Bunga (COMPLETE)

noniaf

128K 6.9K 2.1K

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semua bersifat fana. Segalanya hanya kesemuan belaka. Mungkin kau percaya... Еще

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua puluh
Dua Puluh Satu
Dua puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Untuk kalian ❤
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan (END)
Hm?
Pengobat Rindu
PENAWARAN
Extra Chapter - 1
Extra Chapter - 2
SEQUEL
BACK TO SEVENTEEN (SEQUEL BUNGA)

Tiga Puluh Sembilan

1.3K 77 5
noniaf

💫💫💫

"Maaf, ya, kemarin aku bener-bener nggak tau Tyas bakalan lakuin itu lagi."

Bunga tersenyum simpul lalu mengangguk. Hal itu membuat Chandra mengernyit heran. Gadis itu tidak marah?

"Kamu nggak marah?"

"Nggak."

"Kenapa?"

Bunga tertawa kecil. "Malah nanya kenapa. Harusnya kamu seneng karena aku nggak marah. Segitu pengennya aku marah?"

Dengan cepat Chandra menggeleng. "Nggak mau," ujarnya.

Bunga tergelak seraya mengacak rambut Chandra gemas. "Udah ah, jangan bahas itu, ya?" pinta Bunga, tersenyum manis.

Mau tak mau Chandra pun mengikuti kemauan Bunga. Walau ia tak terima gadis itu tidak marah. Seakan-akan ia tak berarti lagi di mata Bunga sehingga apapun yang dilakukannya sama sekali tidak menyakiti gadis itu.

"Oh iya. Semalam nggak jadi makan satenya. Pulang sekolah, yuk?" ajak Bunga untuk kedua kalinya.

Chandra menopang dagunya dan berdehem mengiyakan. Matanya tak lepas dari wajah Bunga yang sedang menggulir layar ponselnya.

Sesekali gadis itu tersenyum kecil lalu kembali memasang wajah datar.

Chandra sangat takut ia akan menyakiti Bunga. Walaupun ia sudah beberapa kali membuat gadisnya sakit hati. Tapi, ketakutan terbesarnya adalah kalau ia melakukan kesalahan yang tak bisa dimaafkan gadis itu.

Entahlah hukuman apa yang akan diberikan Bunga padanya jika sampai itu benar terjadi.

Yang jelas Chandra berdoa semoga itu bukan dibenci oleh Bunga.

"Kamu ngeliatin apaan, sih?"

"Em ... bentar lagi bel masuk nih. Kita ke kelas aja, yuk?"

"Yaudah," balas Chandra lalu mengambil tangan Bunga dan mengapitnya di ketiaknya membuat Bunga menjerit.

"Ih jorok! Lepas nggak?"

"Nggak mau." Chandra tertawa keras menahan tangan gadis itu.

"Ih Chandra! Aku nggak mau ih! Lepasin..."

"Nggak! Nggak! Nggak!"

Bunga tertawa saat cowok itu semakin menarik tangannya ke depan sehingga tubuhnya tertabrak dengan tubuh cowok itu.

Chandra menarik satu lagi tangan Bunga dan melakukan hal yang sama seperti yang satunya.

"Ayo ke kelas," kata Chandra.

Mereka berjalan dengan posisi Bunga yang mengekor tepat di punggungnya. Bunga menenggelamkan wajahnya di punggung cowok itu, malu.

"Chan. Aku malu," gumamnya.

"Aku nggak malu tuh," sahut Chandra mencium kedua punggung tangan Bunga. "Bodo ah!" teriak Bunga dengan suara tertahan. Ia benar-benar malu dengan posisi mereka yang sangat jelek.

Banyak murid yang memperhatikan mereka. Diam-diam merasa iri, baik itu dengan Bunga atau pun Chandra.

Dan di balik pohon tepat di dekat Chandra dan Bunga duduk tadi, seorang gadis menitikkan air matanya. Merasa sakit hati melihat kemesraan dua orang itu.

