem aja," Prilly menggungcang tubuh Razzi karena Ia terus saja bertahan pada diamnya.

"Kak Razzi..." Prilly terus memohon ke Razzi agar Ia menjelaskan semuanya yang terjadi pada Ali.

"Prilly.. Kamu harus tenang, ingat sekarang kita lagi ada dimana.." dengan sekali tarikan Prilly jatuh kedalam pelukan Razzi. Prilly menumpahkan seluruh tangisnya di pelukan Razzi.

"Gimana, Ky?" tanya Razzi saat Ricky telah selesai menelfon Carissa.

"Semua urusan disana diurus sama Icha dan juga Jessica. Anak buah gua juga turun tangan agar Kepala sekolah dan dewan guru tidak tahu kejadian tadi," kata Ricky pelan agar Prilly tidak mendengarnya.

"Udahh.. Prill, kalau kamu nangis terus seperti ini gak bakal berpengaruh juga sama Ali. Yang akan berpengaruh kedepannya itu, adalah Do'a kamu.." Ricky mencoba menenangkan Prilly yang masih menangis didalam pelukan Razzi.

"Menang banyak boss," ledek Ricky.

"Andaikan si Ali ada dihadapan gua, abis kali gua gara-gara meluk ini anak..." sahut Razzi.

Tiba-tiba Pak Hendra dan Ayla datang ke rumah sakit dengan raut wajah cemas. Sedangkan Ricky dan Razzi bingung bagaimana mereka berdua bisa tau kalau Ali masuk rumah sakit. Ricky dan Razzi pun saling melemparkan kode lewat lirikan mata mereka.

"Mas Ricky.. Mas Razzi, apa yang terjadi dengan tuan muda Ali?" tanya Pak Hendra saat mereka berdua sudah sampai dihadapan Ricky dan Razzi.

"Dari mana Pak Hendra sama Ayla tau kalau Ali masuk rumah sakit ini?" tanya Ricky yang masih bingung dengan keberadaan Pak Hendra dan Ayla.

"Tadi saya dan Mba Ayla menugaskan beberapa bodyguard untuk berjaga di sekitar sekolah. Karena kondisi tuan muda Ali yang belum stabil juga, dan mereka mengabarkan kepada saya kalau tuan muda Ali masuk rumah sakit ini.." jelas Pak Hendra membuat Ricky mengerti.

Saat perjalanan menuju rumah sakit pun sebenarnya ada sebuah keganjilan menurut Ricky. Ada beberapa mobil hitam besar yang seperti membuka jalur khusus agar Ambulance dan mobil miliknya bisa sampai rumah sakit dengan cepat. Pada waktu itu Ricky maupun Razzi tidak menyuruh beberapa bodyguard untuk mengikuti ataupun membuka jalur khusus buat kedua mobil tersebut.

"Apa Om Syarief dan Tante Rani sudah mengetahui tentang kondisi Ali yang seperti ini?" tanya Razzi.

"Belum Mas.. Pak Syarief sedang Meeting dengan beberapa investor utama untuk beberapa waktu kedepan," Pak Hendra menjelaskan kegiatan Om Syarief.

"Ibu Rani sedang melakukan beberapa persiapan penting karena besok perusahaan miliknya akan mengeluarkan produk terbaru. Tadi saya sudah mencoba untuk menelfon tapi tidak ada respon ataupun panggilan balik dari Ibu Rani.." jelas Ayla.

"Kayaknya gua setuju sama kata-kata si Ali waktu itu deh.. Orang tuanya bakal balik ke Indonesia kalau misalnya di halaman rumah mereka udah penuh dengan karangan bunga duka cita," kata Razzi yang mendapat pukulan keras dibahu dari Ricky.

"Lu kalau ngomong.. Astaga mulut ini SUKA BENER.." sahut Ricky.

"Pak Hendra.. Ayla, saya memohon dengan sangat untuk tidak melaporkan kejadian ini dengan Om Syarief dan Tante Rani.."

