Just For You

By dindathamia

30.4K 5K 15.1K

[Belum Revisi | Slow Updeat] "Lalu biarkan senja pergi tanpa bersuara membawa sejuta kata, untukmu yang tak p... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
31. (Special RaPal)
32.
33
34.
35.

Chapter 22

663 93 428
By dindathamia



"Pilih mana? Bertahan dengan hati yang tersakiti, atau pergi dengan hati yang terluka?"

✨✨✨

*Flashback On.

"Putusin dia," ucap Naya spontan.

"Lo gila?" tukas Teri.

"Lah, Rara dong yang gila. Kenapa gue?" timpal Naya tak terima.

"Tadi lo bilang barusan? Lo mau buat Rara semakin sakit hati? Iya?"

"Ter bukan gitu. Udah gini aja deh Ter, sekarang siapa yang selalu di sakitin?"

"Rara."

"Siapa yang selalu di cuekkin? Di gak peduliin?"

"Rara."

"Terus yang di selingkuhin siapa?"

"Rara juga."

"Nah itu lo tau! Buat apa Rara mertahanin semua itu, Ter?"

"Apa dia bahagia? Buktinya dia nangis rengek-rengek ke kita. Siapa juga yang ngga khawatir sahabat sendiri di gituin sama orang lain? Gue sebagai sahabatnya ga terima ya," jelas Naya panjang lebar.

"Tapi Nay----"

"Gue benerkan Ra?" tanya Naya pada Rara.

"Gue gak tau harus gimana, gue bingung," jawab Rara.

"Lepaskanlah, jika mengenggam terasa menyakitkan. Setidaknya salah satu dari kalian, akan tetap baik-baik aja."

"Bijak amat lo, Nay. Sarapan apa si lo tadi pagi?" ucap Teri menatap kagum sahabatnya itu.

"Nasi goreng bumbu cinta."

"So soan bercinta. Pacar aja kaga punya!" cibir Teri.

"Pacar gue masih di rahasiakan Allah," balas Naya.

"Serah lo dah. Yang penting lo bahagia."

"Oke! Gue udah mutusin hal yang harus gue lakuin sekarang," ucap Rara secara tiba-tiba.

"Apaa?" tanya Naya dan Teri bersamaan.

"Kali ini gue bakal mutusin kalau gue akan tetep bertahan! Sampai gue cape, secape-capenya hati gue. Jadi lo berdua jangan nyuruh gue buat putus sama Agi, oke?"

"Bego," celetuk Naya.

"Iya gue tau kok, gue bego karna satu cowok yang belum tentu cowok itu peduli sama gue," lirih Rara.

"Lebih baik pura-pura bego, dari pada pura-pura sayang," ucap Rara kembali.

"Serah lo."

Flashback Off.

***

Bell telah berbunyi dari lima menit yang lalu.

Agi tak berselera untuk masuk kelas. Hari ini ia berniat untuk membolos pelajaran. Tak peduli jika nantinya ia akan di hukum oleh guru tersebut.

Agi berjalan menuju rooftop tempat ia dan teman-temannya membolos. Yang ia inginkan adalah beristirahat di sini. Tanpa ada yang mengganggunya.

Agi pun membaringkan tubuhnya di atas sofa yang tersedia disana. Ia mulai menutupkan kedua matanya.

Tak sampai setengah jam, tiba-tiba seseorang datang lalu menepuk nepuk kaki Agi.

Agi pun tersadar, namun ia tak ingin membuka matanya.

Paling juga si Upin Ipin yang dateng. Pikir Agi.

Ketika ia akan melanjutkan kembali mimpinya, kakinya di tepuk-tepuk kembali oleh orang itu.

"Ga usah ganggu deh lo berdua!" bentak Agi yang masih belum membukakan matanya.

Orang yang menepuk-nepuk Agi pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ekhemm," dehem orang itu sambil mengelus-elus kumisnya.

Agi yang geram pun langsung membukakan matanya, dan bangun dari tidurnya.

"Gue bilang ga us-----" Agi melototkan matanya ketika ia melihat sepatu pantople hitam dan sangat mengkilat.

"Kalo bukan si Dirga sama Charli, ini siapa? Jangan-jangan pak Bambang? Duh mampus gue," gerutu Agi pelan.

Agi pun berdiri, dan tak berani menatap orang yang di hadapannya ini.

Perlahan Agi memberanikan diri untuk melihat siapa orang itu. Agi pun bisa melihat jelas siapa orang itu, ia meneguk saliva nya dengan susah payah. Tak percaya apa yang ada di hadapan nya ini.

Ia di tatap tajam oleh orang itu, siapa lagi kalo bukan pak Bambang. Guru killer yang setiap saat memergoki Agi yang hendak ingin membolos.

"Eh bapak, ngapain di sini pak?" tanya Agi pura-pura tidak tau.

"Kamu bukannya belajar malah enak-enakan tidur disini!" omel pak Bambang.

"Ngantuk pak," celetuk Agi sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kalo ngantuk ga usah sekolah! Percuma sekolah ujung-ujungnya tidur di sini, mending pulang aja," ucap pak Bambang sinis.

"Ya udah kalo gitu saya mau pulang aja," Agi mengambil tas miliknya, pak Bambang melihat itu pun segera menjewer telinga Agi.