"Terserah. Yang penting tunangan Chandra nanti itu gue, bukan Bunga!" ucapnya menguatkan diri sendiri.

💫💫💫

Sinar terik matahari tak menyurutkan semangat pasangan itu untuk pergi keluar mengganti janji yang kemarin tertunda.

Mereka menyusuri sepanjang jalan dengan berjalan kaki. Chandra sengaja mencari tempat yang dipenuhi penjual makanan yang terletak di pinggir jalan. Memarkirkan mobilnya lalu mengajak gadisnya berjalan kaki.

"Kita makan sate, kan?" tanya Chandra saat matanya menangkap tenda penjual sate di depan sana.

Mata Bunga terus melihat kanan kiri memandangi semua tenda makanan. "Kalo gini caranya bisa goyah seleraku," lirihnya.

Chandra terkekeh pelan lalu berkata, "yaudah kita makan semua yang kamu mau."

Bunga menoleh cepat ke arah Chandra. "Ih jangan! Nanti aku gendut!" pekiknya tak setuju.

"Ya terus kenapa kalo gendut? Panda lebih lucu kok daripada jerapah," balas Chandra terkekeh.

Bunga mencibir pelan namun tak urung tersenyum juga. Setelah membulatkan tekad, Bunga menarik tangan Chandra menuju tenda penjual sate padang lalu segera memesannya.

Ia harus segera kenyang agar tak perlu lagi melirik sana-sini.

"Yeay! Makan!" seru Bunga segera meraih setusuk sate.

"Bissmillah dulu," tegur Chandra lembut. Bunga menepuk dahinya dan segera membaca doa.

Setelah itu mereka mulai makan dalam diam. Chandra ingin membuka pembicaraan tapi tak ingin mengganggu Bunga yang makan dengan lahap. Seolah-olah gadis itu sengaja mengosongkan perutnya untuk makan di sini.

"Duh, enak banget," ujar Bunga tersenyum puas. Ia menggeser piring bekas sate lalu mengambil jus jeruknya.

"Hm. Sate ini tu harganya kaki lima, tapi rasanya bintang lima."

Chandra tergelak pelan mendengar ucapan Bunga. Gadis itu bersikap sesuai mood-nya. Nampaknya ia sedang dalam suasana hati yang sangat baik. Sehingga hari ini ia terus tersenyum lebar dan tampak lebih ceria dari sebelumnya.

"Udah siap?"

Bunga mengangguk pelan, masih menyeruput jus jeruknya sampai kandas. "Aku bayar dulu, ya," ujar Chandra bangkit menuju ke dekat rak penjual.

Bunga menganggukkan kepalanya berkali-kali. Ponselnya bergetar sekali tanda pesan masuk. Diambilnya benda layar sentuh itu lalu membuka pesan.

Bunga panas dingin membaca pesan di sana lalu mulai mengedarkan matanya kemana-mana. Ia menarik tasnya lalu berjalan ke arah Chandra yang baru saja selesai menerima uang kembalian.

"E-eh, kenapa kok tarik-tarik?"

Bunga tersenyum lebar menutupi kegugupannya. "Pengen es krim," kilahnya.

Chandra tersenyum geli lalu menggenggam tangan Bunga dan mereka menuju ke tempat Chandra memarkir mobil.

"Hm, kita ke kedai es krim yang di deket apartemen kamu, ya?"

Alis Chandra menyatu. "Kok jauh banget ke sana? Kan di deket sini juga ada."

"Tapi, aku maunya yang di sana," rajuk Bunga mengerucutkan bibirnya.

Chandra mencium pelipis Bunga gemas lalu menarik bahunya mendekat. "Oke."

Bunga tersenyum senang lalu cepat-cepat memasuki mobil. Ia menghela napas lega saat sudah berada di dalam. Beruntung kaca mobil Chandra gelap.