"Tapi kenapa Mas Ricky?" tanya Pak Hendra bingung.

"Kita belum tau kondisi Ali bagaimana, dan saya janji akan menceritakan semuanya pada kalian berdua jika kita sudah tau kondisi Ali seperti apa.." Ricky mencoba memberikan penjelasan kepada Pak Hendra dan Ayla.

Hampir 30 menit, mereka berlima menunggu pemeriksaan bagaimana kondisi Ali sekarang. Prilly sudah mulai tenang, walaupun sesekali sisa tangis masih terdengar dari bibirnya. Ricky dan Razzi, dua orang terdekat Ali telihat cukup tenang namun siapa tahu bahwa sebenarnya didalam hati mereka berdua ada rasa khawatir yang begitu besar melebihi Prilly, Pak Hendra maupun Ayla. Mereka berdua harus terlihat tenang seolah semua baik-baik saja agar orang disekitar yang sayang dengan Ali tidak panik dengan kondisinya. Tidak lama, dokter dan beberapa perawat keluar dari ruang IGD sambil membawa Ali yang tergeletak lemas di brankar rumah sakit dengan bantuan alat pernapasan yang menempel di hidungnya. Ternyata Ali dibawa kedalam ruang VVIP yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit karena melihat kondisi Ali belum stabil.

"Bagaimana Dokter?" tanya Ricky dan Razzi saat mereka sudah berada didepan kamar Ali.

"Kondisi Ali sangatlah buruk.. Tadi kita sempat kehilangan detak jantungnya, tapi kita bersyukur Ali bisa diselamatkan. Berarti keingingan Ia untuk hidup masih besar," jelas Dokter itu kepada Ricky dan Razzi. Prilly, Pak Hendra, dan Ayla sedang melihat Ali dipasang banyak alat medis yang mereka tidak mengerti. Banyak sekali pertanyaan yang bermunculan di otak Prilly, tapi Ia takut bertanya kepada Ricky maupun Razzi.

Saat berbalik badan, Prilly seperti mengenali sosok Dokter yang sedang berbicara dengan Ricky dan juga Razzi. Prilly pun mulai mendekat untuk memastikan apa yang Ia curigai benar atau salah.

"Om Adit?" merasa ada yang menyebut namanya Dokter itu pun menoleh kearah sumber suara.

"Illy?? Kamu kenapa ada disini?" Dokter yang menangani Ali di IGD ialah Dokter Aditya.

"Prill? Kamu kenal sama Dokter Aditya?" Ricky dan Razzi bingung bagaimana bisa Prilly kenal dengan Dokter Pribadi Ali.

"Prilly ini keponakan saya, Ky.. Dia anak dari Kakak saya.." sahut Dokter Aditya.

"Astaga.. Dunia sempit banget ya," sahut Razzi.

"Om Adit.. Itu yang tadi menangani Kak Ali di IGD kan?" Dokter Aditya menggangguk sebagai jawaban dari pertanyaan keponakannya itu.

"Om Adit kerja dirumah sakit ini bukan sebagai Dokter umum kan?? Tapi, Om Adit bekerja disini sebagai.." belum selesai Prilly berbicara ada seorang perawat yang menghampiri Dokter Aditya unruk memberikan hasil pemeriksaan Ali.

"Ricky.. Razzi, lebih baik kalian yang menjelaskan kedua orang ini bagaimana keadaan Ali sekarang. Saya sendiri yang akan menjelaskan semuanya ke Prilly," Dokter Aditya membawa Prilly ke ruangan Pribadinya. Mungkin ini memang saatnya untuk Dokter Adit menjelaskan semua yang di alami oleh Ali ke Prilly.

"Duduk dulu, Prill.. Biar Om ambilkan kamu minum," Prilly duduk di sofa yang ada diruangan tersebut sambil menunggu Dokter Adit mengambilkan minum untuknya.