"Aduh! Sakit pak sakit," Agi mengaduh kesakitan.

"Cepat ikut saya!" perintah pak Bambang tegas.

"Kenapa saya di jewer si pak? Kan saya cuma ikutin saran dari bapak, apa salah sayaa?"

"Salah kamu banyak!" cecar pak Bambang.

"Emang sebanyak itu pak?"

"Sudah kamu ini banyak bicara!"

Akhirnya pak Bambang segera menyeret Agi turun dari tangga.

"Aduh-aduh pak sakit pak. Ampun pak ampun," ucap Agi sambil mengaduh ke sakitan.

Ketika pak Bambang dan Agi melewati lorong kelas, membuat siswa yang tadinya fokus terhadap pelajaran, menjadi buyar karna melihat Agi yang tengah di seret-seret oleh pak Bambang.

"Fitta, Fit Fit liat deh ke sana tuh," panggil Serli.

"Apaan sih, Ser?" ucap Fitta malas.

"Itu si Agi," tunjuk Serli ke luar jendela.

"Oh iyaa! Gue harus ke sana! Sebelum ke duluan si Rara," seru Fitta yang kini bangun dari temlat duduknya.

"Gih sana, nanti kalo ada guru gue sms lo," ucap Serli.

"Oke."

Kinan yang melihat Fitta pergi ke luar kelas pun bingung.

"Mau kemana si Fitta?" tanya Kinan pada Serli.

"Mau ke si Agi," jawab Serli.

Kinan pun hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya seraya mengerti.

Ketika Agi melewati kelas sebelas Mipa satu. Manik mata Agi menangkap keberadaan Rara yang tengah memerhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan.

Teri pun yang melihat kejadian itu segera memberi tahu Rara.

"Ra! Itu Agi, Ra," bisik Teri.

"Mana?"

"Itu lagi di hukum sama pak Bambang!" tunjuk Teri ke arah Agi yang tak berada jauh dari kelas mereka.

Vino yang mendengar ucapan Teri pun ikut melihat ke arah Agi.

"Gue kesana dulu!" ucap Rara dan langsung beranjak dari bangkunya.

"Mau kemana kamu?" tanya seorang guru yang ada di depan.

"Mau ke toilet bentar buk!"

"Jangan lama-lama!"

"Iyaa, siap buk," Rara segera meninggalkan kelas dan menuju ke tempat Agi.

"Gue harus mastiin kalo Rara baik-baik aja," ucap Vino dan kini mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Mau kemana lo?" tanya Rangga.

"Toilet, mau ikut lo?"

"Kagak!"

"Yeuu."

Vino yang hendak berjalan pun segera di tegur oleh guru yang berada di depan kelas.

"Kamu mau kemana lagi?" tanya guru itu.

"Toilet bu, kebelet," jawab Vino.

"Ya udah sana, nanti ngompol di sinikan berabe," ucap guru itu.

"Iya bu, makasih ya bu."

Vino pun langsung ngabrit ke luar kelas.

***

Agi pun berhenti di sini. Di lapangan utama.

"Aduh pak telinga saya berasa copot nih pak! Kalo copot beneran gimana? Emangnya bapak mau ganti rugi? Emang bapak mau ganti telinga saya sama apa? Sama telinga bapak? Kan ngga lucu pak," ceroros Agi sambil memegangi telinganya yang memerah.

"Sudah salah! Masih aja ngomel."

"Push up lima puluh kali! Dan setelah itu hormat kepada bendera sampai jam istirahat!" perintah pak Bambang tegas.

"Dua puluh aja ya pak," tawar Agi.

"Delapan puluh kali! Cepetan! Saya awasi kamu di sebelah sana. Jangan coba-coba untuk kabur atau saya panggil Bunda kamu ke sini," ancam pak Bambang.

"Yah pak jangan dong pak, saya janji deh ga akan kabur," ucap Agi memelas.

"Ya sudah cepet laksanakan!"

"Iye-iye bawel amat sih," gerutu Agi pelan, yang masih bisa terdengar pak Bambang.

"Apa kamu bilang?!"

"Ngga pak! Salah denger kali!" tukas Agi.

Dari kejauhan Rara melihat Agi yang sedang di hukum oleh guru itu.

Ia berjalan menuju arah kantin, hendak membelikan sesuatu.

Vino yang melihat Rara berjalan ke arah kantin pun mengerutkan dahinya.

"Ngapain Rara ke kantin?"tanya Vino.

"Mau jajan?"

"Kan belum waktunya istirahat?"

"Apa mau bolos ya?"

"Terus hubunganya sama Agi apa dong?" tanya Vino terus menerus yang masih tak mengerti.

-
"Dasar lemot." -Author.

"Biarin lemot, asal cakep." -Vino
-

"Wah jangan-jangan mereka mau bolos bareng?" tuduh Vino.

"Wah ga bisa di biarin nih, gue juga ikut bolos ahh..."

Ketika Vino ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba dari belakang tangannya di cekal kuat oleh seseorang.

"Ga usah ikut campur," tekan orang itu.

"Lo siapa?"

JENG JENG JENG.....






















Bersambung...

-------

"Kursi wayang lemari kaca, aku sayang sama yang baca. Eaaaaaaa."


Continue Reading

You'll Also Like

285K 17K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
556K 21.2K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
2.6M 139K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
247K 23.5K 29
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...