Mereka sampai di kedai es krim setelah menempuh waktu tiga puluh menit ditambah durasi macet di jalan.

Chandra hanya memperhatikan Bunga yang sibuk dengan es krimnya. Padahal barusan makan sate, tapi perut gadis itu masih muat menampung satu cup besar es krim.

"Kenapa rasa strawberry? Nggak pesan yang coklat aja?" Chandra bertanya penasaran.

Bunga menempelkan ujung sendok di bibir bawahnya. "Karena kalo yang coklat itu bikin kenyang. Kan aku baru siap makan."

Chandra mengangguk singkat lalu mengambil ponselnya dan mulai mengarahkan kamera pada Bunga. Gadis itu cuek saja saat Chandra berulang kali mengambil foto dirinya.

"Ah!" Bunga berteriak pelan, tangannya meremas sendok dengan kuat.

"Kenapa?"

"Sebentar. Aku ke toilet dulu, ya," ucap Bunga dengan cepat lalu berlari pelan ke belakang.

Chandra khawatir karena gadis itu mengaduh. Ia ingin ikut ke belakang, tapi tak mau disangka terlalu possessive. Jadilah ia menunggu di sana dengan sabar dan akan bertanya kalau Bunga sudah kembali.

Sedangkan Bunga sendiri sudah susah payah berjalan ke belakang. "Mbak, pintu belakang ada dimana?" tanyanya pada seorang perempuan yang memakai seragam kedai es krim itu.

"Mbak belok ke kanan aja, nanti pintunya ada di sebelah kiri warna coklat," tunjuk pelayan itu.

"Makasih," kata Bunga tersenyum tipis.

Bunga berusaha untuk sampai di sana lalu ia keluar dan berjalan ke arah jalan besar. Digesernya layar ponselnya lalu menghubungi seseorang.

"Jemputin gue di jalan Cempaka deket kedai es krim. Cepet!" Setelah mengucapkan itu Bunga terduduk di bawah pohon. Ia menyandarkan kepalanya di batang pohon itu lemas.

Sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Bunga sudah kehilangan separuh kesadarannya dengan mata yang mulai memburam.

"Bunga! Kan udah aku bilang kamu jangan pergi dulu. Harusnya kamu di rumah aja!" Seorang cowok turun dari sana dengan khawatir dan menggendong tubuh Bunga.

Bunga mengalungkan tangannya di leher cowok itu. "Hape kamu mana?" tanya cowok itu.

"Di tas," jawab Bunga dengan susah payah.

Setelah mereka berdua sudah di dalam mobil cowok itu merogoh tas Bunga dan mencari kontak Chandra lalu mengirimkan pesan singkat.

"Jangan bandel lagi kalo aku bilangin," ucap cowok itu mencium pipi Bunga sekilas lalu menjalankan mobil.

💫💫💫

Ai need vote dan komen 😌😌

Tolong, yg udah baca harap tinggalkan jejak kalau kalian udah mampir. 😘😘

Yaudah, tunggu aja up selanjutnya ❤

Naf
Aceh, 6 Februari 2019

Продолжить чтение

Вам также понравится

1.2K 150 51
untuk mereka yang selalu ada kapanpun dan di manapun berada •Start: 21 Maret 2022 •End: 17 Agustus 2022 Ranking : #1 Huang Family #1 School Vibe #1...
ARGALA 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Подростковая литература

5.2M 222K 53
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
Alara Or Alana [END] Seana

Подростковая литература

1M 77.9K 30
"2 Orang yang saling mencintai, ditakdirkan untuk bersama selamanya." Ini adalah kisah seorang gadis Broken Home yang bertransmigrasi ketubuh seorang...
Harumi (END) Cessy

Подростковая литература

71K 5.7K 69
Bughhhhhh "Kalo mau gua mati gak gini caranya" Bughhhhh "Namanya juga manusia ya pasti lupa" "Sangat di sarankan untuk membaca Angel of darknes...