"Ini diminum dulu Hot Chocolate-nya.. Biar kamu lebih tenang,"

"Sekarang Om jelasin semuanya sama aku, jangan ada yang ditutupi lagi.." Prilly sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan dari Aditya.

"Kamu ingat? Beberapa bulan yang lalu Om pernah cerita ke kamu tentang seorang pemuda sudah menderita penyakit serius?" Prilly hanya mengangguk dengan polosnya. Tetapi, sesaat kemudian otaknya mencerna apa yang dikatakan oleh Pamannya itu.

"Jangan bilang kalau pemuda itu, Kak Ali??" Aditya hanya bisa mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan keponakannya itu.

"Sekarang Om Adit cerita semuanya ke Prilly tentang penyakit yang di derita oleh Kak Ali. Semuanya.. Jangan ada yang ditutup-tutupi lagi," Dokter Aditya menghela nafas panjang mendengar permintaan dari Prilly.

"Ali menderita penyakit Bradikardia.."

"Bradikardia?? Maksud Om Adit??"

"Bradikardia merupakan nama lain dari Penyakit lemah jantung, maksudnya dimana detak jantung tidak berdetak sebagaimana mestinya. Lemah jantung istilah untuk berbagai masalah pada Jantung, terutama Kardiomiopati. Kardiomiopati adalah dimana otot jantung melemah, merenggang, atau memiliki masalah pada strukturnya. Kondisi ini seringkali terjadi disaat jantung tidak dapat memompa atau berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Kardiomiopati juga bisa berkembang menjadi penyakit yang lebih berbahaya, yaitu gagal jantung. Dari beberapa macam jenis penyakit lemah jantung Ali termasuk golongan Arrhythmogenic right ventricular dysplasia ini adalah jenis kardiomiopati yang sangat langka. Para penderita penyakit ini, otot pada bagian kanan bawah rongga jantung penderita terganti dengan jaringan terikat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan pada ritme jantung dan sering kali disebabkan oleh mutasi gen.." penjelasan dari Aditya membuat Prilly tidak langsung percaya begitu saja.

"Gak mungkin Om.. Selama ini aku melihat Kak Ali sehat-sehat aja, gak pernah mengeluh tentang apapun. Bagaimana bisa Kak Ali menderita penyakit se-serius ini, Om??" Prilly mencoba menyangkal apa yang katakan oleh pamannya itu.

"Penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan Kardiomiopati ada berbagai macam faktor, seperti  penyakit jantung koroner, serangan jantung, atau infeksi virus yang membuat otot jantung meradang. Dan Ali mengalami faktor yang terakhir, dimana pada saat umur  14 tahun Ia mengalami demam tinggi disebabkan oleh virus. Tetapi, Ali baru mengetahui bahwa Ia menderita penyakit jantung pada satu setengah tahun yang lalu.." Aditya membawa Prilly kedalam pelukannya agar keponakannya itu dapat meredakan tangis setelah mendengar penjelasannya kali ini.

"Kenapa bisa Om.. Kenapa bisa orang sebaik Kak Ali bisa mendapatkan cobaan seperti itu,"

"Semua yang kita jalani didunia ini sudah diatur oleh yang Maha Kuasa, dan sudah dituliskan oleh-Nya yang bisa kita sebut dengan takdir. Mungkin dengan Ali bertemu dengan kamu itu juga sebuah takdir yang mungkin dapat sedikit merubah masa depan.." Aditya memperkecil nada suaranya di akhir kalimat. Tanpa banyak kata-kata lagi Prilly bangkit dari pelukan sang paman dan berlari menuju ruang rawat tempat Ali berada sekarang.

Sesampainya Prilly disana, Ia hanya melihat Razzi yang berada didepan ruang rawat Ali dan menatap kearah dalam. Sepertinya Razzi terlalu malas untuk masuk kedalam sana karena akan melihat kembali sahabatnya yang berteman akrab dengan alat-alat itu. Prilly menghampiri Razzi secara perlahan dan membuat orang itu tersadar dari lamunannya.

"Kenapa Kak Razzi gak pernah cerita ke aku kalau Kak Ali memderita penyakit serius ini?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut mungil milik Prilly.

"Bukannya aku ataupun Ricky gak cerita ke kamu kalau Ali punya penyakit serius. Tapi..." Razzi menggantungkan perkataannya dan mengalihkan pandangan dari awal mula menatap Prilly sekarang melihat kearah Ali yang masih enggan untuk bangun.

"Tapi apa, Kak?" tanya Prilly penasaran.

"Dia.. Ali yang melarang aku dan Ricky untuk memberitahu kamu tentang penyakit yang Dia derita. Ali gak mau kalau kamu dekat dengan Dia hanya karena rasa kasihan,"

"Kamu inget gak? Ali suka banget menghilang tiba-tiba dan saat Dia muncul kembali selalu memberi alasan ke kamu bahwa Dia dari rumah neneknya.." Prilly mengangguk sebagai jawab dari pertanyaan yang Razzi ajukan.

"Itu hanya sebuah alasan klise, Prill.. Kalau kamu tau kedua Nenek dan Kakek Ali itu tinggal diluar negri. Sebenarnya, kalau selama ini Ali menghilang tiba-tiba berarti penyakit itu kambuh lagi yang mengaharus Ali untuk dirawat berhari-hari dirumah sakit. Hal semacam ini sebenarnya tidak lagi membuat aku dan Ricky kaget, tetapi yang membuat kita khawatir adalah disaat Dokter Adit mengatakan bahwa Ia sempat kehilangan detak jantung Ali.." penjelasan tersebut membuat tangis Prilly yang tadi sempat terhenti kembali lagi. Prilly tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menahan sakit seperti itu.

"Kamu jangan nangis.. Ali pasti bakal marah sama aku kalau Dia tau kamu nangis gara-gara Dia. Sekarang kamu hapus air mata kamu dan masuk ke dalam, temui Ali dan bilang ke Dia kalau dengan Dia membuka matanya secara cepat semua akan baik-baik saja.." seperti sebuah perintah yang Razzi berikan kepada Prilly, Ia langsung menuruti apa yang dikatakan oleh Razzi tadi.

Prilly masuk kedalam ruang Ali, setelah beberapa perawat melepaskan selang-selang di tubuh Ali. Sekarang ditubuh Ali hanya ada masker oksigen, alat penditeksi detak jantung yang menempel pada jarinya, dan infusan. Walaupun hanya beberapa alat saja itu membuat Prilly harus kembali menahan tangisnya mengingat apa yang tadi dijelaskan oleh Om Adit. Ia menarik kursi yang berada tidak jauh dari jangkauannya untuk diletakkan disamping tempat tidur Ali.

Tidak ada yang mampu Prilly katakan, mulutnya terus saja bungkam hanya beberapa kali Prilly menyeka air matanya yang terus keluar tanpa bisa Ia tahan. Ia menggenggam tangan Ali dengan sangat erat seolah-olah lewat ganggaman tangan tersebut Prilly mengutarakan apa yang tidak bisa diucapkan lewat mulutnya.

"Kak Ali.. Dengan membuka mata semua akan baik-baik saja," Prilly berkata lirih didekat telinga Ali setelah itu entah mengapa Prilly merasakan matanya sangat berat untuk terbuka dan terlelap begita saja disamping Ali dengan tangan yang masih menggenggam tangan Ali.

********

Saat Prilly membuka mata, Ia sangat terkejut karena melihat tempat tidur Ali yang kosong. Ia melihat ke sekitarnya hanya ada Razzi dan Ricky yang tertidur di sofabed ruang rawat Ali. Prilly mencoba mencari ke kamar mandi yang berada diruang itu namun hasilnya pun nihil. Ia juga mencoba mencari diluar sekitar ruang rawat Ali pun hasilnya tetap sama, Ali tidak ada Akhirnya, Ia pun membangunkan Razzi dan Ricky yang sepertinya sangat lelah.

"Kak Razzi.. Kak Ricky," Prilly mencoba membangunkan kedua orang itu namun keduanya sama sekali tidak bergeming.

"Kak Razzi.. Kak Ricky, Kak.. Bangun!!" Prilly mengguncangkan keduanya akhirnya Ricky mulai menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

"Prill.. Kamu udah bangun??" tanya Ricky yang mencoba untuk merenggangkan tubuhnya.

"Kak Ricky.. Itu gak penting sekarang, aku mau tanya Kak Ali ada dimana?"

"Lahhhhh? Kamu gimana sih, kan si Ali lagi tidur di situuu..." jawaban Ricky berhenti melihat tempat tidur kosong dan selang infusan yang menggantung begitu saja sepertinya itu dilepaskan secara paksa oleh pemiliknya karena ada noda darah tertinggal disana.

"Di kamar mandi kali, Prill.." Ricky masih untuk mencoba positif thinking.

"Gak Ada kak,"

"Di depan Ruangan ini?"

"Aku udah cari kak, tapi gak ada juga.."

"Si Arab berulah lagi, ckck..." desis Ricky dan langsung mencoba membangunkan Razzi yang masih nyaman dalam mimpi indahnya.

"Razzi!! Ehhh.. Razzi bangun!!" Ricky sudah mengguncangkan tubuh Razzi namun Ia malah makin nyaman dengan tidurnya.

"Ini anak malah makin pules lagi,"

"Razzi!! Jessica jalan sama cowok lain sambil rangkulan nohh!!" kata Ricky sedikit berteriak didekat telinga Razzi dan membuat laki-laki itu langsung membuka matanya dengan cepat.

"Mana?? Mana cowoknya?? Gak tau dia sekarang berurusan sama sia.."

"Dasar Bucin.. Giliran denger soal ceweknya aja langsung bangun," guman Ricky sedikit kesal dengan tingkah sahabatnya itu.

"Ehhh... Bucin, liat noh sahabat lu ilang lagi.. Sahabat lu kabur-kaburan mulu udah kaya maling,"

"Apaan sih lu? Bercanda lu gak lucu, Bro.. Orang dia lagi tidur sama si Prilly di situu.." ucapan Razzi juga berhenti melihat apa yang tadi dilihat oleh Ricky.

"Mana?? Tidur dimana Dia??"

"Lahhh? Kok kosong, Ky?? Prill.. Si Arab kemane??" belum sempat Prilly menjawab sudah diserobot terlebih dahulu oleh Ricky.

"Kalau si Prilly tau.. Gak mungkin Dia sampe bangunin kita, Bucinn.."

"Sekarang kita cari di rumah sakit ini dulu, ini kan rumah sakit gede banget.. Kita carinya sendiri-sendiri aja, Prill nanti kamu lihat di ruangan Dokter Aditya dulu siapa tau si Arab ada disana.." setelah mendengarkan intrupsi dari Ricky, Prilly langsung keluar dari ruang rawat Ali dan menuju ruang praktek Aditya.

Melihat pintu ruang praktek Aditya yang sedikit terbuka Ia langsung masuk begitu saja. Dan, Ia lihat hanyalah Aditya sedang mengerjakan beberapa laporan pasien di sofa. Ia tidak melihat keberadaan Ali disana, kalau tidak berada disini dimana keberadaan Ali sekarang.

"Om Adit.." merasa ada yang memanggil namanya Aditya menoleh kearah sumber suara dan melihat Prilly dengan nafas yang tidak biasa.

"Om Adit melihat Kak Ali gak?"

"Ali?? Tidak ada Dia disini, memangnya Ali tidak ada diruang rawatnya?"

"Gak ada Om, tadi Prilly sempat ketiduran tapi saat Prilly bangun Kak Ali gak ada ditempat tidurnya. Infusan juga sepertinya dilepas paksa sama Kak Ali, Om.."

"Okey.. Kamu tenang aja, nanti Om bakal suruh beberapa perawat atau security untuk mencari keberadaan Ali.."

"Makasih yaa, Om.."

Prilly keluar dari ruangan praktek Aditya, Ia berpapasan dengan Razzi dan Ricky. Nafas kedua sahabat itu juga sangat tidak beraturan, mereka sama seperti dirinya tidak menemui keberadaan Ali.

"Gimana, Kak..??" tanya Prilly kepada kedua sahabat itu.

"Di sekitar lantai ini gak ada satu orang pun yang melihat Ali," jawab Ricky yang masih mencoba untuk mengatur nafasnya.

"Di taman rumah sakit, Kantin, sama area luar rumah sakit pun juga gak ada. Kalau diruangan Dokter Adit, gimana?" sahut Razzi dengan nafas yang sudah mulai kembali seperti biasa.

"Diruang Om Adit juga gak ada, Kak.. Tapi Om ada sedang menugaskan beberapa security untuk mencari keberadaan Kak Ali," kata Prilly.

"Aaaarrrgggghhhhh.. Sumpah yaa itu anak bikin ribet aja tau gak sihh??" Razzi mulai gemas dengan tingkat sahabatnya yang satu itu.

"Yaudah.. Sekarang kita cari lagi, siapa tau Dia ada dilantai lain.." Ricky mencari jalan tengah. Ia juga melihat beberapa security yang sepertinya juga sedang mencari keberadaan sahabatnya itu.

Prilly mulai berfikir kemana tempat yang akan Ali kunjungin disaat-saat seperti ini. Tempat yang akan Ali kunjungin disaat Ia membutuhkan waktu untuk sendiri.

"Taman??" gumam Prilly. Tapi, setelah mengingat apa dikatakan oleh Razzi bahwa Ali tidak berada ditaman rumah sakit.

"Anak kecil.." kata itu terlintas begitu saja.

Prilly langsung berlari menuju ruang bayi setelah menanyakan kepada seorang perawat yang lewat dihadapannya. Sesampainya disana hasilnya pun nihil, tidak ada Ali disana. Prilly berlari lagi menuju ruang yang dikhususkan untuk anak-anak kecil. Namun hasilnya pun tetap sama orang-orang disana tidak ada yang melihat keberadaan Ali.

"Kak Ali.. Kamu ada dimana sih??" kata Prilly dalam hati.

Tetapi ada satu tempat lagi yang terfikir oleh Prilly. Tempat yang mungkin saja mengingatkan Ali tentang suatu hal.












#Tbc

Hayyyy..
I'm Come back..

Pertama
Aku mau mengucapkan Selamat hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakannya..
Mohon maaf lahir dan batin..

Kedua
Aku mau bilang maaf karena aku baru update cerita ini sekarang, tapu aku juga punya alasan kenapa aku baru update sekarang..

Ketiga
Aku mau mengucapkan terima kasih kepada kalian yang masih setia sama cerita aku ini. Makasih buat kalian yang sudah mampir dicamerita ini dengan cara meninggalkan Vote and Comment kalian. Karena dua cara itu yang membuat aku makin mempunyai semangat untuk Update cerita ini..

Keempat
Alasan aku selama ini gak muncul di Wattpad kerena orang ini

Orang ini yang membuat otak aku terkontaminasi dengan drama-dramanya.. Hehehe

Kelima
Jangan lupa untuk Vote, Comment, and Follow guyssss...

Byeee.. Byeeee...

Continue Reading

You'll Also Like

709K 56.9K 61
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
YES, DADDY! By

Fanfiction

298K 1.7K 9
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
41K 5.7K 27
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
773K 57.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...